Kiara menghempaskan tasnya ke atas ranjang. Dia pulang saat hari menjelang siang dan saat ini tengah berada di kamarnya sendiri.
Kiara sengaja memilih jam-jam tersebut untuk menghindar dari interogasi yang biasanya akan Papa layangkan padanya. Bibi berkata Papa Kiara telah berangkat kerja sejak pukul tujuh pagi tadi.
Pagi ini Kiara dinyatakan bebas dari papanya, tapi tidak tau jika malam nanti. Semoga saja Papanya mendadak lupa dan Kiara bisa menjalankan aktivitasnya kembali dengan tenang.
Kiara menyalakan handphone dan muncullah beberapa notifikasi didalamnya. Banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Papanya dan juga kedua temannya.
Kiara membuka pesan dari Loli yang menanyakan tentang keberadaannya yang tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar malam tadi.
Kiara jadi kasihan pada Loli, pasti semalam Loli lah yang menjadi sasaran empuk Papanya karena Kiara memang izin menginap di rumah Loli.
Berinisiatif lah Kiara mendial nomor temannya itu, dan tidak butuh waktu lama untuk telepon itu tersambung.
"Kiara Lo dimana?" Suara itu terdengar tergesa-gesa. Rasa khawatir, kekesalan dan juga kemarahan yang tertahan bisa didengar dari geraman pelan Loli.
"Santai kali, Gue udah dirumah ini. Tenang aja gue baik, dan Lo gak perlu khawatir."
"Tenang kepala Lo peyang, tadi malam Gue diteror sama Papa Lo."
Kiara terkekeh, dia sudah menduganya.
"Maafin Gue, tapi emang urgent banget tadi malam." Kiara berdiri, membuka tirai jendela yang semula tertutup, membuat kamarnya menjadi terang benderang akibat cahaya yang masuk.
"Setidaknya kasih tau Gue Lo kenapa semalam? Kenapa bisa tiba-tiba hilang gitu aja?" Loli menuntut penjelasan pada temannya yang sukses membuat malamnya menjadi tidak tenang.
"Singkatnya gue ketemu Dirga di club dan gue pulang sama dia." Kiara memberitahukan garis besarnya saja pada Loli. Dia tidak ingin menceritakan kejadian saat tiba-tiba saja Kiara dicekal oleh laki-laki mabuk itu.
"Hah, Serius Lo? Terus gimana? Dia marah? Dia bentak-bentak Lo?" Loli mencecar Kiara dengan serangkaian pertanyaan yang dimilikinya.
"Panjang kalo Gue ceritain, nanti deh gue ceritanya pas ketemu aja." Kiara sudah akan memutus panggilan telepon mereka tapi urung karena Loli kembali melontarkan pertanyaan padanya.
"Terus Lo semalam dimana? Kenapa tiba-tiba ngirim pesan nyuruh gue bilang Papa Lo kalau Lo nginap di rumah."
"Loli, nanti ya Gue ceritanya pas ketemu aja." Kiara mengulang perkataannya dengan pelan namun penuh tekanan, seakan memberikan pengertian pada temannya ini.
"Gue mau tau sekarang Kiara, setidaknya kalau nanti Papa Lo telepon gue lagi, gue bisa kasih jawaban yang pas."
Kiara menghela nafas pelan sebelum menjawab.
"Gue nginap di apartemen Dirga. Udah gue tutup teleponnya, bye." Ucap Kiara cepat sebelum Loli kembali melontarkan pertanyaan lain padanya. Sebagai teman yang begitu mengenal Loli, dia yakin bahwa Loli tidak akan puas dengan jawaban itu saja dan pastinya akan melontarkan pertanyaan lain lagi. Maka dari itu Kiara cepat-cepat memutuskan sambungan telepon mereka.
Kiara yakin di sebrang sana Loli pasti mencak-mencak karena masih penasaran dengan apa yang terjadi. Apalagi temannya ini sangat amat tertarik sekali dengan kisah asmara Kiara dan Dirga yang menurutnya seru.
Memang dasar teman sialan, bisa-bisanya mengatakan seru saat mendengar kisah asmara temannya sendiri yang penuh rintangan.
Kiara mengacak rambutnya sebal, dia pun mengambil laptop yang diletakkan di meja belajar, dia masih harus menyelesaikan naskah akhirnya sebelum diterbitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...