Chapter 29

4.2K 315 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Noeul duduk canggung diruang ganti, ia bingung untuk memulai sedangkan Boss sudah meninggalkan bersama Peat, memberi ruang pada mereka

"Tidak apa-apa eul" ucap Peat memulai percakapan saat ia melihat Noeul menunduk sedih dan merasa bersalah seolah dia adalah seorang penghianat karena menjalin hubungan dengan musuh fakultas sendiri, sebenarnya Peat kaget dan sangat terkejut, karena ia tak tau menau apapun tentang sahabatnya tetapi bukankah dia lebih parah? Ia bahkan tak berhak untuk marah

"Apa kau tak marah?" tanya Noeul menganggkat kepalanya hingga ekspresi sedih terlihat jelas diwajah cantiknya itu

"Tentu saja tidak, aku hanya sangat terkejut, karena selama ini aku tak pernah tau kau dekat dengannya" jujur Peat

"Aku tak berani memberi taukanmu dengan teman lainnya bahwa aku berpacaran dengannya sejak lama, aku takut aku dikeluarkan dari klub dan tak memiliki teman" sedih Noeul

"Eul, aku tak mungkin seperti itu padamu, perasaanmu itu adalah hakmu, kau pasti sangat tersiksa selama ini menyembunyikanna" ucap Peat yang malah ikut sedih, dia sedih karena dia juga sama, bedanya ia tak punya keberanian seperti Noeul saat ini untuk mengakuinya

"Apa aku tidak apa-apa berpacaran dengannya? Sungguh? Apa kau akan merahasiakannya dari klub?" tanya Noeul

"Aku sahabat baikmu, tentu saja aku membantumu" ucap Peat menunduk menyembunyikan air matanya yang sedari tadi ia tahan, bagaimana ia bisa menuntut Noeul sebagai penghianat? Sedangkan dialah yang paling berhianat bahkan  sampai menjadi istri dan mengandung anak dari musuh fakultas sendiri. Ia terlalu takut, terlalu malu untuk jujur. Andaikan ia juga punya keberanian, ia juga ingin menceritakan semua apa yang ia rasakan.

Ia ingin bercerita bahwa ia bertahan sekuat yang ia bisa dibalik topeng sok tegarnya hanya demi tak terlihat menyedihkan, sebenarnya ia juga merasa sakit menikah dengan seseorang yang belum terlepas dari masa lalunya, ia juga benci berbagi walau pernikahan ini karena sebuah kecelakaan, dia berusaha keras mempertahankan miliknya demi masa depan bayinya juga keluarganya, dia menyembunyikan semua itu dari teman-teman klub yang dimana semua percaya padanya sebagai seorang pemimpin mereka, dia juga ingin menangis dan berteriak melampiaskan rasa sakit hatinya dibuang oleh ayah ibunya sendiri karena kecewa bahwa dirinya hamil diluar pernikahan, ia tak pernah menyesali bayinya tetapi ia sangat merindukan hidupnya yang dulu.

Rasanya ketika melihat Noeul ketakutan ketahuan seperti ini membuatnya sadar bahwa ia juga sama lemahnya, bahunya bergetar pelan, ia menangis sambil menundukakan wajahnya saat semua masalah berputar dikepalanya dan sangat menyakiti hatinya, hal itu tentu membuat Noeul bingung, bukankah dia yang seharusnya menangis? Mengapa tangis peat malah terdengar lebih pilu

"Peat? Apa yang terjadi?" tanya Noeul khawatir

"Apa karena aku kau menangis? Aku benar-benar minta maaf, aku bisa putus dengannya tetapi aku tak mau kehilangan teman sepertimu" ucapan Noeul yang terdengar sangat tulus padanya membuat Peat makin menangis, ia makin marasa bersalah karena tak bisa jujur pada seseorang yang menganggapnya teman dengan tulus seperti ini

"Bukan begitu eul, jangan salah paham, aku hanya mengingat hal yang sedih saja" Peat menghapus air matanya tak ingin temannya baiknya itu salah paham, ia mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar menahan tangis

"Serius? Apa ada masalah? Aku sangat khawatir" panik Noeul, karena selama berteman dengan Peat, ia selalu melihat Peat yang kuat dan tak pernah menangis dalam menghadapi apapun kadang dialah yang berlindung dibelakang peat bila ia membuat masalah baginya peat bukan hanya teman tapi saudara dimana ia tak pernah memilikinya

"Tidak apa Eul, jangan putus dengan Boss dia terlihat sangat mencintamu, kau harus mempertahankannya" senyum Peat berhasil memasang topeng tegarnya kembali

"Peat kalau kau belum siap menceritakan apapun padaku, aku akan menunggu, apapun masalah yang kau hadapi saat ini aku tidak akan pernah meninggalkanmu" Noeul sangat tau jelas bahwa peat telah menutupi masalah tetapi ia tak akan memaksa, semua orang butuh waktu butuh keadaan yang tenang untuk menceritakan masalah mereka

Peat melihat ketulusan dimata teman sekaligus seorang saudara baginya itu, dia bisa melihat betapa khawatirnya Noeul sampai melupakan masalahnya sendiri dengan Boss tadi. Ia tak punya keberanian, ia juga malu, tetapi terus berbohong pada orang sebaik Noeul makin membuatnya merasa tertekan sendiri.

Tangan putihnya terulur dengan bergetar pelan saat merasa takut dan malu, ia memegang tangan kanan Noeul dan menariknya berlahan hingga Noeul menyadari tangan Peat dingin karena gugup tetapi ia malah sangat terkejut ketika tangannya yang ditarik itu menyentuh perut Peat dari luar baju oversize, ia bahkan refleks menutup mulutnya dengan tangan kiri saking kagetnya

"Ya Eul, seperti yang kau sentuh, aku hamil" ucap Peat dengan  air mata yang jatuh dari kedua mata indahnya.

.
.
.

Tbc

Berikan vote :')

Berikan vote :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hate Or Love? (FortPeat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang