Bebas
Harin sudah bebas dari kekangan ibunya.
Meskipun ia mendapat cacian di persidangan. Harin seratus persen sudah tidak terikat dengan keluarganya. Ada perasaan lega dan khawatir yang bercampur sampai Harin sendiri tidak tahu bagaimana selanjutnya. Harin merasakan kehilangan arah. Tentu ia tidak ingin kembali membebankan Hoseok dengan pemikiran yang rumit ini lagi. Hoseok sudah seperti malaikat bagi Harin.
Dasar anak tidak tahu diri.
Kau dibesarkan dengan banyak perhatian. Lalu kau balas dengan ini??!
Anak brengsek.
Beraninya kau melakukan ini pada orangtuamu.
Semoga hidupmu selalu sengsara seperti kau yang dengan angkuh membuang keluarga sendiri.
"Sudah selesai, rin. Kau baik-baik saja?" Hoseok mendatanginya dengan senyum yang menyejukkan. Hoseok terasa sedikit lembut dari biasanya.
"Terimakasih, Seok. Kau banyak sekali membantu"
Hoseok tidak masuk kedalam ruang sidang. Ia hanya menunggu diluar sembari berharap cemas. Begitu lega ia melihat Harin keluar dari ruang sidang.
"Mau makan sesuatu, Rin?"
"Boleh"
"Makan bersama keluarga barumu ya. Selamat datang, adik"
Harin terkekeh saat Hoseok mengatakan dirinya sebagai adik. Padahal mereka lahir di tahun yang sama.
"Kau jadi kakakku?"
"Tentu. Aku lebih baik darimu"
Hoseok tertawa dengan tangannya yang merangkul Harin keluar gedung itu. Semoga mereka tidak akan kemari lagi dengan kabar buruk. Hoseok bersumpah Harin akan menjadi anggota keluarganya yang terakhir. Dia adik yang Hoseok inginkan.
"Aku tidak mau adik, bu"
Hoseok kecil yang menukik alis sebal berteriak marah."Apa di sekolah ada yang menganggumu Seokkie?"
"Jungyeon tidak dibuatkan sarapan lagi oleh ibunya semenjak punya adik. Aku tidak mau punya adik. Titik"
....
Namjoon memperbaiki topinya sebelum akhirnya melangkah keluar dari mobil jemputannya. Malam ini ia tetap berada di tempat yang sering ia habisi bersama Harin. Namjoon tidak bisa benar-benar melupakan Harin disaat ia tahu kesalahan fatalnya melukai Harin terlalu dalam.
Namjoon ingin memperbaikinya. Namjoon ingin bersama Harin dengan cara yang baik sampai mereka bisa menghabiskan waktu lebih lama dibandingkan seumur hidup.
Namjoon ingin menembus kesalahannya dengan cara yang benar kali ini.
Jika Tuhan memang benar ada, Bisakah Namjoon berdoa untuk dirinya dan Harin? Apakah itu terlalu serakah untuknya?
Netra Namjoon membesar kala mendapatkan subjek dalam doanya berada di radar. Namjoon yakin jika Tuhan saja mendukung niatnya. Untuk apa ia mendengarkan saran dari manusia.
Harin berada disana, mengitari rak dengan wajah meringis.
Namjoon menegakkan tubuh dan menajamkan pandangannya. Harin tidak tampak baik, tapi kenapa memilih keluar malam seperti ini.
Wanita itu bisa menghubungi teman untuk dimintai tolong, atau meminta Namjoon karena pasti dirinya dapat diandalkan.
Tapi bukan itu yang harus Namjoon pikirkan. Namjoon bangkit terburu-buru sampai membuat suara deritan bangku yang cukup nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMJOON SEASON 2
FanfictionPada kesempatan kali ini harusnya Namjoon dapat menebus kesalahannya.