22. Wedding

15.8K 2K 383
                                    




VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .




"Yang Mulia, anda menunggu apa lagi?" tanya Rudolf selaku saksi pernikahan yang saat ini dibuat kebingungan karena Aken tak kunjung keluar dari kamar padahal sudah lewat sepuluh menit dari pukul lima tepat.

"Semua tamu sudah hadir?" Aken bertanya, ia memakai jubah penanda jabatan besarnya.

Rudolf mengangguk. "Semua para tamu telah menunggu di hall bahkan aula sampai penuh. Apalagi yang anda tunggu, Yang Mulia? Pendeta dan Nona Ayrin juga sudah sangat siap."

"Semua?" tanya Aken lagi memberi tanda kutip pada pertanyaannya seolah ada seseorang yang ia cari.

Tentu saja Ivy.

"Kau yakin semua orang ada disana?"

"Anda mencari siapa tepatnya, Yang Mulia?" seolah mengerti tabiat Aken, Rudolf menanyai seseorang yang dicari oleh pria itu. "Haruskah saya mengecek tamunya satu per satu?"

"Lupakan saja." Dengus Aken kesal.

"Dampingi aku, aku akan keluar sekarang." Ucapnya menginterupsi Rudolf setelah selesai memasang jubah kebanggaannya dan bercermin sekali lagi, memandang wajah tampan tak bercela miliknya sambil menyeringai puas.

"Dia pasti tak datang karena merasa cemburu." Tebak Aken dalam hati membayangkan Ivy sedang menangis tersedu-sedu di kamarnya sendiri saat ini.

"Anda terlihat gagah dan tampan, Yang Mulia." Kagum Rudolf memandangi Aken dari atas sampai bawah. "Anda seperti permata paling luar biasa yang pernah ada di muka bumi. Anda sempurna."

"Memang." Sahut Aken menyombongkan diri.

"Siapapun yang melihat anda akan jatuh cinta dalam sekejap!"

Aken berbalik dengan senyum miring terukir di bibir. "Termasuk dia?"

Pertanyaan itu di lemparkan pada Rudolf meskipun Aken tahu Rudolf akan selalu mengatakan ya padanya meskipun hal itu mustahil terjadi. Yah, seingatnya dulu waktu kecil dia pernah bertanya pada Rudolf yang masih muda apakah matahari bisa terbit dari barat dan Rudolf menjawab ya namun suatu hari tidak sekarang. Bisa dibilang pria itu sangat menyayanginya karena sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk merawat Aken sedari masa pubertas.

"Tentu! Tentu saja! Siapapun, siapapun akan mencintai anda dalam waktu satu detik ketika melihat penampilan anda yang seperti ini. Anda akan segera menjadi Pengantin Pria paling menakjubkan sepanjang sejarah."

Aken mengangguk kemudian berjalan di depan sementara Rudolf mengekor dari arah belakang sambil tersenyum bangga seolah melihat bocah yang dahulu menangis saat jatuh tersandung kaki sendiri kini akan menjadi Pengantin Pria.

Ingus sampai mengalir keluar dari hidungnya, Rudolf yang kebetulan flu segera mengelap dengan sapu tangan namun Aken lebih dahulu melihat aksinya tersebut dan memberi bombastic side eye padanya.

"Jangan terlalu dekat denganku." Larang Aken sigap tak ingin tertular virus flu dari Rudolf. "Menjauh tiga langkah di belakangku."

Rudolf mengangguk. "Baik Yang Mulia."

Setelah itu tak ada perbincangan lagi. Aken keluar dari ruangannya dan bergegas menuju aula. Sejauh mata memandang, ia membenarkan ucapan Rudolf dalam hati mengenai banyaknya tamu yang hadir dalam acara pernikahan ini. Mulai dari kalangan bangsawan sampai para rakyat rela berdesakkan hanya untuk menyaksikan Raja mereka menikah.

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang