VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .
"Kau menemuiku setelah meninggalkanku begitu saja?" Aken menatap Ivy dengan satu alis terangkat dan dua tangan terlipat di depan dada, berekspresi angkuh.
"Ehm, bukankah seharusnya kau berterimakasih karena aku telah membuang kutukan itu dari tubuhmu?" kini giliran Ivy yang ikut menarik ke dua tangannya untuk masing-masing terlipat di depan dada.
"Apa kau baru saja meminta aku bersujud di kakimu, menciumnya, dan berterimakasih?"
Aken tertawa sumbang. "Idiot." Gumamnya mengatai Ivy. "Aku Raja disini. Orang kecil sepertimu tak memiliki hak untuk menyuruhku melakukan apapun sesuai kemauanmu hanya karena Ayrin melindungimu."
Ivy mengangguk. "Aku tahu tapi, apa salahnya dengan berterimakasih?"
"Sangat salah." Balas Aken diiringi kekehan sinis. "Karena kau memintanya dariku maka itu sebuah kesalahan."
Satu kaki Aken maju mendekati Ivy. "Lalu soal pria itu, bukankah sudah kubilang padamu bahwa aku tidak menyukainya?"
"Kapan?" kedua mata Ivy berkedip polos, ia tahu pria mana yang dimaksud Aken. Siapa lagi kalau bukan Luke. "Lagipula aku dan dia adalah sepasang kekasih. Jadi, sudah sewajarnya jika kami---"
"Wajar!?" nada suara Aken meninggi tiba-tiba.
"Yang tidak wajar adalah kemarahanmu." Ivy kembali membalas sambil mengulum senyum polos. "Apakah alasan kau marah adalah karena kau menyukaiku?"
"Aku menyukai gadis sampah sepertimu?" Aken hampir terbahak kencang. "Memikirkan itu saja sudah membuatku jijik."
"Baiklah." Angguk Ivy. "Kalau begitu selamat atas pernikahanmu nanti malam, Yang Mulia." Ucapnya kemudian membungkuk dan berbalik pergi meninggalkan Aken sendiri di ruang kerjanya.
Pria itu berdecak kesal. Meraih sebuah vas yang ada di atas mejanya lalu melemparnya dengan keras ke arah dinding hingga pecah menjadi berkeping-keping. Moodnya rusak secara drastis selepas kepergian Ivy usai gadis itu memberinya selamat atas acara pernikahan yang akan berlangsung nanti malam.
"Pelayan! Pelayan!" serunya kencang hingga seluruh pelayan berdatangan dengan sangat cepat ke hadapannya. "Percepat persiapan pernikahan. Beritahu Ayrin, pernikahan berlangsung jam lima sore. Aku mempercepatnya."
"B-baik Yang Mulia." Sahut mereka kompak bersama-sama membungkuk ke arah Aken.
Mendapati kabar pernikahan di majukan dari jadwal sebelumnya, Ayrin agak kaget. Ia sedang tidur siang saat mendadak seorang pelayan masuk dengan gelisah dan membawa kabar tersebut untuknya.
"Jam lima sore?" Ayrin tak dapat menyembunyikan kekagetannya. "Dimana Aken? Biar aku bicara dengannya."
"Anda di minta untuk bersiap-siap mengikuti rangkaian mandi serta berdandan oleh Yang Mulia, Nona." Ucap pelayan tersebut memberitahu.
Ayrin menghela nafas, ia tak ada pilihan lagi sekarang. "Baiklah. Oh, bisa kau cari Ivy dan katakan aku ingin dia menemaniku?"
"Tentu Yang Mulia."
Hampir seluruh istana mengenal Ivy, gadis yang mereka anggap beruntung karena bisa mendapat perlindungan dan kesempatan hidup enak di sisi Ayrin tanpa tahu kejadian kelam yang telah menimpanya sebelum ini.
Membayangkannya saja Ivy lemas seketika. Maka tak heran jika beberapa kali saat teringat kejadian itu, Ivy berhenti berjalan dan memeluk tubuhnya sendiri. Menunduk, menyembunyikan ekspresi ketakutan di wajahnya seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Villain Obsession
FantasyAken itu seorang raja yang kejam dan terkutuk. Siapapun yang berada di dekatnya akan mati, karena itu dia menutup diri sebab kekasihnya telah menjadi korban pertama dari kutukannya tersebut. Setelah terbunuh karena aksi penjarahan manusia dan pemerk...