18. Silent

14.7K 1.9K 517
                                    




VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .




Tiga kantong keping koin emas dilemparkan Ivy tepat ke hadapan seorang wanita berumur sepuluh tahun lebih tua darinya sebagai sogokkan agar tutup mulut mengenai Roseline. Bisa dibilang gadis itu cukup ramah, itulah sebabnya Ivy agak kewalahan menemukan siapa-siapa saja yang sempat dekat dengan Roseline.

"Apa ini?" wanita itu nampak terkejut, Elena namanya.

"Tutup mulutmu tentang Roseline maka hidupmu akan aman sampai mati." Ujar Ivy.

"Roseline?" Elena mengingat-ingat pemilik nama tersebut. "Kekasih---"

"Dia sudah meninggal." Potong Ivy cepat, tangannya ia bawa terlipat ke depan dada.

"Karena itu kuharap kau bisa diajak kerja sama dan tutup mulut mengenai Roseline jika ada siapapun yang bertanya padamu." Lanjut Ivy tak menjelaskan terlalu detail alasan dibalik permintaannya terhadap Elena yang jelas membuat wanita itu merasa bingung.

"Tapi kenapa?" tanya Elena tak bisa sembarangan menerima tawaran menggiurkan Ivy walau beberapa kali matanya melirik ke arah tiga kantong emas yang tergeletak di hadapannya. "Roseline adalah gadis yang baik. Mengapa aku harus berbohong tidak mengenalnya?"

Ivy mengepalkan tangannya geram. "Bukan urusanmu. Aku sedang berupaya membantumu agar tak terlibat sesuatu yang mengerikan di masa depan. Jika masih ingin hidup aman dan berumur panjang sebaiknya jangan katakan apapun. Ambilah emas ini sebagai bayaran. Aku permisi." Ucapnya lalu berbalik dan pergi namun belum sepenuhnya mempercayai Elena sebab wanita itu terlihat menaruh rasa curiga berlebih padanya.

Setelah pertemuannya dengan Elena, Ivy membawa langkahnya menuju kamar Ayrin. Tempat dimana dia tinggal dan tidur selama beberapa hari ini. Persiapan pernikahan mulai terlihat setengah jadi, dekorasi-dekorasi mulai dari bunga sampai permata terlihat memenuhi aula utama istana. Yeah, Ivy cukup mengenal Aken bukanlah sosok yang main-main dengan kalimatnya sendiri seperti pada novel.

Namun pada malam itu entah dapat keberanian dari mana, Ivy mempermainkan Aken dan membuat pria itu menunggu untuk sesi yang tidak akan pernah datang sebab itu merupakan salah satu cara Ivy menarik ulur hubungannya dengan Aken supaya ada kemajuan. Supaya pria itu berbalik dan mengejarnya walau nyaris bisa dibilang mustahil.

"Selamat malam, Kak Ayrin." Sapa Ivy tersenyum riang saat mendapati gadis itu sedang makan malam di kamarnya ditemani oleh prajurit pribadinya yang sudah bukan Luke lagi.

"Selamat malam untukmu juga, Ivy. Kemarilah, kita makan." Ayrin beujar sambil tersenyum, satu tangannya terulur ke arah Ivy. Dia lambaikan agar gadis itu mendekat ke sana. "Dari mana saja kau? Aku mengkhawatirkanmu."

Ivy menarik satu senyum tipis, menempatkan dirinya duduk di sebelah Ayrin. "Itu saya... berjalan-jalan sebentar. Berkat anda semua orang lebih menghormati dan menghargai saya, Tuan Noah juga sangat membantu."

"Oh ya?" sahut Ayrin terkekeh, "baguslah kalau mereka membantumu. Aku tak perlu cemas berlebihan lagi. Aken tak berusaha mendekati atau menyakitimu, kan?"

Ivy menggeleng. "Dia bahkan tidak berani menatap saya walau dari jauh." Jawabnya melebarkan senyum. "Kak Ayrin makan apa?"

Mata Ivy menyusuri satu per satu menu yang ada diatas meja, menu yang asing namun ia tahu beberapa menu terbuat dari daging dan ikan sementara beberapa lainnya terlihat seperti salad sayuran.

"Entahlah." Ayrin sendiri tak tahu pasti apa nama-nama makanan di hadapannya, ia tersenyum lalu menyuapkan sepotong daging ke mulut Ivy. "Bagaimana rasanya?"

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang