Malam ini Harin menginap di unit apartemen Hoseok untuk mempersiapkan diri menghadapi sidang lusa nanti. Sebenarnya Hoseoklah yang meminta Harin untuk tinggal sementara waktu di tempatnya karena wanita itu mudah sekali merasa khawatir terhadap banyak hal yang tidak perlu.
Hoseok tahu bagaimana Harin menahan diri untuk tidak memikirkan persidangan nanti. Wanita itu mencoba mengalihkan pikirannya dengan banyak bertanya tentang keseharian Hoseok. Padahal yang perlu dikhawatirkan adalah dirinya.
"Apa ibumu masih berusaha menghubungimu, Rin?"
Hoseok berjalan kearah Harin yang tengah duduk di sofa ruang tengah dengan membawa handuk hangat.
"Masih, Seok"
Hoseok mengerutkan dahinya tidak suka. Mau sekeras apapun Hoseok menutup aksesnya, ibunya Harin selalu memiliki cara menghubungi putrinya.
"Kau masih mengiriminya uang, Rin?"
Hoseok ikut duduk di samping Harin dan mengusap wajah Harin dengan handuk hangat yang ia bawa dengan pelan dan lembut. Hoseok sungguh seperti sosok ibu bagi Harin. Sangat telaten dan penuh kehangatan.
"... Maaf, Seokie"
Harin yang mendapatkan uang banyak serta pesan bahwa ibunya membutuhkan uang tanpa berpikir panjang langsung mengiriminya. Lagipula uang yang dimiliki Harin terlalu banyak untuk dihabiskan sendiri. Ia hanya ingin membagikan sedikit kebahagiaannya pada keluarga.
Keluarga yang sebentar lagi sudah tidak akan bisa Harin masuki.
Sejak awal Harin memang tidak pernah masuk sebagai keluarga ibunya. Sejak dulu Harin selalu berusaha keras untuk menyenangkan ibu dan kakaknya. Namun usaha keras itu tidak pernah mendapatkan hasil yang Harin inginkan.
Hoseok tidak berniat memarahi Harin karena hal ini bukan kesalahan Harin. Tapi Hoseok hanya merasa tidak terima dengan apa yang sudah Harin alami. Bagaimana jika ia tidak pernah mengetahui kondisi Harin?
Sejak kecelakaan musim dingin yang menyebabkan Harin kehilangan suaranya sementara itu, Hoseok mulai tau apa yang sudah dialami Harin sedari dulu. Wanita itu tidak pernah bercerita bahwa ia kesulitan atau mengeluh tentang keluarganya.
Harin lebih banyak mengeluh tentang pelajaran dan tidur saat kelas.
....
Hoseok sudah tiga kali memergoki Harin memasuki ruang guru tanpa tahu alasan kenapa Harin dipanggil.
Harin bukanlah murid yang nakal hingga harus dipanggil ke ruang guru.
Harin juga bukan ketua kelas yang sering berurusan dengan guru mata pelajaran.
Sampai hari ini Harin terlihat memasuki ruangan kepala sekolah. Entah untuk kepentingan apa.
Hoseok yang setengah penasaran berlari keluar gedung dan mencari jendela ruang kepala sekolah dari luar. Ia akan sedikit leluasa untuk menguping dibandingkan jika Hoseok mendengar lewat pintu kayu yang tebal.
"Ini sudah kelima kali kau terlambat membayar uang sekolah, Choi Harin. Apa orang tuamu tau itu?"
Hoseok sedikit menggeser jendela ruang kepala sekolah untuk mendengarkan lebih jelas.
"Bagaimanapun ini sekolah, bukan badan amal"
Apa kepala sekolah mereka memang semenyebalkan itu?
Harin hanya telat bukan tidak membayar sama sekali. Lagipula sekolah tidak akan tutup hanya karena satu siswa terlambat membayar uang sekolah.
Hoseok sama sekali tidak mendengar bantahan Harin sampai ia mendengar suara pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAMJOON SEASON 2
FanfictionPada kesempatan kali ini harusnya Namjoon dapat menebus kesalahannya.