23. Lost You

41.6K 2.6K 72
                                    

Saat bayangan kematian ada didepan mata, apakah semua orang pernah merasa ketakutan saat mereka akan menghadapi hal mutlak yang akan terjadi pada setiap manusia.

Apakah ini juga pernah Lionel rasakan saat ia akan menghadapi kematiannya. Carly meringis sedih dan terpukul saat mendapati kakak yang begitu dicintainya itu meninggal dengan cara bunuh diri di dalam sel penjaranya. Masih menatap kosong dengan pikiran tentang Lionel dan sebuah ketakutan akan kematian yang kini hinggap dikepalanya. Bahkan gadis itu tidak sadar jika darah sudah mengalir dari pelipis wajahnya.

"Carly open the door"bentakan dan teriakan kecemasan David menguar begitu saja saat dirinya dilingkupi rasa tidak tenang dan penuh amarah. Bahkan David melompat dengan cepat dari mobilnya untuk melihat kondisi Carly.

Tentu saja David merasa tidak tenang dengan kondisi Carly yang hanya menatap diam kearah pohon yang sudah ditabraknya, gadis itu lebih memilih membuang stir mobilnya kearah pingiran jalan yang penuh dengan pohon-pohon pinus saat mobil Van usang yang hendak mencelakainya itu berhenti mendadak di depannya.

Rasa amarah David lebih ia tunjukan pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi gadis itu dari bahaya. Ia bersumpah akan menangkap dan membunuh siapapun yang ada di balik Van usang itu. Ia sudah menghubungi tangan kanannya untuk menyelidiki mobil dengan plat nomor laknat itu.

"Carly Carly...damn! aku akan memecahkan kacanya jika kau tidak membuka pintunya"teriak David kembali dengan penuh ancaman dan rasa khawatir saat Carly terus terdiam dan mengabaikannya.

Sadar jika ada seseorang yang tengah memanggilnya, Carly akhirnya membuka pintu mobil dan kembali menatap datar kearah David.

"kau baik-baik saja?"tanya David cemas dan merubah suaranya dengan lembut.

"jangan pedulikan aku"ujar Carly dingin, dan berusaha untuk keluar sendiri dari pintu mobil dengan menahan sakit ditubuhnya.

Jessica pasti akan menangis melihat depan mobilnya yang tak berbentuk lagi. Batin Carly.

"kau tidak baik-baik saja"timpal David yang tidak memperdulikan penolakan gadis itu padanya. David mengangkat tubuh ringan Carly, membuat gadis itu terhuyung dan refleks merangkulkan tangannya di leher David. Pasrah, itulah yang Carly lakukan saat ini, kepalanya terasa sangat sakit dan ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata penolakannya karena David seolah tuli dengan semua itu.

"Carly, semua tidak seperti yang kau pikirkan...aku-"David berniat untuk menjelaskan semuanya meski ia tahu kondisi Carly tengah tidak baik.

"Diamlah! aku mohon" Carly tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun lagi. Keadaan pasrah membuat ia melemah untuk menjauh dari pria ini hingga kedua pandangannya memburam dan gelap.

David membawa Carly ke sebuah rumah sakit terdekat. Seperti bosan hidup, mobil yang di kendarai David melaju cepat seperti gelombang bunyi yang merambat pada mediumnya. Sesampainya di Rumah Sakit, David dengan segera meminta dokter untuk memeriksa kondisi Carly, bahkan pria itu meminta agar Carly menerima semua pemeriksaan pada seluruh anggota tubuhnya hanya untuk memastikan jika gadis itu baik-baik saja.

Dan kini melihat dengan mata kepalanya sendiri gadis itu dalam bahaya, David tahu kemana ia harus pergi untuk memperingatkan pelaku itu.

*****

Iringan kaki itu melangkah dengan cepat dan penuh peringatan, seharusnya ia melakukan ini sejak dulu. Seharusnya ia mempercayai apapun kata gadisnya.

"Dave?"Myrna terkejut saat melihat David sudah berada di depan pintu kamar hotelnya.

Sebuah senyum terkembang dan membiarkan pria itu masuk. David jarang sekali menemuinya, mungkin pria itu menyadari perasaannya untuk kembali padanya.

Can't Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang