6. Aken

24.2K 2.6K 116
                                    

VILLAIN OBSESSION
Warn : violence &sadistic
. . .

"Siapa kau sebenarnya?" Aken mendatangi Ivy lagi di keesokan hari, di pagi-pagi sekali setelah semalam mendapat penolakan telak dari Ayrin. "Bagaimana kau tahu gadis itu akan menolakku?"

Ivy mengangkat bahunya. "Aku tak mau jawab jika kau masih melakukan penyiksaan padaku." Ujarnya mencoba bernegosiasi lalu Aken yang paham bergegas melepas ikatan tangan gadis itu dan membiarkannya duduk di lantai melepas lelah berdiri semalaman.

"Beritahu sekarang." Decak Aken menuntut tetapi bukan Ivy namanya kalau langsung mengatakan jawaban pada pria itu tanpa memikirkan keuntungan yang bisa didapatnya sebagai balasan.

"Pertama, aku harus sembuh terlebih dahulu." Ucap Ivy memberikan syarat dan mendapati tangan Aken terkepal erat, "jika sekali saja kau memukul atau mencoba menyakitiku maka kesepakatan ini batal." Lanjutnya masih dengan suara serak hilang timbul.

"Hanya itu?"

Ivy menggigit pelan bibir bawahnya, berpikir mengira-ngira apalagi yang dia butuhkan. "Oh! ada lagi, yang ini terpenting kedua. Aku mau sebuah kamar dan perlakuan layaknya manusia. Setuju?" tawarnya seraya mengulurkan tangan kanan, mengajak Aken berjabat tangan jika sepakat.

"Dengan itu kau akan membuat Ayrin setuju menikahiku?"

Ivy tersenyum sumringah. "Tentu saja." Dengan senang hati dia menyahut sambil membayangkan kehidupan mewah yang ia terima. "Ah.., tapi tolong jangan beritahukan tentangku pada siapapun. Maksudku, aku akan berpura-pura menjadi pelayan Tuan Puteri Ayrin dan membujuknya untuk setuju menikah denganmu. Bagaimana?"

"Setuju." Angguk Aken kemudian menjabat tangan Ivy. "Lakukan tugasmu dengan benar. Jangan rusak kepercayaanku." Lanjutnya memperingatkan tak lupa menusukkan tatapan tajamnya tepat ke mata Ivy.

"Aku tak berniat melakukannya juga." Ivy masih mengulum senyum, tak serius dengan perkataannya. "Sayang sekali Yang Mulia Aken yang Mahakuasa, aku tak berniat melewatkanmu juga. Kau harus jadi milikku juga."  lanjut Ivy dalam hati.

Kemudian sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat di awal, dengan mudah kehidupan Ivy berubah seratus delapan puluh derajat. Dari yang tadinya disebut sebagai budak Aken, kini hidupnya jauh lebih baik dan nyaris menyentuh kata sempurna.

Ahli pengobatan terbaik istana dipanggil hanya untuk mengobati luka-luka kecil ditubuhnya. Yah, Ivy tak memungkiri luka sayat di lehernya yang terparah tapi sekarang ia sudah merasa lebih baik hanya dengan satu kali pengobatan ditempel dengan bubuk herbal entah apa—Ivy merasa baikan.

"Lukanya cukup dalam tapi hanya sedikit menggores pita suara jadi untuk beberapa waktu ke depan suaramu agak serak dan kurang bagus." Ujar wanita tersebut. "Setelah satu setengah pekan suaramu akan berangsur membaik dan kembali seperti semula."

Ivy mengangguk, sedikit melirik ke Aken yang berdiri tepat di sebelah ranjangnya. Perlahan Ivy menggerakkan jarinya, meraih jari-jari Aken lalu meremasnya lembut dan membuat pria itu terkejut namun tidak menepis.

"Sudah selesai, Yang Mulia." Wanita itu bangkit lalu berpamitan. "Saya permisi, jika anda berkenan melakukan pemeriksaan tambahan minggu depan saya akan ke sini lagi."

Tak menyahut, Aken mengibaskan tangannya sebagai balasan lalu menatap kepergian wanita itu kemudian beralih pada Ivy. Setelah memenuhi kebutuhan yang diminta gadis itu, kira-kira apalagi sekarang?

"Terimakasih." Ucap Ivy pelan, nyaris terdengar seperti bisikan lalu tanpa aba-aba ditariknya lengan Aken sampai pria itu mencondongkan badan ke arahnya.

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang