14. What

16.7K 2.4K 1K
                                    




VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .



"Aku tak mau." Jawab Ivy setelah beberapa terdiam. "Aku tak mau berhubungan dekat atau berada di sekitarmu lagi. Kau monster dan menakutkan."

"Tidak mau?" Aken tak percaya mendapati penolakan telak seperti itu dari Ivy. "Kau pasti bercanda. Tak ada seorang pun yang mampu menolak diriku."

"Aku mampu." Pungkas Ivy mendapat keberanian entah dari mana, mungkin karena saat ini ia berada di kamar Ayrin dan memiliki kuasa serta hak atas dirinya sendiri.

"Kau tidak bisa melakukan apapun terhadapku, aku..." menahan gemetar di tangannya, Ivy meremas masing-masing jemarinya dalam kepalan. "Aku berada di bawah perlindungan Nona Ayrin dan ini kamarnya, tempat yang tak berada di bawah kuasamu."

Aken tersenyum sinis lalu menempatkan tangannya membentuk lingkaran sebesar wajah Ivy secara langsung di depan mata gadis itu sambil berkata. "Seluruh tempat di istana ini baik cacing yang berada di dalam tanah sekalipun, semuanya berada di bawah kekuasaanku termasuk dirimu."

"Aku tak mau." Ivy berpaling wajah ke arah lain lalu menarik kakinya mundur ke belakang saat Aken berusaha mendekatinya.

"Mengapa tidak mau? Berhenti memandang dengan tatapan seolah aku menyiksamu selamai ini, Ivy." Senyum menyeramkan mengembang di wajah Aken, di saat yang sama pria itu memegang masing-masing bahu Ivy. "Kau bahkan menggunakan nama yang kuberikan padamu."

"Aku menggunakan nama itu karena kau memaksaku bukan karena aku menyukainya." Sahut Ivy membela diri dengan menampar Aken menggunakan fakta.

"Lalu kenapa kau mendekatiku?" tanya Ivy sekali lagi. "Bukankah yang kau suka adalah Ayrin? Kenapa kau tak berusaha menaklukkan hatinya sendiri? Kenapa harus melalui aku dan kenapa kau memaksaku untuk kembali menjadi pemuas nafsumu?"

"Kau bilang... kau sangat ingin menikahi Ayrin." Ivy kembali berucap seraya menatap tangan Aken yang terkepal erat seolah siap memukul wajahnya kapan saja.

"Aku memang akan menikahi gadis itu." Ujar Aken mempertegas. "Kenapa? Ada masalah?"

"Disaat kau sudah memiliki gadis untuk dijadikan istri, untuk apa kau mengejar gadis lain lagi?" Ivy mengulum bibir, meneguk ludah guna membasahi tenggorokannya yang mendadak terasa begitu kering.

"Kau... akan menyelingkuhi gadis sesempurna Ayrin?"

Langkah Aken tertahan di saat ia hendak melangkah maju. Perkataan Ivy barusan seperti menamparnya dengan keras. Menyelingkuhi Ayrin? Apakah yang dilakukannya ini termasuk berselingkuh?

"Apa maksudmu?" mencoba tetap tenang, Aken bertanya baik-baik pada Ivy. "Aku mana mungkin berselingkuh dari Ayrin. Kau mencoba mempermainkanku?"

Ivy menggeleng. "Kau seharusnya bisa menilainya sendiri dari sikapmu sekarang. Dari caramu yang terus mendekatiku, itu termasuk berselingkuh. Bukankah kau sudah berjanji tidak akan pernah berselingkuh dari Roseline? Dan Ayrin sangat mirip dengannya." Ucapnya.

"Kau berselingkuh." Lanjut Ivy menarik kesimpulan dan mengubah ekspresi wajah Aken menjadi gelap.

Saat pria itu akan menghampirinya, dengan cepat Ivy mencegat. "Kalau kau maju dan menyentuhku, kau menyelingkuhi Ayrin."

Alhasil langkah Aken tertahan disana, tatapannya bergulir ke segala arah sampai akhirnya terhenti pada satu titik. Satu titik dimana matanya dan mata Ivy bertemu.

"Kau sialan." Gumamnya pelan, melepaskan kepalan tangannya lalu berbalik dan pergi dari kamar itu.

Seketika kelegaan menyelimuti hati dan otak Ivy, ia menjatuhkan tubuhnya terduduk di lantai sambil memandang kedua tangan serta kakinya yang gemetar. Ivy lalu membawa tangan-tangan kurusnya untuk dipeluk sampai akhirnya sebuah tangan besar terulur di depan matanya.

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang