2. Meet again

80.9K 3.8K 23
                                    

Waktu sudah menujukan tepat pukul 07

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menujukan tepat pukul 07.45. Carly berusaha untuk tidak membuat dirinya semakin kacau hari ini. Jadi dengan cepatnya ia mengkayuh sepedanya agar tidak terlambat.

Ia hanya memiliki waktu 15 menit lagi sebelum kelasnya di mulai. Walaupun jarak antara rumah dan kampusnya tidak terlalu jauh, tapi hari ini ia bangun terlambat karena terus memikirkan tanda merah yang masih belum hilang di leher jenjang putihnya.

Tepat hampir pukul 8 pagi, atau lebih tepatnya Carly kini hanya memiliki waktu 5 menit lagi untuk masuk ke kelasnya ia bertemu dengan teman baiknya- Jessica atau lebih tepatnya si teman yang usil.

"hai Carly, tidak biasanya kau masih berada di lorong kampus pada jam-"

"hai Jess, aku sedang tidak ingin mengobrol dengan mu karena waktu ku tidak banyak"sela Carly mempercepat langkah kakinya atau lebih tepatnya berlari dan menghiraukan teriakan Jessica padanya.

Carly sedikit kecewa atau mungkin bahagia karena dosen yang ia takutkan sudah hadir, kini belum tampak di dalam kelas yang sudah hampir ramai oleh mahasiswa yang akan mengikuti pelajaran filsafat hukum. Akhirnya ia hanya mampu menghela nafasnya di antara pintu masuk kelas.

 Akhirnya ia hanya mampu menghela nafasnya di antara pintu masuk kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mr. Ryan belum hadir bukan? aku sudah berusaha untuk memberitahu mu saat kau berlari tadi" ucap Jessica yang kini sudah ada di belakangnya.

Jessica berjalan mendahului Carly yang masih melongo mendengar ucapan sahabatnya itu di ambang pintu kelas.

Tentu saja Jessica tau akan hadir atau tidaknya Mr. Ryan saat ini. Karena sahabat pirangnya itu sudah satu tahun ini menjalin hubungan rahasia bersama dosen yang menurut sahabatnya itu charming and sexy guy? Entahlah Carly tidak memiliki kriteria seorang pria dalam hidupnya.

"hey Carly tidak biasanya kau memakai shall di lehermu"ucap Jessica yang duduk di samping kursi Carly.

"ku pikir ini bagus..."timpal Carly singkat dan masih menyamarkan kegugupan dengan menormalkan nafasnya.

Melupakan pertanyaan Jessica yang membuatnya kembali mengingat kejadian semalam. Dirinya lebih baik bersiap untuk mengambil buku dan alat tulis yang dibutuhkannya untuk materi hari ini.

Jessica yang merasa curiga akan ucapan sahabatnya itu, dengan segera menarik shallnya itu hingga lepas dari leher Carly.

"Jessica...kembalikan shall ku"pekik Carly terkejut sekaligus marah. Sontak kedua sahabat itu menjadi fokus ketertarikan mahasiswa lainnya.

"apa itu?"tanya Jessica sambil menunjuk sebuah tanda merah di leher Carly.

Dan sedetik kemudian tatapan dan seringai nakal Jessica atau lebih tepatnya pikiran nakalnya membuat Carly segera menarik shallnya dan menggunakannya kembali.

"it's nothing..."desisnya tajam.

" and i'm really like a nothing your mean...kupikir seorang pria baru saja-"belum sempat Jessica menyelesaikan ucapannya, Ryan dan seorang pria gagah nan tampan sudah berdiri sejak ia merebut shall milik carly.

"Miss Winters, Miss Keyden bisakah kalian duduk karena kelas akan segera dimulai " tegur Ryan selaku dosen, sambil menatap kedua sahabat itu dengan tatapan serius.

"tentu sir"Balas Jessica sambil mengedipkan sebelah matanya pada Ryan.

Carly yang melihatnya nampak memutar matanya jengah dan lebih mengarahkan pandangannya menatap seorang pria bermata biru yang semenjak tadi berdiri di samping dosennya itu.

"Pria itu..." batin Carly yang kembali mengusap lehernya dan mengeratkan shall-nya dengan nervous.

"Miss Winters. apa kau ingin terus berdiri atau keluar dari kelasku?"tegur Ryan yang lebih tajam membuat Carly sadar akan keterkejutan dan kebodohannya.

"sorry sir"ucap Carly yang langsung mengambil posisi duduknya.

David berusaha untuk terus menahan tawanya sejak ia melihat tingkah laku Carly yang terus mempererat shall yang melilit lehernya. Mengingat hal itu membuat David yakin jika akibat perbuatannya itu masih membekas di leher Carly.

"maaf aku sedikit terlambat hadir hari ini dan aku pikir aku tidak perlu memperkenalkan seseorang yang kini berdiri di samping ku...karena ku yakin kalian sudah tahu siapa dia bukan?"ucap Ryan yang membuka pelajaran hari ini. Membuat semua mahasiswi berteriak 'yes sir' yang membuat Carly mematap mereka dengan penuh keterkejutan.

Ia bahkan baru tau pria itu semalam. David Smith Logan-pengusaha muda di bidang firma hukum dan tak ingin repot-repot untuk terjun langsung sebagai ahli hukum.

"ku pikir aku harus tetap memperkenalkan diri karena tidak semua wanita mengenal ku disini"ucap David sambil menatap Carly dengan tatapan intens.

Kali ini kau harus mengenal ku dengan baik Miss Winters.

Setelah memperkenalkan diri, David mulai melakukan diskusi seperti yang sudah ia rencanakan bersama Ryan untuk mata kuliah hari ini. Pria itu berusaha untuk terus berbicara santai sementara para mahasiswa perempuan lain berusaha untuk menarik perhatiannya. Namun satu wanita yang terlihat selalu serius mendengar dan mencatat bagian penting dari ucapannya.

"aku memiliki sebuah pertanyaan tentang kedudukan cinta dalam sebuah hukum, jika kalian sudah menjadi seorang penegak hukum lalu orang yang kalian cintai berbuat salah dimata hukum apa yang akan lakukan?"

"Miss Winters" Carly menegakan pandangannya pada David saat pria itu kini memanggil namanya.

"ya?"menegakan tubuhnya, Carly balas menatap pria itu.

"bisakah kau menjawab pertanyaan ku"pinta David dengan tersenyum menantang dan menanti jawaban Carly.

"aku akan menghukumnya sesuai hukum yang berlaku"jawab Carly dengan penuh keyakinan.

"tapi bagaimana jika kasusnya, adalah kejahatan itu hanya di ketahui oleh mu dan orang yang kau cintai, apakah kau akan tetap memperkarakannya ke dalam hukum?"tanya David kembali.

"tentu, karena menurut ku sekecil apapun kejahatan itu jika dimata hukum itu salah maka itu salah"

"lalu bagaimana pandangan cinta dalam hukum menurut mu?" David semakin suka dengan jawaban penuh percaya diri Carly dan berharap jawaban dari pertanyaan terakhirnya ini akan memuaskannya.

"love is love and law is law. Keduanya tidak bisa disatukan, jika kita melawan atau bahkan mengabaikan hukum hanya karena sebuah perasaan yang memiliki berjuta makna itu sebaiknya dunia ini tak perlu ada hukum. Sebab kekacawan moral manusia menjadi penyebab utama manusia di dunia ini hancur. Itulah mengapa-"Carly menggantungkan ucapannya saat bayangan kesalahan kakaknya yang begitu bodoh karena sebuah cinta hingga rela bersalah atas apa yang bukan perbuatannya, membuat pandangan Carly menajam dan syarat akan kekecewaan dan kemarahan.

"bagi ku cinta adalah hal yang bodoh. Untuk itu aku tidak membutuhkan cinta untuk menjadi bodoh, dan aku akan berjalan di atas hukum yang sesuai dengan logika"ucapan Carly sontak membuat para mahasiswa lain berbisik tidak setuju. Sementara Ryan hanya mengelengkan kepalanya akan pemikiran Carly atau lebih tepatnya prinsip yang dimilikinya.

Sementara itu David ternyata semakin merasa puas akan jawaban Carly, tepuk tangannya membuat semua orang dan termasuk Carly menatap David dengan terkejut.

TBC

Can't Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang