VILLAIN OBSESSION
Warn : violence &sadistic
. . .Tak dapat menahan kekesalan bercampur rasa penasarannya lebih lama, Luke menodongkan pedang pada Ivy. Berharap dengan itu gadis tersebut akan bicara, mengatakan bagaimana Roseline meninggal namun sialnya ternyata Ivy tak segampangan itu untuk diancam.
"Lanjutkan saja." Pintar Ivy menatap Luke datar, "sedikit saja kulitku tergores maka jangan berharap akan kukatakan seperti apa itu dan bagaimana dia berakhir."
"Sial." Umpat Luke menurunkan pedangnya dan membalas sengit tatapan Ivy. "Setidaknya kau harus mengatakan sesuatu padaku!"
Ivy meringis pelan menanggapi. "Sudah kubilang itu tergantung sikapmu padaku dan aku juga akan mempertimbangkan kejadian barusan." Ujarnya melipat kedua tangan di depan dada merasa malas. "Mengapa kau begitu tergesa-gesa, Sir Diluc?"
"Berani sekali kau menyebut--"
"Aku baru saja memperingatkanmh untuk jaga sikap." Potong Ivy menatap Luke tajam, "kau tidak mengerti bahasa manusia?" lanjutnya mempermalukan laki-laki itu dengan ketus.
"Kau jahat." Desis Luke kehabisan kata.
"Kau membunyikan alasan kematian seorang adik dari kakaknya." Luke berkata tak habis pikir lalu menggeleng, masih dengan tatapan tertuju ke mata Ivy. "Kau sangat senang memanfaatkan ketidakberdayaanku?"
"Ketidakberdayaanmu?" Ivy nyaris melepas tawa kencang.
Ia ingat betul seperti apa romansa kakak beradik itu. Semajam genre siscon yang terlebih dalam sebuah cerita tetapi naas, sudah tak terbalas harus berakhir pula dengan kepala tertebas. Malang semakin nasib Luke.
"Karena kau memendam perasaan lebih terhadap Roseline, kan?" tanya Ivy sukses membuat wajah Luke menampilkan ekspresi syok bukan main. "Karena itu... kau sangat ingin tahu bagaimana dia mati, kau tak bisa menerima kenyataan kalau orang yang kau cintai sudah meninggal."
Merasa terpojok, Luke mengepalkan tangannya erat. Tadinya ingin meninju Ivy sampai mati tapi kembali lagi pada fakta bahwa gadis itu merupakan satu-satunya orang yang bisa memberitahukan tentang kematian Roseline padanya.
Sehingga mau tak mau Luke terpaksa mengalah lagi kali ini dan menerima uluran jabat tangan perdamaian dari Ivy yang menatapnya dengan satu sudut bibir tertarik ke atas—tersenyum miring. Ivy sontak mengedipkan matanya cepat kala mendapati uluran tangannya disambut hangat oleh Luke.
"Aku minta maaf atas tindakan kurang ajarku barusan." Ujar Luke sama sekali tak menunjukkan ekspresi menyesal sedikitpun malahan tatapannya masih menghunus tajam ke arah Ivy.
"He'em." Ivy mengangguk, menarik tangannya lalu menyimpannya di belakang punggung. Menggunakan salah satu trik psikologi yang dapat membuat orang penasaran dan menebak langkah selanjutnya yang akan ia ambil. "Aku masih menoleransi tindakanmu kali ini tapi jika sekali lagi kau melakukannya baik di sengaja maupun tidak, aku akan langsung mengubah pikiranku tentang kesepakatan kita."
Luke menghela nafas sedikit lega. Tapi tetap ada hal yang membuatnya merasa penasaran terutama karena sikap Ivy yang seakan sangat percaya diri namun tak kunjung memberi bukti sedikitpun yang sekiranya dapat membuat Luke lebih percaya kalau Ivy tahu sesuatu mengenai kematian Roseline.
"Roseline dibunuh." Ucap Ivy tiba-tiba seolah bisa membaca pikiran Luke dari ekspresi yang ditunjukkan pria itu saat ini.
"Dibunuh?" kedua mata Luke membulat merasa tak percaya dengan apa yang di dengarnya saat ini. "Kau pasti bercanda."
"Terserah." Sahut Ivy acuh, mencoba untuk tetap sok misterius supaya Luke semakin penasaran terhadapnya dan mengenyahkan pikiran untuk menghabisi Ivy diam-diam dari kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Obsession
FantasiaAken itu seorang raja yang kejam dan terkutuk. Siapapun yang berada di dekatnya akan mati, karena itu dia menutup diri sebab kekasihnya telah menjadi korban pertama dari kutukannya tersebut. Setelah terbunuh karena aksi penjarahan manusia dan pemerk...