31. King

12.1K 1.5K 396
                                    

VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .


"Kau tak tanya mengapa aku melakukannya?"

Wajah cemas Aken seketika berubah jadi seringai lebar penuh kepuasan. "Pfftt. Apa itu penting? Dia sudah mati, menghukum pelakunya tak akan membuat dia bangkit dari kematian. Untuk apa aku repot-repot, hm?"

"Kau tidak memiliki hati nurani!" seru Ivy tak berkaca pada kelakuannya sendiri yang secara total sudah menghabisi tiga orang di dunia ini.

"Pfttt. Aku tak mengerti kau ini kenapa tapi aku cukup suka dirimu yang sekarang, kuakui itu." Gumam Aken membalas sembari mengulum senyum tipis. "Kau membawa perubahan besar pada dirimu dan aku menyukainya. Kenapa kita berperang? Bukankah lebih bagus kita menyatu saja?"

Ivy mengepalkan tangannya erat. "Aku tak sudi." Desisnya dipenuhi kekesalan melimpah dalam hati. "Aku tak akan pernah mau berhubungan denganmu."

"Bagaimana jika aku memaksa?" meletakkan tangannya di dagu Ivy, Aken menarik paksa dagu gadis itu namun dengan gerakan cenderung lembut. "Tidak boleh menolak, tidak boleh bilang tidak mau."

"Kau gila--"

"Aku akan mengekspos kejahatanmu pada semua orang." Potong Aken terhadap ucapan Ivy. "Kau mau mengelak bagaimana lagi? Mudah bagiku membuat bukti yang memberatkan dirimu dan mudah pula bagiku membuatmu bersih seolah korban yang tak tahu apapun."

Hening sejenak. Ivy merasakan seluruh tubuhnya gemetar hebat, ketakutan. Entah mengapa tapi situasinya benar-benar tak nyaman, jantungnya berdetak kencang dan terasa amat menyakitkan. Bibirnya hanya bisa membungkam, terkatup rapat-rapat.

Menatap jari-jari Ivy yang gemetar, Aken meraihnya perlahan. Menyematkan jari kecil itu diantara jari-jari besarnya, meremasnya dengan lembut sampai sensasi gemetar itu perlahan teredam dan menghilang.

"Bukankah sangat menyiksa ketika ketakutanmu merupakan satu-satuny orang yang bisa merawatmu sampai sembuh?" katanya demikian sambil tersenyum geli dalam artian mengejeknya. "Rasa gelisah itu hanya bisa redam oleh pelaku yang menimbulkannya, aku benar?"

Nafas Ivy tertahan, bisa ia rasakan detak jantungnya yang semula kasar perlahan menjadi tenang. Lebih tenang dari sebelumnya sampai pernafasannya kembali terasa lebih normal dari beberapa detik sebelumnya dan keadaan tubuhnya menjadi jauh lebih kondisi saat ini.

"Kau bajingan." Gumam Ivy mengatai laki-laki di hadapannya ini. "Mengapa kau melakukan hal mengerikan itu padaku?"

Satu tangan Aken melepaskan genggamannya dari tangan Ivy, berpindah mengusap puncak kepala gadis itu. "Karena aku ingin? Hmmm, jawaban seperti itu selalu terdengar lebih masuk akal dari jawaban lain."

"Apa aku membuatmu takut malam itu?" bisiknya mendekati telinga Ivy dan mengecup bagian daun telinga gadis itu.

"Kau sampai membenciku sejauh ini. Itu tidak baik, hm?"

Ivy menggigit bibir, satu sentuhan Aken membuatnya menjadi lebih tenang namun di sisi lain ada kemarahan yang sedang berusaha ia pendam rapat-rapat.

"Aku membencimu." Pungkas Ivy berucap. "Aku tidak akan pernah memaafkan dirimu."

"Memaafkanku? Siapa juga yang akan minta maaf padamu?" kekeh Aken lembut, wajahnya semakin mendekat ke pipi Ivy lalu mendaratkan satu kecupan lembut di sana hingga mata gadis itu terpejam sesaat menikmati sentuhan bibir tipis itu pada kulitnya.

"Aku tidak suka mengatakan lelucon tapi sampai akhir aku tak akan meminta maaf padamu, sayang sekali." Ujarnya miris sekaligus prihatin pada Ivy. "Kusarankan lebih baik kau pergi dari sini sejauh mungkin daripada mencoba membuatku setara denganmu atau sebaliknya."

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang