24. Bride

14.2K 1.7K 244
                                    



VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .


Ayrin duduk di pelaminan sendiri, melihat penampilan para penari di hadapannya. Aken tak ada di sisinya, pria itu pergi sejak satu jam lalu tetapi orang-orang seakan tak peduli kemana pria itu pergi. Mereka sama sekali tak berkomentar malahan semakin meriah saat melihat penari utama melakukan tarian atraksi dengan api keluar dari mulut.

"Memberi salam kepada Yang Mulia Ratu," Serena mengukir senyum tipis serta membungkuk hormat. "Wajah anda terlihat bersinar bak rembulan malam ini, anda adalah pengantin terbaik yang pernah saya lihat selama melakukan perjalanan."

Ayrin sedikit tersipu mendengar pujian itu, sejujurnya pujian dari sesama jenis terdengar lebih alami dibandingkan lawan jenis karena mereka cenderung spontan mengatakan apa yang ada dalam isi hati saat pertama kali menyaksikan atau melihat sesuatu tanpa perlu pikir panjang memikirkan kalimat pujian bagus seperti kaum lawan jenis pada umumnya.

"Terima--"

"Tapi tak sebanding dengan diriku." Ucap Serena menyela perkataan Ayrin sebelum gadis itu sempat menyelesaikan kalimatnya.

Serena mendekat, di mata orang-orang dia terlihat seperti sedang menari di sisi Ayrin padahal di kenyataan gadis berambut abu itu sedang berbisik mencoba mengintimidasi Ayrin melalui ucapan berbisanya.

"Kau tidak lebih cantik dariku bahkan posisimu kuakui cukup aman namun Raja mana yang tak mau memiliki selir secantik diriku?"

Serena menjauh, membawa dirinya kembali ke rombongan para penari lain. Meninggalkan Ayrin yang menatap dengan ekspresi kosong ke arahnya, merasa bingung. Mencoba mencerna ucapan gadis itu sampai akhir Rudolf datang dan berbisik mengenai kondisi Aken.

"Yang Mulia Raja mendadak tidak sehat, beliau minta waktu istirahat selama satu jam ke depan sampai sakit kepalanya agak mereda." Bisik Rudolf mengatakan kebohongan.

"Ah, begitu ya?" balas Ayrin seadanya dengan senyum getir tercipta di bibirnya, ia percaya-percaya saja walau kelihatan memprihatinkan sekali ditinggal oleh suami sendiri saat duduk di atas pelaminan.

"Benar Yang Mulia, mohon maaf karena saya membawakan berita buruk kepada anda." Sekali lagi Rudolf membungkuk sebelum menarik langkahnya mundur dan berbalik menuju tempat duduknya, bergabung dengan orang penting kerajaan lainnya dan lanjut menikmati pesta.

Namun tetap saja beberapa orang melihat miris ke arahnya sebab selama bertahun-tahun dalam sejarah Raven berganti Raja dan Ratu, ini kali pertama seorang Ratu berstatus baru menikah duduk di pelaminan sendiri tanpa di temani oleh suaminya yang seakan memberi kesan kalau pria itu terpaksa menikahinya.

"Anda baik-baik saja?" seolah peka akan keadaan Ayrin, pelayan pribadinya menghampiri dan menawarkan segelas minuman pada gadis itu. "Mau saya antar saja ke dalam dengan alasan anda tidak enak badan, Yang Mulia?"

Ayrin menggeleng. "Aku baik-baik saja."

"Saya tahu anda dipermalukan orang-orang melalui tatapan mata." Ucap wanita itu berkata lagi. "Tidak apa-apa, anda seorang Ratu dan berhak meninggalkan acara yang tidak anda suka---"

"Aku ingin tetap disini." Potong Ayrin cepat tak ingin ada orang lain menaruh simpati atau rasa kasihan padanya. "Abaikan saja keberadaanku dan jika kau masih merasa terganggu palingkan pandanganmu ke arah lain."

"Tapi, Yang Mulia..."

"Aku baru pergi setelah acara selesai, ini pernikahanku. Aku tak ingin kabur dari acaraku sendiri." Lanjutnya berkata tegas lalu memasang ekspresi polos seolah tak merasakan tatapan mencibir dari orang-orang sekitar.

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang