Extrapart 4

19.3K 1.1K 95
                                    

Vote and comment juseyo...
....

"Bukan 'L' dek, tapi... Rrrr" ujar Arash yang sedang membantu Ariz belajar menyebut huruf F.

"Llll" ucap Ariz dengan tatapan polosnya.

"Bukan, lihat lidah abang.. Rrrrr" ulang Arash lagi, Ariz memperhatikan abangnya itu intens dan mencobanya lagi.

"Lllll" ujar Ariz membuat Arash menghela nafasnya lelah, padahal udah dari tadi dia mengajar adeknya itu tapi tetap saja tidak bisa.

"Adek nggak bisa bang, susah" ucap Ariz dengan mata berkaca-kaca.

"Adek bukannya nggak bisa, tapi harus banyak atihan lagi"

"Jadi jangan menyerah ya" ucap Arash tersenyum dan memeluk adeknya itu, Ariz mengangguk dan membalas pelukan abangnya itu.

Kalau bukan karena melihat Ariz sedih karena di ejek tadi sama teman mereka, Arash mungkin tidak akan repot-repot seperti ini mengajarkan Ariz.

Menurutnya tidak masalah adeknya itu harus cadel, karena itu menambah keimutan adeknya. Tapi melihat Ariz sedih, dia jadi berinisiatif membantu adeknya.

"Kenapa kalian belum tidur hmm?" Ujar Kenzo yang baru saja masuk ke kamar putra kembarnya. Kedua bocah itu melepaskan pelukan mereka dan menatap Kenzo dengan raut wajah polosnya.

"Loh kok adek nangis, kenapa?" Tanya Kenzo melihat adanya jejak air mata di pipi putra bungsunya itu.

"Adek mau belajal bilang huluf 'Llll' ayah, tapi ndak bisa-bisa" ujar Ariz, Kenzo bingung dan duduk di kasur putranya itu sambil mengelus rambut kedua putranya.

"Emangnya kenapa adek tiba-tiba belajar nyebut huruf R hmm?"

"Kan lebih imut kayak gini?" Ujar Kenzo menoel hidung Ariz.

"Abang juga udah bilang kayak gitu yah, tapi adek tetap mau belajar" ucap Arash dan rebahan karena sudah mengantuk.

"Ihh kan Aliz mau kelen bukan imut, pokoknya Aliz halus bisa bilang huluf 'Llll'" ujarnya bersemangat.

"Aliz juga nggak mau diejek lagi waktu nyebut nama Aliz sama abang" cicit Ariz tiba-tiba cemberut tapi masih bisa didengar oleh Kenzo, Kenzo bingung dan menatap Arash meminta penjelasan.

"Tadi kan yah, adek diejek sama anaknya Om Farrel sama om Dellon waktu kenalan"

"Adek jadi sedih" jelas Arash dan diangguki mengerti oleh Kenzo.

"Adek nggak usah sedih ya, kalaupun adek cadel, itu kan nggak masalah"

"Adek nggak usah malu, karena setiap orang punya kelemahan dan kelebihan masing-masing"

"Dan karena adek nggak bisa menyebut huruf R, itu malah membuat orang-orang gemes dan suka sama adek kan" ujar Kenzo mengelus rambut Ariz dan membaringkannya.

"Tapi tiap adek kenalan, meleka tetap ngetawain adek" ucap Ariz, Kenzo diam dan ikut rebahan di samping si kembar.

"Gimana kalau Deo sama Leo" ujar Arash.

"Itu kan nama tengah adek sama abang, pasti kalau kenalan pakai nama itu adek nggak diejek lagi" lanjut Arash.

"Wahh abang benal juga"

"Adek mau nyebut nama adek Leo dan abang Deo aja, boleh kan yah" ucap Ariz dengan tatapan berharapnya.

"Baiklah, Deo sama Leo waktunya tidur" ucap Kenzo mengecup dahi si kembar membuat keduanya tersenyum dan saling bertos ria, dan melihat Kenzo yang sedang menyelimuti mereka.

"Ayah abang mau dengar cerita kancil" pinta Arash

"Adek juga yah" timpal Ariz.

Kenzo mengangguk dan duduk bersandar di sandaran kasur si kembar, setelah mengambil buku dongeng yang ada di atas nakas.

Kenzo Emiliano(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang