31. Still Your Pain

39.6K 2.4K 147
                                    


Langit hitam bergemuruh memancarkan kilatan petir kecil meski hujan tak datang membesar.

Menatap pintu penthouse di hadapannya menggambarkan memori masa lalu. Hubungannya dengan David mungkin di lalui dari pintu ini. Haruskah ia menekan belnya dan bertemu dengan pria itu setelah pertemuan terakhir mereka yang tak berjalan baik.

Tapi Carly harus masuk. Dari David ia akan mendapat penjelasan mengapa ia harus berhenti memperjuangkan hak Serena mengenai Tyler. Adam terlalu pintar untuk bersembunyi darinya, bahkan setelah Carly menghubungi nomornya yang tidak aktif kemudian mencarinya di Apartemen pria itu dan terakhir menunggunya hingga malam di kantornya. Carly hanya mendapat pesan singkat dari Adam melalui email agar Carly menemui David untuk segala urusan dirinya dengan Serena karena ia tengah sibuk.

Dan Carly tahu itu alasan klasik saat Adam menghindarinya, ia kemudian membalas pesan email Adam dengan kata-kata umpatan terburuk yang pernah diketahuinya dari Jessica.

Menekan tombol bel disamping pintu, setelah meyakinkan dirinya berkali-kali. Carly menghembuskan nafas panjangnya menghilangkan segala kegugupan dan meremas sisi dress santai femme textured Cotton yang dikenakannya.

Bunyi pintu yang terbuka membuat kegugupan Carly menguap. Pria itu berdiri terdiam menampakan wajah terkejutnya mendapati Carly dihadapannya bagaikan sebuah mimpi.

"Maaf mengganggu waktu anda Mr. Logan, saya membutuhkan penjelasan lengkap mengenai pembicaraan client anda dengan client saya" terlalu to the point, namun itulah sifat Carly selama ini.

"Masuklah"serunya mengabaikan kata-kata formal Carly yang menegaskan kedatangannya hanya untuk kasus yang ditanganinya.

Carly tidak bisa menahan matanya untuk memindai ruangan familiar disekitarnya. Semuanya tidak ada yang berubah dan membuat kilasan masa lalu kebersamaan mereka terreka ulang dihadapannya.

"Duduklah, kau ingin minum?"tawar David saat mendapati Carly yang hanya diam mematung.

"Tidak, terima kasih... saya hanya ingin bicara itu saja" Carly harus pergi dari tempat ini segera. Sebelum perasaan masa lalunya semakin menguak. Dan tiba-tiba ia menyesali kedatangannya.

"Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan Miss Winters?" Kali ini David mengikuti gaya bicara Carly. Mereka masih saling berdiri berhadapan, bedanya David lebih memilih menyandarkan tubuhnya pada dinding pembatas menuju ruang tamu.

"Ancaman seperti apa yang client anda lakukan pada Miss Miller? pembatalan pengajuan hak asuh sepenuhnya tidak bisa saya biarkan jika client anda melakukan cara kotor"

"Kupikir itu bukan sebuah ancaman tapi sebuah kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak" terang David dengan tenang.

"Kesepakatan apa?"tanya Carly terlalu cepat membuat David menahan kekesalanya. Ia tahu Carly ingin segera pergi dari tempatnya. Namun ia tidak akan mendapatkannya.

"Kenapa kau begitu ingin tahu Carly? meskipun aku mengatakan kesepakan diantara mereka nyatanya kau tidak akan bisa berbuat wewenang apapun... gadis itu sudah memutuskan pilihannya"

"Aku memang tidak memiliki wewenang apapun, namun setidaknya aku tahu penjelasan yang masuk akal untuk aku mundur"

Keduanya sama-sama saling mengintimidasi. Namun sekejap tatapan mata biru itu berubah intens menatap manik mata Carly.

"bukan hanya kau yang butuh penjelasan Carly...hatiku, hatiku juga butuh penjelasan" David menekan hatinya yang menumpuk luka. Jika ini terakhir kalinya mereka bertemu maka David tidak akan membiarkan Carly pergi tanpa penyelesaian.

"Hatimu?" Raut wajah Carly berubah mengejek. "Tanyakan pada hatimu siapa yang ada disana? Siapa yang kau teriakan disaat tidurmu?...perlukah aku menggali makamnya dan menjelaskan seberapa besar pengaruh dia dihati mu?"

Can't Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang