"Berhenti menangis, kau bukan anak kecil lagi, aku muak mendengar isakan mu itu." Jaemin menyeka air mata Jeno dengan telaten setelah itu ia menatap Jeno dengan datar.
"Aku akan tidur sebentar saja, kepala ku masih sangat pusing." Ujar Jaemin yang duduk kembali dan memposisikan diri nya bersiap untuk tidur. Jeno hanya mengangguk sebagai jawaban nya dan kembali pada kasur nya sendiri.
"Jaemin-san, kau tak ingin pulang? Aku tak bisa tidur." Jeno menggerakan tubuh Jaemin dengan pelan, merasa terganggu Jaemin menutup seluruh tubuh nya dengan selimut, ia sudah sangat mengantuk hari ini.
"Nanti saja, aku masih mengantuk." Jawab Jaemin dengan suara serak nya. Jeno pun mau tak mau menggigit leher Jaemin hingga pria itu bangun dari tidur.
"Aku mengantuk Jen, kita pulang nanti pagi saja.." Jaemin segera menutup bagian leher nya agar Jeno tak lagi menggigit nya begitu menyakitkan namun karena Jaemin setengah sadar jadi ia hanya sedikit merasa sakit.
"Bagaimana jika tidur di pangkuan ku saja Jaemin-san? Aku tidak bisa tidur." Ujar Jeno sedih. Lagi-lagi Jaemin terbangun dengan terpaksa karena malam ini Jeno sangat rewel. Ia pun bangkit dari posisi tidur nya menunggu Jeno duduk pada kasur nya.
"Kemarilah." Jaemin berjalan mendekati Jeno sampai pria dominan itu menggendong dan mendudukan nya pada pangkuan diri nya. Jeno terus memainkan rambut Jaemin hingga pria manis itu terlelap kembali.
Jeno menggunakan lengan kanan nya untuk bermain pada ponsel nya dengan mode silent agar Jaemin tak terganggu, sudah cukup sejak tadi Jeno mengganggu tidur nya Jaemin dan sekarang tak lagi.
Jeno memotret wajah Jaemin diam-diam, wajah cantik yang terlelap dengan bulu mata lentik dan kelopak mata yang tertutup. Jaemin memang sangat cantik jika di lihat dari dekat.
"Aku ingin pulang saja, tak nyaman." Jaemin pun bangun kembali dengan kesadaran penuh karena ia tak nyaman jika tidur dalam posisi di pangku.
"Kalau begitu ayo, sepertinya tak ada penjaga." Jeno menggandeng lengan Jaemin agar tak lagi menghilang dari pandangan nya. Jaemin yang masih merasa pusing menahan rasa berat pada kepala nya ia terus berjalan dengan terus berpegangan pada Jeno pasal nya tubuh nya tak kuat lagi menahan pusing hingga ia jatuh di tengah jalan.
"Kita akan sampai hotel sebentar lagi." Ujar Jeno yang langsung menggendong Jaemin di depan di tutupi dengan kemeja hitam milik nya.
Jeno telah sampai di hotel dan memakirkan mobil nya tak lupa mengeluarkan Jaemin dan menggendong nya lagi sampai kamar.
"Sepi sekali, apa mereka sudah tidur?" Jeno menutup pintu mobil menggunakan kaki nya lalu pergi. Jeno berjalan dengan santai melewati beberapa penjaga dan pelayan hotel yang senantiasa berjaga dan melayani costumer.
"Ada yang bisa kami bantu Tuan?" Tanya seorang pelayan wanita yang menghampiri kedua nya.
"Bisa tolong siapkan air panas pada kamar ku? Aku ingin berendam disana." Titah Jeno yang masih senantiasa menggendong Jaemin di tangan nya.
"Saya akan menyiapkan nya Tuan, Permisi." Jeno pun mengangguk dan pergi ke kamar Jaemin untuk sementara menidurkan nya.
"Hah..." Jeno merenggangkan otot kedua lengan dan punggung nya, bagaimana pun juga Jeno lelah sedaritadi menggendong Jaemin.
"Seharusnya sudah selesai." Jeno segera menghampiri kamar nya dan berendam untuk sementara dengan air hangat. Malam yang begitu panjang.
.
.
.
"Jaemin-san, Jaemin-san." Panggil Jeno menggoyangkan tubuh Jaemin pelan. Jaemin pun terbangun dan menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voracity || Famous Actor
General FictionSeorang aktor terkenal yang sudah terjerumus dalam dunia aktor sejak diri nya masih bersekolah. Selalu mendapat peran utama dalam drama, dianggap keberuntungan bagi perusahaan yang bekerja sama dengan nya. Sampai pada akhirnya Aktor besar Nakamoto J...