Part:33

12.9K 1.3K 107
                                    

Happy Reading...
Vote and comment dong...
....

Pagi-pagi sekali, Kenzo menggigil demam. Kata dokter yang menangani, Kenzo tidak cukup istirahat dan banyak pikiran sehingga membuat daya tahan tubuhnya menurun.

Itu karena dia terus kepikiran ayahnya itu yang tak kunjung pulang, padahal ini sudah 3 hari dari terakhir dia mimpi buruk malam itu. Dan karena mimpi itu juga, Kenzo tidak pernah benar-benar tidur dengan nyaman.

Karena setiap dia menutup matanya, bayang-bayang Doni meninggal di dekapannya selalu terngiang dan itu membuatnya semakin tidak tenang.

Dan alhasil sekarang tangannya di inpus dan berbaring lemah di kasurnya, dengan Brian yang senantiasa di sampingnya.

Brian dengan telaten membersihkan keringat di dahi Kenzo yang sekarang terlelap, efek dari obat yang di minumnya tadi.

"A-ayah" racau Kenzo dalam tidurnya, Brian yang sedang memasang plester penurun panas tadi, menatap adeknya itu dan mengelus rambut Kenzo supaya dia merasa nyaman.

"A-ayah" racau Kenzo lagi.

"Stss ayah bentar lagi nyampe kok dek, adek sabar ya" ujar Brian lembut dan mengecup puncak kepala Kenzo, setelah itu Kenzo kembali terlelap dengan nyamannya.

Brian menghela nafasnya pelan, demam  adeknya itu sekarang benar-benar tinggi dan selalu memanggil ayahnya. Apa karena efek terlalu rindu ayahnya ya pikirnya.

Bahkan beberapa hari ini adeknya itu selalu tampak tak bersemangat dan hanya makan sedikit, dia sampai tak punya cara untuk membujuk adeknya itu. Setiap ditanya kenapa, dia selalu menanyakan kapan Doni pulang.

Ayahnya juga masih ada urusan dan membuatnya lebih lama berada di Bali karena permintaan Cliennya, untuk memantau proyek di sana bersama. Doni akhirnya setuju saja, karena dia belum merasa puas kalau tidak memantaunya lebih dekat.

Dan alhasil dirinya gagal pulang sesuai janjinya sama Kenzo dan itu ternyata malah membuat Kenzo demam seperti ini.

Brian juga sudah menghubungi ayahnya itu. Dan ketika mendengar Kenzo sakit, Doni langsung saja pulang meninggalkan Dimas bersama Cliennya itu di sana.

Brian mendengar derap langkah kakinya yang begitu cepat menuju kamar Kenzo. Dia langsung menutup telinga Kenzo supaya tidak terganggu dengan apa yang terjadi nantinya.

Bruk

Dan sesuai perkiraan Brian, Doni datang dengan terengah-engah dan membuka kasar pintu kamar Kenzo.

"Ayah, Kenzo baru saja tidur"

"Bisa nggak buka pintunya biasa aja" kesal Brian dan mengelus rambut Kenzo.

"Maaf, gimana keadaan Kenzo?" Tanya Doni dan mendekati ranjang putranya itu.

"Demamnya tinggi yah, kata dokter Kenzo hanya perlu istirahat sampai demamnya turun" ujar Brian dan membuat Doni menghela nafasnya lega.

Dia duduk di tepi ranjang Kenzo dan mengelus pipi Kenzo yang tampak pucat.

"Maafin ayah boy, kamu seperti ini pasti kepikiran ayah" ujar Doni menatap putranya itu sendu, karena tidak kuasa melihat keadaan Kenzo sekarang ini.

"Ayah bersih-bersih dulu sana, habis itu makan"

"Kenzo biar Ian yang jaga" ujar Brian dan diangguki oleh Doni. Yahh setidaknya dia bersih-bersih dulu karena takut menularkan kuman pada putranya yang sedang sakit ini.

Dari tadi dia berlarian karena cemas ketika Brian menelponnya tadi, bahkan dia tidak membawa satupun barangnya. Dia langsung pergi ke bandara, tanpa satu patah katakan pada abang dan Cliennya yang menatapnya bingung.

Kenzo Emiliano(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang