4. Talk

24.8K 3.1K 198
                                    

VILLAIN OBSESSION
Warn : violence &sadistic
. . .

"Aku tak mengerti kau bicara apa." Ujar Luke memutar bola matanya malas, mengalihkan pandangannya ke arah lain sebab menghindari tatapan Ivy. "Habiskan makananmu sebelum Yang Mulia kembali."

"Bang? Makannya bagaimana, bang?" Ivy menatap Luke dengan pandangan sulit diartikan, bergantian setelah menatap sepiring makanan enak di hadapannya lalu menghela nafas. 

Ivy menggeleng, tidak bisa makan makanan tersebut karena rasa perih menembus tenggorokannya. Luka nampaknya mengetahui itu, dirobeknya bagian ujung pakaiannya sepanjang leher Ivy lalu diikatkannya leher gadis itu.

"Minumlah." Pinta Luke menyodorkan gelas kayu ke depan bibir Ivy. "Minum. Airnya tak akan bocor keluar dari lukamu, jangan khawatir."

Alis Ivy terangkat satu curiga. "Ah, yang benar bang?" pandangannya jelas membuat Luka merasa terganggu, kesal sendiri karena tak dipercayai.

"Cobalah untuk meminumnya." Tukas Luke mendorong gelas semakin dekat ke bibir Ivy lalu mencekoki gadis itu hingga terbatuk dengan suara yang sangat serak dan kecil sekali.

Refleks memegangi leher, Ivy merasa bersyukur ternyata suaranya tidak hilang secara keseluruhan. "Berarti setelah lukaku sembuh, aku bisa bicara lagi?" kepala Ivy mengangguk-angguk setelah menarik kesimpulan itu. Lumayan, penderitaannya berkurang sedikit.

"Tidak bocor, kan?"

Ivy menatap Luke berbinar. "T-tolongh..." suaranya terdengar begitu serak dan menyakitkan, Ivy berdehem memaksakan dirinya untuk bersuara. "A-aku... aku ta-k i-ngin.. ma...ma-ti se... seperti... Ro-se."

Deg!

"Kau mengenal Rose!?" tanya Luke serius sampai tak sadar mencekik leher Ivy, "kau mengenal adikku, Rose?"

"Huhu... nasibku menyedihkan sekali. Mau menggunakan nama Roseline supaya kakaknya menyelamatkanku malah dicekik lagi, hiks." Kali ini Ivy tak dapat menyembunyikan air mata kesakitannya terlebih cekikan Luke semakin menguat sambil terus-terusan memaksa Ivy menjelaskan bagaimana cara Roseline meninggal.

"Kau tahu sesuatu, kan?" Luke bertanya lagi, tatapannya menajam. "Kau tahu kenapa adikku meninggal, kan? Dimana jasadnya?"

Ivy meneguk ludah susah payah. "I-itu..." sejenak ia melirik ke arah pintu yang terbuka dan mendapati sosok Aken berdiri di sana dengan ekspresi menyeramkan.

Aken mendesis dingin. "Apa yang terjadi disini?" masing-masing kedua tangannya diletakkan pada kusen pintu sembari menunggu penjelasan dari Luke. "Kenapa kau menyentuh budakku?

Luka menghempas kepala Ivy hingga terbentur lantai lalu bangkit, memutar tubuh kemudian membungkuk. "Maaf Yang Mulia. Perempuan ini mencoba mengintimidasiku."

"Huh?" Aken menggulirkan tatapannya melihat ke arah Ivy. "Dia mengintimidasimu?"

"Benar Yang Mulia."

"Pffttt. Itu sebuah lelucon atau apa?" Aken membawa satu tangannya menutup mulut, tertawa di baliknya. "Kau sedang mengatakan padaku bahwa gadis bisu ini bisa bicara?"

"Aku tidak bisu woy!"  Protes Ivy lewat hati.

"Maafkan saya, Yang Mulia." Ujar Luke lagi tak ingin menjelaskan kejadian sebenarnya.

"Baiklah." Sahut Aken acuh, tak begitu tertarik melanjutkan masalah ini. "Pergilah. Lanjutkan tugasmu."

"Baik Yang Mulia."

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang