"Nanti mau ikut?" Dirga bertanya sembari menyiapkan sarapan yang telah dibuatnya.
Ya, didalam rumah tangga mereka memang yang lebih sering menyiapkan sarapan adalah Dirga bukan Kiara. Kalian tau sendiri lah bahwa Kiara ini bangunnya selalu siang dan tidak bisa memasak juga. Sedangkan ART yang dipekerjakan oleh mereka akan datang sekitar jam delapan nanti.
Jadilah Dirga yang harus menyiapkan sarapan untuk keduanya, meksipun hanya selembar roti panggang dengan diolesi oleh selai.
"Kemana?" Kiara mengambil roti yang telah diolesi dengan selai kacang itu, lalu menggigitnya dari sudut.
"Futsal sama teman-teman, sekalian kamu kan juga belum kenalan sama teman-teman saya." Dirga menuangkan segelas air putih untuk Kiara dan dan menyiapkan kopinya sendiri.
"Males ah, paling disana juga cuma duduk doang liatin kamu main."
"Emang iya, kalau kamu mau coba main nanti saya ajari."
Kiara mencebik, bukan seperti itu maksudnya Bapak Dirga yang terhormat. Maksud Kiara tuh, dia malas sekali jika harus ikut dan hanya duduk memperhatikan Dirga dan teman-temannya mengoper bola ke sana kemari. Lebih enak duduk manis di rumah, sambil membaca novel kesukaannya.
"Nggak mau ikut, males." Ucap Kiara setelahnya. Dia menghabiskan selembar roti panggang buatan Dirga itu, yang rasanya biasa saja, sama seperti roti panggang pada umumnya.
"Ikut aja, nanti disana juga kamu ada temannya."
Kiara berdecak, kalau laki-laki itu akhirnya punya keputusan sendiri kenapa harus meminta pendapat Kiara segala. Memang Dirga ini kadang suka agak-agak orangnya.
"Kapan?"
"Sore, jam empat." Kiara mengangguk lalu setelahnya tidak ada percakapan yang terjadi di antara keduanya.
Oh iya, hari ini weekend by the way. Makanya itu kenapa Dirga hari ini bisa santai dan main futsal bersama teman-temannya. Dan Kiara baru tau juga ternyata Dirga ini termasuk laki-laki yang hobi olahraga. Sangat berbanding terbalik dengannya.
Bahkan di rumah mereka ini, ada tempat gym sederhana yang sering kali dipakai Dirga saat pagi hari. Sedangkan Kiara, jangan ditanya menginjak kaki disana pun dia tidak pernah, hanya pernah sekedar lewat saja.
"Mbok bilang, katanya kamu mau belajar masak ya?" Mbok yang dimaksud Dirga adalah ART mereka yang usianya sudah tidak muda lagi. Mbok sendirilah yang meminta untuk dipanggil seperti itu, katanya lebih nyaman saja.
Kiara tersedak makanannya sendiri, dia mantap ke arah Dirga dengan horor. Padahal Kiara sudah katakan pada Mbok untuk jangan memberitahu Dirga dulu, tapi Dirga sudah terlanjur tau ya mau bagaimana lagi.
"Iya, tapi masih belum tau kapan." Jawab Kiara akhirnya.
Senyum tipis terbit di bibir Dirga, karena sudah ada kemajuan dari hubungan keduanya. Sekarang bukan hanya Dirga yang berusaha mempertahankan rumah tangga ini, tapi Kiara juga sedang berusaha. Lebih tepatnya mereka berdua sedang berusaha membuat pernikahan ini berakhir.
"Minggu depan Papa udah berangkat ke Kalimantan. Kalau aku nginap di rumah Papa gak masalah kan?"
"Boleh. Tapi sama saya juga."
Kiara menganga, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dirga akan ikut dengannya menginap di rumah Papa maksudnya?
"Serius?"
"Iya, pengantin baru gak baik pisah rumah." Kiara memperlihatkan gesture seolah ingin muntah atas perkataan Dirga.
Sedangkan Dirga tidak ambil pusing dengan respon Kiara. Dia malah merasa lucu dengan sifat Kiara yang jutek tapi kadang manja itu. Meksipun sekarang masih belum manja pada Dirga sih, tapi semoga saja segera.
Dirga sudah tidak sabar menunggu waktu itu tiba, dia pasti akan senang sekali jika Kiara bersikap manja padanya, selayaknya Kiara manja pada Papanya. Dirga merasa benar-benar dibutuhkan jika Kiara bersikap demikian.
•
•
"Penganten baru sekarang mainnya bawa istri, bro." Ucap teman Dirga saat melihat kedatangan Dirga beserta istrinya yang baru saja memasuki area gedung tempat mereka akan bermain futsal.
Dirga menggandeng tangan Kiara dan membawanya pada kumpulan para teman-temannya yang juga sedang menunggu kedatangannya.
Tidak hanya Dirga yang membawa pasangan, tapi ada beberapa juga yang membawa entah itu istri ataupun pacar.
"Kamu tunggu disini, saya main dulu." Ucap Dirga, menyuruh Kiara bergabung dengan dua wanita lain yang ada disana.
Kiara menurut, kedatangan Kiara disambut dengan baik oleh dua wanita yang belum Kiara ketahui namanya masing-masing.
Kiara ditarik dan didudukkan di tengah-tengah. Berbasa-basi ringan dan saling berkenalan. Dari sanalah Kiara tau bahwa salah satu diantara mereka adalah istri dari teman Dirga dan satunya lagi masih pacaran.
"Dulu waktu masih lajang, Dirga itu jadi incaran para perempuan disana itu loh." Istri dari salah satu teman Dirga menunjuk pada segerombolan perempuan yang juga sedang menonton aksi Dirga dan teman-temannya.
Kiara melirik pada segerombolan perempuan yang ditunjuk, dan benar saja mereka terlihat histeris saat Dirga berhasil memasukkan bola pada gawang.
"Tuh lihat sendiri kan, suami kamu itu emang famous banget." Kiara hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Mereka bertiga kembali fokus pada pertandingan dan mengabaikan segerombolan perempuan yang masih saja berteriak histeris ke arah lapangan. Kiara tidak ambil pusing, dia memaklumi jika memang Dirga jadi incaran mereka.
Dirga tampan, fisiknya juga mapan, jadi apa yang harus di herankan?
Bahkan Kiara sendiri saja mengakui bahwa Dirga memang terlihat luar biasa dengan jersey dan celana selutut yang dipakainya. Apalagi rambutnya setengah basah akibat keringat yang mengucur.
Ternyata Dirga begitu mempesona saat bermain futsal. Kiara harus merasa bersyukur hari ini karena Dirga telah membawanya kesini dan melihat pandangan suaminya yang terlihat berkali-kali lipat lebih tampan.
Saking kagumnya Kiara, sampai dia tidak sadar bahwa saat ini Dirga tengah berjalan ke arahnya sampai seorang di sampingan menepuk pundaknya pelan.
Kiara tersentak dan saat dia tersadar, Dirga kini telah berada tepat di depannya dengan nafas yang terengah-engah. Kiara dengan refleks memberikan sebotol air dan langsung di teguk oleh Dirga. Melihat keringat Dirga di kening dan leher laki-laki itu, Kiara mengambil tisu dari tasnya dan membantu untuk mengelap keringat Dirga.
Segerombolan perempuan yang tadi menyoraki Dirga tampak kecewa melihat Dirga telah memiliki pasangan dan mempertontonkan kemesraan secara langsung pula. Sedangkan dua wanita yang tadi bersama Kiara, tersenyum puas saat melihat perempuan yang dianggap mereka genit itu terlihat kecewa.
"Udah selesai mainnya?" Kiara menarik tangan Dirga dan dibawanya agar duduk tepat disampingnya.
Dirga memberikan kembali botol air yang sudah habis setengahnya.
"Udah, mau istirahat dulu sebentar."
"Gak mau main lagi?" Tanya Kiara, tidak tau bagaimana intonasi suaranya saat mengatakan itu. Tapi yang jelas Dirga balas menatapnya dengan senyum yang merekah.
"Kamu suka liat saya main futsal?" Tanya Dirga masih tetap dengan senyum ya menghiasi wajahnya. Kiara mati kutu dibuatnya. Terlihat sangat jelas kah?
Kiara mengulum bibirnya dan menutupi rasa salah tingkahnya dihadapan Dirga.
To be continued
Kalo suka bilang aja Kiara. Suami sendiri kok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...