Part 11 (Solusi)

4.2K 344 20
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

Peat membuka matanya, hari sudah sangat siang, karena semalaman ia tak bisa tidur, ia malah tidur dipagi hari sampai siang begini, ia masih didalam kamarnya dan tak berani keluar kamar walau sebenarnya ia lapar belum makan apapun dari pagi, ibunya juga sudah seolah tak peduli lagi dengannya, ibunya tak datang sekedar menanyakan keadaannya, itu wajar karena ia tau ibunya sudah pasti sangat kecewa. Rasanya ia ingin mati saja, tapi mau bunuh diripun ia terlalu takut. Ia berjalan membuka jendela kamarnya agar angin sejuk bisa masuk dan sedikit menenangkan hatinya, tapi bukannya ketenagan yang ia dapatkan ia malah kaget melihat mobil hitam mewah terparkir dihalaman rumah, ia tak tau sudah berapa lama mobil asing itu disana

'siapa? yang bertamu?' batin Peat, ia begitu penasaran, kalaupun rekan kerja ayahnya biasanya ayah hanya meladeni dikantornya saja dan tak pernah ingin bekerja dirumah

klek

Peat menoleh saat ibunya membuka pintu kamar

"kau sudah bangun? turunlah, semuanya mencarimu" ajak sang ibu, walau kebingungan Peat berjalan mengekori ibunya. Saat sampai diruang tamu, kekagetan Peat sama sekali tak bisa ia sembunyikan melihat Fort bersama kedua orang tuanya, bahkan ibu Fort terus menatapnya, dan ayah Fort tersenyum kearahnya yang masih bengong dengan keadaan ini

"cantik sekali! ini lebih bagus!" bisik ibu Fort pada anak sulungnya membuat Fort menyikut ibunya pelan, dia lupa rasa kesal dan kecewanya saat melihat calon menantunya yang ternyata cantik juga sopan dengan wajah yang terlihat anak baik-baik yang jauh dari pergaulan bebas

"dia terlihat anak baik-baik, beda jauh dari pacarmu itu" bisik ibunya lagi

"ya, anak baik-baik yang hamil duluan" gumam pelan Fort yang hanya bisa didengar sang ibu yang duduk tepat disampingnya

"itu karena kau! kau merusaknya" bisik balik sang ibu

"ehemm" ayahnya memberi kode agar istri dan anaknya tenang

"duduk jangan takut" ajak ayah Fort yang sudah bicara baik-baik dan sepakat untuk bertanggung jawab atas masalah hidup Peat pada orang tua Peat sendiri

"aku akan melepaskan anakku, dan memberikannya pada kalian, dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia perbuat, ini pilihannya sendiri" ucap ayah Peat membuat Peat menunduk sedih, kini ayahnya secara tak langsung membuangnya

"baiklah, kita sudah sepakat bukan? anakku akan bertanggung jawab padanya, dia tak akan hidup dalam kesusahan" ayah Fort menenagkan

"aku tidak peduli padanya lagi, dia sudah melanggar aturan, saat pernikahannya selesai, dia juga sudah keluar dari rumah ini" Peat mengigit bibir bawahnya menahan tangis mendengar ucapan ayahnya, sudah sebenci itukah? ataukah ia sudah tak pantas dianggap anaknya lagi? ini juga bukan kemauannya. Ia hanya bisa menunduk dengan air mata sakit hati yang tak bisa berhenti. Tak ada yang lebih menyakitkan dibandingkan dibuang oleh orang tua sendiri

Fort berusaha melihat wajah Peat yang terus menunduk menyembunyikan tangisnya, tapi Fort tau bahwa Peat menangis bahkan wajahnya sangat pucat tapi tak ada yang peduli padanya sama sekali. Apakah dia sudah benar-benar menghancurkannya? sampai peat yang dulu selalu kuat menghadapinya menjadi selemah ini?

Fort jadi tak tega, rasa bencinya yang selama ini kepada Peat untuk sesaat hilang, fort berdiri dari duduknya dan berjalan kearah Peat

"Peat..." panggilnya, tapi Peat tak bergeming, rasanya hatinya begitu sakit dan hancur, dadanya begitu menyesakkan, ayah ibunya sudah tak peduli apapun lagi padanya

"dia sakit, dia harus istirahat, kasihan sekali" khawatir ibu Fort melihat Peat tak bergeming sama sekali

"apakah kalian benar-benar tak peduli pada anak kalian lagi? bagaimanapun itu anak kalian? bukankah masalah sudah selesai? kita sudah membicarakannya, bahwa kami akan bertanggung jawab" tanya ibu Fort, dia juga seorang ibu dan bila ia diposisi orang tua Peat tentu ia juga akan marah dan kecewa tapi tak akan sampai hati menyiksa anak sendiri

"bukan anakmu yang hamil dan menanggung aib, jadi anda tak akan tau rasanya diposisi kami saat ini" jawab ayah Peat

"kehamilannya bukan aib, anakku bertanggung jawab" ibu Fort malah jadi kesal karena keadaan 

"kalau begitu percepat saja pernikahannya"

"tentu saja, tapi rawatlah dia. Mana mungkin dia bisa menikah dengan keadaan yang memprihatinkan seperti ini?" tanya ibu Fort melihat keadaan Peat

"dia bisa melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan, jadi harusnya ia juga bisa merawat dirinya sendiri" jawaban suaminya membuat ibu Peat memejamkan mata menahan kesedihan, saat suaminya marah melawanpun akan jadi percuma

"kita tak bisa membiarkannya seperti ini" ayah Fort kini buka mulut, ia paham kedaan ayah Peat yang akan sangat sulit menerima, setiap kali melihat kedaan anaknya yang sudah hancur akan membuat hatinya juga ikut hancur dan kecewa, ayah Peat hanya butuh waktu untuk menerima keadaan agar lebih tenang

"baiklah, kami akan merawatnya sampai hari mereka menikah, akan aku pastikan dia dalam keadaan sehat diacara itu, aku sangat pengerti posisimu sekarang" lanjut ayah Fort melihat Peat sudah hampir pingsan karena belum makan juga minum apapun 

"itu lebih baik" ucap ayah Peat membuat Peat makin ingin menangis, ayahnya merelakannya begitu saja dan ibunya hanya diam

"bawa dia Fort, masalah kita selesai disini" ucap ayah Fort berdiri dari duduknya disusul sang istri, sedangkan Peat rasanya sudah tak bernyawa untuk sekedar berdiri, Fort mengendong Peat membawanya keluar dari rumah, tidak ada perlawanan karena Peat juga sudah tak tau tujuannya pulang lagi saat ayah dan ibunya kini seolah membuangnya.

.

.

.

Tbc

Berikan vote ⭐

Hate Or Love? (FortPeat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang