6. Kisah yang Tidak Boleh Terulang

230 29 5
                                    

Disini Namjoon, tersenyum kecil saat Harin sedang fokus menggunting plester pereda nyeri.

"Masih terasa panas, Joon?"

"Iya, pegalnya tidak hilang"

Namjoon bisa melihat wajah galak Harin dari atas.

Darisini Namjoon rasa Harin sedang menahan sisi cerewetnya. Ia begitu rindu dengan segala kebersamaannya dengan Harin. Tapi ia tidak mungkin langsung bilang rindu. Bagaimanapun semua karena kesalahannya.

Harin bebas pergi dan bersama siapapun meski Namjoon harus menekan dirinya.

Ia hanya tidak mau kehilangan Harin lagi. Dia mau memperjuangkan sesuatu yang ia sesali selama bertahun-tahun belakangan ini.

"Kenapa berolahraga sampai seperti ini? Kau lari darimana?"

"Rumah Mama"

Rumah nyonya Kim jauh sekali, mungkin ada 20 menit dengan kendaraan. Bukankah artinya Namjoon berlari puluhan kilometer?

"Itu jauh sekali, Joon"

"Iya"

"Kenapa bisa sampai sini?"

Dan bertemu Harin?
Namjoon juga berpikir itu takdir. Ia hanya berlari sambil membayangkan Harin di depannya. Bukan yang benar-benar mengharapkan.

Tapi lihat, bagaimana Harin memeluknya dan merawatnya sekarang.

Tuhan memang Maha Pengasih.

"Harusnya jangan memaksakan diri, Joon. Lihat tubuhmu terlalu bugar. Tidak takut tambah besar seperti hulk?"

"Kau tidak suka pria dengan otot besar, Rin?"

Harin tengah menempeli plester pereda nyeri di tempat-tempat Namjoon mengeluh sakit.

"Iya"

"Apa aku harus diet dan berhenti berolahraga?" Tanya Namjoon pelan

"Kenapa berhenti?"

"Karena kau tidak suka pria bertubuh besar seperti hulk"

Harin terlihat ingin sekali mengomel tapi tertahan karena Namjoon mengeluh sakit.

"Bukan seperti itu, Joon. Kau hanya perlu berolahraga tanpa menyakiti diri"

Namjoon mengulurkan tangannya pada Harin. Meminta gadis itu untuk bangkit dari bawah dan duduk bersamanya.

Harin sudah selesai mengobati Namjoon.

"Aku harus, Rin. Agar bisa tidur lelap"

Harin ingin bertanya namun urung melihat Namjoon memberikan senyuman meneduhkan.

"Terimakasih banyak, Rin. Aku benar-benar tertolong"

Lalu bagaimana Namjoon akan pulang sekarang? Kakinya benar-benar terasa mau patah.

Ini bukan kepura-puraan seperti yang kemarin Namjoon lakukan.

Tapi kali ini ia tidak boleh merepotkan Harin karena sudah sangat larut. Namjoon pun tidak bisa mengantar Harin karena kondisinya.

Apa-apaan ini, kalau saja Namjoon tau akan seperti ini, ia tidak akan berlari keras.

Kalau saja ia hanya berjalan santai, mungkin Namjoon bisa menghambiskan malam lebih lama sembari mengantar Harin pulang dengan selamat.

Huftt...
Memang penyesalan selalu datang diakhir.

"Mau kupesankan taksi untukmu pulang, Rin?"

"Kenapa mengkhawatirkanku, Joon? Kau sekarang yang sedang terluka"

NAMJOON SEASON 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang