9. Bed

22.4K 2.2K 193
                                    


VILLAIN OBSESSION
Warn
. . . 



Mari mengulang ke beberapa saat lalu sebelum Ivy sampai pada situasi ini. Seingatnya dia berbaring di kasur, menurunkan kelopak matanya sambil memeluk bantal lalu tidur tanpa merasakan ada gerakan sedikitpun dari sekitar.

Apa mungkin karena kebiasaan tidurnya yang mirip orang mati sehingga tak dapat menyadari kehadiran Aken?

"Ini..." Ivy syok memandang pria tampan di hadapannya. "Apa ini?" ia akui Aken sangat tampan tapi tidak, Ivy sama sekali menolak jika harus menggantikan posisi Ayrin.

Aken menyeringai. Satu tangannya turun mengusap sisi pipi Ivy yang terkena cairan hangat berwarna putih itu, menekan-nekankan ibu jarinya disana kemudian beralih mengulum bibir bawah usai selesai tersenyum manis.

"Aku tidak sanggup melakukannya pada Ayrin, dia mirip seperti Roseline dan Roseline tidak suka dipaksa untuk hal-hal seperti ini." Ujarnya sedikit bercerita, kini tangannya turun menangkup sebagian dagu Ivy agar pandangan gadis itu tetap lurus ke arahnya.

"Aku tak ingin menyakiti sosok Roseline untuk kali kedua." Ungkapnya memaparkan alasan besar kenapa malam ini dia berada disini, mengikat tangan Ivy ke sisi ranjang dan baru saja melepaskan ejakulasinya di wajah gadis itu. "Meskipun aku sempat berniat, aku tidak sanggup. Lalu aku ingat, aku masih punya budak tak tahu diri yang berusaha menginjak kepalaku. Mengapa tidak kucoba dengannya saja, hm?"

"Jangan." Ivy menggelengkan kepalanya kuat. "Kumohon jangan." Pintanya memohon, memasang raut paling menyedihkan dari yang pernah ada.

"Hm?" deheman Aken tak menanggapi Ivy sepenuhnya, pria itu acuh dan sibuk menanggalkan sisa celananya sebab bagian atas tubuhnya sudah full naked—tak berpakaian sedikitpun.

Ivy menggerakkan kepalanya mundur, menjauhi Aken yang menempatkan miliknya ke depan mulut Ivy. Menempelkan kekerasan itu ke permukaan bibirnya secara paksa.

"Tidak mau!" tolak Ivy berpaling ke arah lain.

"Aku tak punya banyak kesabaran." Aken berujar lalu menahan puncak kepala Ivy dengan cengkraman kuat sehingga gadis itu tak lagi membuang kepalanya kemana-mana, menoleh ke arah lain sedikit saja pun sudah tak bisa.

Dimasukannya secara paksa benda itu ke dalam mulut Ivy hingga pemiliknya tersedak-sedak karena ukurannya yang terbilang panjang dan besar. Ivy terbatuk namun Aken tetap menjejalkannya, seraya mencekik leher Ivy dengan tangannya yang satu lagi dan mulai maju mundur di dalam mulut gadis itu.

"Ssshh... sial!" umpat Aken merasa tergigit sedikit oleh gigi Ivy.

Plak!

Tamparan kencang di terima oleh Ivy di kepalanya hingga berbunyi keras karena Aken merasa kesal saat miliknya terkena gigi gadis itu. Dijambaknya rambut Ivy, ditarik kencang ke belakang hingga mereka bertatapan.

"Sekali lagi kau gigit, kupastikan kepala itu terputus." Ancamnya serius sampai mengarahkan belati kecil kesayangannya ke depan wajah Ivy sehingga gadis itu mau tak mau pasrah dan membuka mulutnya lebih lebar jika tak mau terjadi tragedi terkena gigi untuk kali kedua.

Ini benar-benar paksaan. Ivy bisa merasakan milik Aken yang menyentuh sampai ke tenggorokan, berulang kali ia tersedak namun pria itu abai dan menampar kepalanya berkali-kali sampai merasa puas lalu menarik miliknya. Berpindah menjejalkannya jarinya masuk ke mulut Ivy sambil mengocok kekerasannya di bawah sana.

"Ini baru awal, aku ingin lebih." Ucap Aken memberitahu Ivy supaya gadis itu bersiap sebab sekarang tangannya turun ke bawah, menyibak gaun gadis itu hingga terangkat ke atas perutnya. Menampilkan kaki jenjang seksi nan sekal di bagian paha...

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang