Selepas pulang bermain dengan teman-temannya, bukannya Kiara merasa lebih plong malah beban pikirannya semakin bertambah.
Kiara meremas rambutnya frustasi, berusaha melupakan apa yang Gani katakan tapi malah ucapan Gani seakan semakin melekat di otaknya. Memang sialan sekali bukan.
Kita mencak-mencak di atas kasurnya seperti orang kejang-kejang. Kepalanya dia telungkupkan di bantal yang empuk, rambut panjangnya sudah acak-acakan tanpa arah, dia terlihat sangat berantakan sekali malam ini.
Kiara tidak bisa terus berdiam diri seperti ini, dia harus mengalihkan fokusnya pada apapun agar tidak mengingat tentang Dirga lagi.
Kiara keluar dari kamarnya dan memanggil Papanya.
"Papa." Kiara mengetuk pintu kamar Papanya.
Suara kenop pintu yang ditarik dari dalam terdengar, lalu memunculkan Papa Kiara disana.
"Papa gak mau keluar? Ketemu teman atau apa gitu?" Kiara bertanya dengan manjanya. Tangannya bergelayut di lengan Papanya.
"Nggak, kenapa emangnya?" Papa Hendra bingung melihat gelagat putrinya. Tumben sekali Kiara bertanya seperti itu, padahal biasanya, Papa Hendra yang mengajak Kiara duluan untuk menemaninya. Dia berjalan menuju ruang tengah dan duduk di sofa empuk yang ada disana, diikuti dengan Kiara.
"Yah, padahal aku lagi bosen aja dirumah." Kiara menjawab dengan nada lesunya. Dia mendongak menatap sang Papa dengan pandangan memelas, kode agar Papanya itu mengajak jalan meskipun hanya berkeliling tidak jelas.
Papa Hendra mengelus rambut putrinya sayang.
"Papa lagi ada kerjaan yang harus diselesaikan. Bukannya kamu tadi udah main sama teman-teman kamu itu?"
"Iya sih, tapi gimana bosen lagi dirumah terus."
"Telepon aja teman kamu suruh main kesini gak apa. Atau kalau mau main keluar sama teman kamu juga gak apa. Papa lagi sibuk, maaf ya."
"Ya udah deh. Papa lanjutin aja sana kerjanya, ingat jangan kemalaman tidurnya." Kiara melepaskan tangan dari Papanya. Dia membiarkan Papanya berlalu kembali menuju kamarnya.
•
•
Berkat ide cemerlang dari Papanya, disinilah Kiara berada. Segala menelepon Loli yang ternyata akan pergi dengan teman kantornya membuat Kiara tertarik dan meminta jemput pada Loli.
Kiara masuk kedalam mobil milik Loli, dia menyapa sebentar pada Loli.
"Tumben banget tiba-tiba pengen ikut." Loli berucap dengan rasa herannya.
"Lagi sumpek aja dirumah." Kiara menjawab apa adanya.
"Gani ikut juga?" Kiara menanyakan tentang temannya yang satu lagi.
"Nggak, besok katanya ada meeting pagi gak mau telat dia." Kiara mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Btw, kita mau kemana nih?" Kiara bertanya dengan semangat. Memang saat ditelepon dia spontan saja mengatakan ingin ikut tanpa tau kemana tujuan mereka.
"Eh gue belum kasih tau emangnya?" Loli bertanya dengan panik.
Kiara yang melihat itu mengernyit. Kenapa Loli harus panik segala? Kan Kiara hanya bertanya tentang tujuan mereka malam ini.
"Belum, gue belum sempat tanya juga tadi."
"Gawat sih Lo. Lo yakin nih mau ikut Gue? Atau mau balik aja? Eh tapi kalau balik tanggung sih."
"Emang kita mau kemana sih?" Sekali lagi Kiara bertanya. Dia sudah amat penasaran karena respon yang diberikan Loli.
Loli tampak mengulum bibirnya sendiri. Sebelum membuka suaranya dengan pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...