15. If

15.6K 2.2K 171
                                    


VILLAIN OBSESSION
Warn : Violence &Sadistic
. . .

"Aku punya alasan mengapa aku tak lari dari tempat mengerikan ini." Ivy mengeratkan gigi-giginya seraya menyusuri taman sejauh mata memandang.

Kadang dia merasa tenang, kadang dia merasa sangat amat ketakutan.

Ivy meneguk ludah. "Pembantaian besar-besaran akan segera terjadi lagi, seperti yang diceritakan dalam buku." Ucapnya bergumam bukannya tak ingin berupaya menolong.

Ivy berusaha tidak merusak jalannya kehidupan yang perlahan mulai masuk ke dalam alur hanya saja pov-nya berbeda---jika di buku Aken melakukan pembantaian karena frustasi dan kesal akibat tanda kutukan yang semakin melebar maka pembantaian kali ini pasti memiliki alasan yang lain.

"Semuanya berkumpul!" seruan dari para prajurit yang meminta para pelayan membentuk satu barisan panjang di hadapan mereka.

"Ada apa ini, Tuan?" seorang wanita muda, mungkin berumur sekitar tiga puluh lima tahunan nampak melayangkan protes sebab pekerjaannya belum selesai saat mendadak disuruh berkumpul. "Kenapa mendadak kami dikumpulkan saat pekerjaan kami belum selesai?"

"Jangan banyak tanya. Patuhi saja perintah dari Yang Mulia." Balasnya kemudian menarik dan mendorong wanita itu.

"Ibu!" anak laki-lakinya mendekat, menahan lengan sang Ibu namun di tepis oleh prajurit tersebut.

"Nak, temui kakakmu. Ibu segera kembali. Jangan khawatir, ya?"

Anak laki-laki itu menggeleng, menolak perintah dari sang Ibu. "Tidak mau! Aku mau sama ibu!"

"Cepat jalan!" perintah Sang Prajurit mendorong wanita tersebut, menyeretnya secara paksa untuk bergabung dengan rombongan yang lain.

"Anak remaja dari wanita itu akan langsung mencari Ayrin begitu mendapat firasat sesuatu yang buruk pasti akan terjadi." Ivy mengamati dari kejauhan sesaat setelah wanita itu dipisah dari anak laki-laki bungsunya yang berumur enam tahun lalu anak itu mendatangi sang kakak yang memiliki rentang sepuluh tahun lebih muda darinya.

Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda, remaja berumur 16 tahun itu seharusnya mendatangi Ayrin bukan dirinya.

"Kak," wajahnya kelihatan panik sekali. "Tolong aku." Katanya pada Ivy. "Ibuku, aku merasa kalau ibuku sedang dalam bahaya."

Ivy menggeleng. "Aku tidak bisa melakukan apapun!"

Remaja laki-laki itu bersikukuh. "Kau bisa dan harus. Aku memaksa. Aku mohon, kau adalah orang pertama yang kulihat... jika bukan demi aku, lihatlah adikku." Dia menunjukkan adik laki-lakinya yang sedang menangis dengan ekspresi wajah gusar.

"Kak..." anak laki-laki itu kini memohon pada Ivy. "Tolong bawa ibuku kembali, aku mohon."

"Apa-apaan?" Ivy menggeleng kuat, lebih kuat dari sebelumnya. "Kau pikir aku terlahir untuk melakukan itu? Cari Nona Ayrin dan minta bantuannya."

"Nona Ayrin..." remaja laki-laki itu menggeleng. "Dia tidak akan berani mencegah Yang Mulia Raja melakukan kekejaman pada orang-orang yang tidak bersalah."

"Orang berkuasa seperti Nona Ayrin saja tidak bisa lalu bagaimana aku bisa?" tanya Ivy membalas skeptis. "Lupakan saja dan anggap kita tidak pernah bertemu."

"Aku beberapa kali melihatmu dekat dengan Yang Mulia, aku mohon. Aku---"

"Apa ada keuntungan yang bisa kudapat darimu?"

Villain Obsession Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang