Chapter 15

4.3K 300 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

"Kau betul-betul tak ingin kumpul sore ini?" tanya Boss

"Ya, aku tak sebebas dulu, ayahku memaksa aku ikut ambil ahli melanjutkan bisnisnya, jadi aku akan bekerja, jadi aku akan membuka brand baru" keluh Fort

"Waa ada apa ini? Bukankah kau selalu menolak?'' heran Taee, membuat Fort makin lesuh saja mengingat akan mulai bekerja, tapi ini juga salahnya ia harus bertanggung jawab penuh

'Setidaknya sampai bayi itu lahir' batin Fort yang malah terlihat melamun dimata teman-temannya

"Kau Boss bukankan ayahnya sudah menyuruhmu mengambil ahli bisnis otomotifnya?" tanya fort

"Iya tapi aku masih ingin bebas, kerja sama sambil kuliah itu membuatku tak akan bebas lagi"

"Prinsip yang bagus, itu akan bertahan bila kau tak menghamili anak orang" gumam Fort

"Hamil? Kau menghamili anak orang?" kaget Taee membuat Boss juga ikut menatapnya

"Hanya memisalkan saja, itu mana mungkin" dusta Fort

"Iya sih aku lihat Piee juga tidak mungkin hamil sekarang, aku baru saja melihatnya berlari bermain voly tadi"

'Bukan piee tapi peat! Musuh kita sendiri' batin Fort miris walau ia tak mungkin jujur

"Kalau dilihat-lihat si Peat cantik juga ya? Dia makin berisi pipinya lucu" ucap Taee tiba-tiba tanpa sadar membuat Fort melihat arah pandangan Taee yang melihat Peat berjalan dengan teman-temannya melewati taman kampus tempat mereka duduk

"Kau sudah gila?! Kau baru saja memuji ketua fakultas musuh fakultas kita?" emosi Fort membuat Taee kaget karena baginya Fort berlebihan

"Iya aku tau, walau aku memujinyakan dia akan tetap jadi musuh kita, lagian kita bermusuhan hanya antar fakultas" kaget Taee

"Kau tau aturannya?! Siapa yang berani mendekati anak fakultas teknik maka harus keluar dari klub fakultas kita" tekan Fort menatap tak suka pada Taee

Ucapan Fort membuat Boss mengalihkan tatapannya, ia makin ragu untuk jujur akan hubungan diam-diamnya pada Noeul. Pada hal sebenarnya Fort berkata seperti itu hanya karena merasa kesal pada Taee melihat Peat dengan tatapan suka, ia tak bermaksud berkata sekasar itu tadi hingga tanpa sadar membuat sahabatnya yang lain merasa seragu ini.

.
.


"Kau kenapa sih? Kau marah-marah tak jelas? Kalau mau berkelahi bilang!" heran Peat melihat Fort dirumah seharian tidak dalam kondisi mood yang bagus, hal-hal kecil yang ia lakukan akan selalu salah lalu fort akan membesar-besarkan masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau kenapa sih? Kau marah-marah tak jelas? Kalau mau berkelahi bilang!" heran Peat melihat Fort dirumah seharian tidak dalam kondisi mood yang bagus, hal-hal kecil yang ia lakukan akan selalu salah lalu fort akan membesar-besarkan masalah

"Aku baru tau bahwa kau juga hobby kegenitan pada banyak laki-laki, ditambah kau hobby sok tebar pesona? Kau pikir kau cantik? Apa kau tak sadar diri bahwa diperutmu itu ada bayi? Seolah-olah kau bersikap masih pera*an saja" tanya Fort membuat Peat bingung karena ia merasa tak pernah seperti itu

"Apa sih yang kau katakan? Kau kerasukan atau apa? Kalau aku tidak sadar diri bahwa aku sudah berbadan dua, aku tak akan pernah mau menikah dengan lelaki aneh sepertimu! Akan akan memilih minimal menikah dengan pria yang jauh lebih tampan dan kaya!" balas Peat

"Ck, memang semua sama saja" gumam Fort tak ambil pusing ekspresi keheranan Peat padanya, ia memilih mengangkat telpon dari Piee kekasihnya saja

"Ya sayang?" tanya Fort dengan nada suara bernada lembut membuat Peat ingin muntah mendengar suaranya

"Kau dimana? Aku ke apartemen lamamu tapi kau sudah pindah tanpa mengatakannya padaku" keluh Piee, dan Fort memejamkan matanya ia lupa mengatakan pada Piee bahwa ia sudah pindah dan mustahil mengatakannya bisa-bisa hubungannya dengan Peat terbongkar

"Oh aku pindah karena sudah tak nyaman saja disana"

"Kau dimana? Kau tak memberi taukan ku?" tanya Piee

"Aku akan mengatakannya, tapi bukankah kita kau ingin jalan hari ini? Aku bisa menemanimu" fort berusaha menganti topik

"Tentu saja, kau ingat?" senang Piee

"Aku akan menjemputmu, tunggu aku. Aku mencintaimu" ucap fort lalu memutuskan sambungan telpon

"Kau mau kemana?" tanya Peat melihat gerak gerik Fort

"Kencan lah.. Ini bukan urusanmu" balas Fort membuat Peat melipat tangannya didada, ia tak akan  membiarkan Fort bersenang-senang saat ia hamil karena ulahnya

"Tapi 15 menit lagi kau harus menemaniku kontrol ke dokter bulan ini" ucapan Peat membuat Fort menatapnya kesal

"Jangan lupa hal itu" lanjut Peat

"Kau bisa pergi sendiri"

"Ini anakmu juga, kau juga harus ikut" balas peat

"Aku tak bisa! Aku harus pergi dengan Piee"

"Oh.. Aku hubungi saja ayahmu atau ibumu?" ancam Peat membuat Fort meremas kunci mobilnya menahan kesal, Peat selalu mengancamnya seperti itu

"Kau sangat licik dengan ancaman itu"

"Aku sudah memperingatkanmu suamiku tersayang, aku tak akan mau menderita sendirian, dan aku bukan orang yang mudah kau tindas. Kau juga harus menanggung apa yang aku tanggung" ucap Peat dengan nada mengejeknya

"Licik" geram Fort tetapi ancaman Peat membuatnya tak berdaya. Ia mengirim pesan singkat ke Piee untuk mengundur acara jalan-jalannya, walau ia tau Piee akan murka padanya

"Sudah puas?!" tanya fort kearah Peat dengan nada kesal

"Belum" Jawab Peat dengan senyum kemenangan, tetapi Fort tak menanggapi lagi, ia terlalu lelah hanya untuk terus berdebat, hingga Peat mengekorinya untuk ke dokter hari ini.


.
.
.

Tbc

Berikan vote :')


Hate Or Love? (FortPeat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang