Masalah lain muncul saat besoknya, Harin terserang demam tinggi serta batuk yang tak kunjung berhenti.
Namjoon yang mengawali pagi yang lebih dulu dibanding manusia lain pergi mengecek kondisi Harin di kamar. Sebelum pulang semalam, Namjoon pergi ke apotek untuk membeli minuman pereda pengar. Jaga-jaga takut di pagi Harin membutuhkan itu.
"Rin, kau berkeringat banyak sekali"
Namjoon meraih remot AC dan mulai menaikan suhu sampai 24 derajat. Kemudian memeriksa kondisi Harin.
"Kau demam. Aku akan mengeceknya dengan termometer. Tunggu sebentar ya. Apa kau butuh sesuatu? Mau bubur, Rin?"
Astaga Namjoon tidak bisa mengontrol dirinya. Bahkan saat Namjoon berlari ke ruang tengah mencari termometer, ia hampir mengacak-ngacak ruang tengah.Hanya mencari benda kecil itu, ruang tengah Namjoon sudah seperti kapal pecah.
"Kita ke rumah sakit ya. Demammu tinggi, Rin"
....
Keringat dingin di wajah Harin memang sudah hilang. Tapi pucat pasi yang membuat Namjoon kelabakan masih tercetak jelas.
Dokter bilang Harin terlalu memporsir dirinya sendiri. Demam ini tanda bahwa tubuh Harin terlampau kelelahan. Ini salah Namjoon. Harusnya pria itu tetap memperhatikan Harin meskipun Harin mengusirnya.
Harusnya Namjoon bisa melakukan hal yang lebih baik lagi. Tanpa harus menyakiti Harin.
"Maaf, ini salah kami. Tidak seharusnya kami memberikan rokok padahal Harin tidak pernah mencobanya" Ara datang setelah dikabari Jimin.
Ia datang bersama Yoonji karena Jimin masih diluar kota.
"Harin tidak merokok, Ra?" Tanya Namjoon heran. Pasalnya Namjoon pernah mendapati Harin tengah memegang puntung rokok.
"Tidak. Menyentuh alkohol saja baru semalam" jawab Yoonji
Namjoon mengangguk. Ia meminta Ara dan Yoonji menunggu Harin yang tengah tertidur.
"Tolong jaga Harin sebentar. Aku akan pergi membeli minuman"
...
Sejak tadi Yoonji menjadi lebih pendiam dari biasanya.
"Ini semua karenaku, Ra"
Benar, meskipun sulit ditahan, harusnya mereka tetap melarang Harin. Bagaimanapun wanita itu tidak pernah menyentuh minuman sebanyak itu.
Mereka pikir, Harin hanya butuh penenang.
"Maaf..."
Yoonji terkejut saat jarinya disentuh Harin. Sejak kapan wanita itu bangun?
"Ini bukan salah kalian"
Harin mengatakan itu diselingi batuk yang lumayan parah. Ara otomatis langsung sigall mengambilkan segelas air untuk Harin. Batuk separah itu pasti membuatnya tidak nyaman.
"Aku hanya kelelahan. Bukan salah kalian"
...
Ara menghubungi Namjoon. Meminta pria itu untuk segera kembali karena mereka sudah mau pulang.
Begitu membuka ruang rawat, Harin terlihat duduk sembari menatap ke arah jendela. Entah apa yang sedang Harin lihat, jelas itu melegakan Namjoon.
"Kau sudah makan, Joon?"
Jangan menangis. Namjoon menahan dirinya untuk tidak menangis di depan Harin. Pria besar itu hanya bisa mengangguk dan buru-buru menghampiri Harin.
Namjoon meraih tangan Harin yang tak diinfus. Namjoon belum mengeluarkan suara sama sekali. Pria berbadan besar yang memiliki hati kecil sampai membuatnya menangis kapan saja jika berhubungan dengan Harin.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMJOON SEASON 2
Fiksi PenggemarPada kesempatan kali ini harusnya Namjoon dapat menebus kesalahannya.