"Tak seharusnya kau kembali ke Jerman." Gumam Tae yang menyesal, ia merengkuh tubuh nya dalam keadaan posisi duduk.
Sebelum ia mengatakan hal tersebut, Kim Tae tak sengaja menangkap dua pasangan tertidur bersama di sofa yang hanya mampu menampung satu orang.
Kim Tae terbangun karena diri nya haus, namun ia mengurungkan niat ingin keluar dari kamar hingga kedua sosok itu bangun.
Diri nya merasa haus, tapi sesuatu tengah menahannya untuk tidak keluar dari batasan pintu berwarna hitam tersebut. Ia hanya mampu menggenggam knop pintu besar dengan emosi bercampur aduk. Kim Tae merasa rasa haus itu menghilang entah kenapa, tetapi mencekat diri nya hingga sulit bernafas.
"Sebenarnya siapa yang menjadi bagian dari hati mu?" Tanya Tae pada diri nya sendiri, ia membalikan tubuh lalu bersender pada pintu tersebut hingga kembali tertutup rapat.
"Aku...? Itu tidak mungkin, aku hanya lah boneka bagi nya. Tae.. Kau sangat bodoh." Pria Tampan tersebut menggerutu kesal sembari menyentuh ujung rambut nya dengan kuat.
.
.
.
"Tuan Tae, kau di dalam? Bagaimana keadaan mu saat ini?" Ten mengetuk pintu kamar yang di tempati oleh Kim Tae, tetapi tak ada jawaban sama sekali dari sana.
"Tuan Tae?"
"Eh, tunggu lah sebentar Ten–" Terdengar suara gaduh disana dan rintihan Tae yang sepertinya terjatuh. Ten meringis ketika mendengar nya.
"Ya?! Ada apa?" Pria itu membuka pintu dengan tergesa-gesa sehingga Ten memasang wajah gugup dan setelah itu tersenyum.
"Aku membawakan mu sarapan, kau belum mengisi perut mu selama beberapa jam bukan? Makan lah Tuan."
Tae melihat nampan tersebut serta piring yang berisi sebuah bubur yang terlihat menggiurkan di mata nya.
"Sepertinya aku sedang tidak memiliki nafsu–...makan.." Wajah Tae memerah sempurna ketika perut milik nya bergetar mengeluarkan bunyi.
Ten menahan tawa yang akan keluar, ia pun menutup mulut nya sembari terkikik geli, sedangkan pria yang lebih tinggi dari nya itu memalingkan wajah yang semerah tomat ke arah lain.
"Hahahaha, Tuan. Isi lah perut mu. ." Kim Tae pasrah dan mengambil nampan itu dengan ragu, Ten membuang muka ke arah lain karena berusaha menahan tawa melihat wajah malu Taehyung.
"H-hei.."
"Maafkan aku Tuan, kau sangat lucu Maaf." Ten menyeka genangan air mata yang keluar dari mata. Ia terkikik geli hingga lupa jika Tae berusaha keras menahan malu.
Dimana harga diri ku?
"Kalau begitu, aku akan kembali. Beristirahat lah lagi Tuan, selamat malam!" Kim Tae mengangguk pelan lalu menutup pintu kamar.
Pria Cantik tersebut menghela nafas kasar sembari duduk di ujung sofa dengan murung.
Saat sedang melihat-lihat foto milik mereka berdua, atensi nya kini beralih kepada sebuah salah satu foto berada di tengah-tengah panjang. Ten memandang Johnny saat sedang kelulusan sekolah menengah pertama bersama dengan... Orang asing? Entahlah, ia terlihat tidak asing bagi Ten.
Apakah dulu mereka memang sangat serasi? Nyata nya benar, Ten hanya sanggup mengusap beberapa bingkai foto lirih. Namun tak lama, ia kembali menatap sesosok Sang Kekasih ketika masih muda disana.
Di dalam foto tersebut Johnny terlihat sangat senang bersama dengan orang yang tak familiar bagi Ten. Kim Tae? Sangat tidak mungkin tetapi dapat membuat Ten menjadi ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voracity || Famous Actor
General FictionSeorang aktor terkenal yang sudah terjerumus dalam dunia aktor sejak diri nya masih bersekolah. Selalu mendapat peran utama dalam drama, dianggap keberuntungan bagi perusahaan yang bekerja sama dengan nya. Sampai pada akhirnya Aktor besar Nakamoto J...