Dirga menggeram saat memasuki kamar, baru saja dia selesai menemani Papa Kiara bermain catur di teras rumah dan sekarang sudah waktunya untuk kembali ke kamar dan menemani istrinya.
Sudah beberapa malam ini Dirga dan Kiara menginap di rumah mertuanya. Dan selama itu pula Dirga menahan-nahan dirinya untuk masih tetap berada di benteng pertahannya ya dirasa semakin hari semakin menipis.
Bagaimana tidak menipis, saat dia melihat dengan jelas Kiara yang saat ini tengah bersandar di kepala ranjang sambil menggunakan dress tidur yang panjangnya tidak mampu menutupi pahanya itu.
Dirga tentu saja masihlah pria normal, yang selalu timbul keinginan untuk menyentuh dan merasakan bagimana halusnya kulit tersebut. Apalagi ini istrinya loh, perempuan yang sudah benar-benar halal untuk dirinya jamah.
Dirga mengacak rambutnya frustasi melihat pemandangan di depannya. Dari pada dia melihat pemandangan indah sekaligus menyiksa itu lebih lama, lebih baik Dirga pergi ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan bersih-bersih sebelum tidur.
Dirga menatap pantulan dirinya di cermin, baru dirasakan oleh-nya bahwa dia telah lupa untuk mencukur bulu bulu halus yang tumbuh di wajahnya. Biarkan saja lah itu, Dirga bisa melakukannya nanti, sekarang dia harus bergegas karena kantuk telah menyerangnya.
Dirga menyelesaikan dengan cepat kegiatannya di kamar mandi. Dia keluar dari sana dengan mulut yang menguap. Dirga menutup kembali pintu tersebut dan berbalik badan. Dan kalian tau setelahnya?
Mata Dirga terbelalak melihat pemandangan Kiara yang tengah berbaring miring di kasur membelakangi tempat Dirga berdiri. Bahkan rasa kantuknya seperti hilang entah kemana. Tidak, tidak bukan karena posisi Kiara yang membuat Dirga terbelalak, tapi saat dia melihat Kiara dia tidak sengaja melihat dalaman yang dipakai oleh Kiara karena dress perempuan tersebut tersingkap dan sepertinya Kiara juga tidak menyadari hal tersebut.
Dirga berdeham pelan, berusaha memberikan kode pada Kiara agar memperbaiki posisinya sekaligus dress tidurnya itu. Tapi bukannya menyadari Kiara malah mengacuhkan Dirga.
Seharusnya Kiara sadar diri. Jika memang tidak ingin disentuh oleh Dirga, Kiara tidak boleh berpenampilan seksi di hadapan Dirga, apalagi ini di tempat tertutup. Bisa saja kan Dirga lepas kontrol kapan saja.
Beberapa detik berlalu dan sepertinya Kiara tidak juga menyadari posisinya itu. Dari pada Dirga hanya diam dan menunggu Kiara untuk sadar, sepertinya itu akan percuma saja. Akhirnya Dirga berjalan mendekat pada Kiara.
Dia berusaha mengalihkan pandangannya pada apa saja asal tidak pada pemandangan yang menggoda iman itu. Saat telah berdiri di belakang Kiara, tangan Dirga dengan lincah membenarkan dress Kiara agar setidaknya bisa menutup pemandangan itu.
Menyadari ada orang yang memegang bagian bawah bajunya, membuat Kiara tersentak. Kiara langsung berbalik badan menjatuhkan handphone yang berada di genggamannya begitu saja. Dia menatap nyalang ke arah Dirga yang sudah dengan lancangnya hampir menyentuh bagian yang tidak seharusnya.
"Apaan sih." Ucap Kiara kesal.
Dirga tidak menanggapi, lagi dan lagi pandangannya tertuju pada hal yang tidak seharusnya. Seharusnya Dirga tidak melihat itu, ayolah Dirga laki-laki normal dan saat melihat bulatan kecil yang tercetak jelas di sana tentu saja Dirga akan tergoda.
Dirga tidak tahan lagi, dia pun menunduk dan langsung menyambar bibir Kiara, membuat sang empunya meronta ingin dilepaskan.
Tapi jangan kira Dirga akan mengalah kali ini, dia sudah cukup menahan selama ini dan sepertinya hasratnya kini telah berada di ujung tanduk. Dirga sudah tidak tahan. Salahkan saja Kiara yang berani-beraninya bermain-main dengannya selama ini.
Kiara menggeram, tangannya memukul-mukul dada Dirga meminta untuk dilepaskan segera. Tapi rupanya Dirga tidak akan melakukan itu. Dirga masih dengan ganas melumat bibirnya.
Kiara kehabisan nafas, dia mendorong dada Dirga, dan ya laki-laki itu seperti mengerti dan langsung melepaskan pangutan keduanya. Kiara terengah-engah, sedikit lega juga karena akhirnya terbebas dari Dirga yang menjadi buas. Tapi ternyata kelegaan itu tidak berkahir lama, karena setelahnya bibir Dirga malah berganti untuk menelusuri lehernya.
Kiara lagi-lagi meronta, bisa dirasakannya sebuah hisapan kencang dan suara lenguhan pelan keluar dari bibirnya.
"Dirga." Ucap Kiara pelan dengan suara mendayu nya. Disana Dirga menggeram saat Kiara menyebutkan namanya seperti itu.
"Saya mau kamu Kiara." Ucapnya dengan serak tepat di telinga Kiara, membuat Kiara merinding mendengarnya.
•
•
Dirga keluar dari kamar dengan keadaan yang sangat fresh. Dia sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Saat melirik ke arah ranjang, dia masih mendapati Kiara yang masih terlelap disana.
Karena kasihan, maka Dirga tidak ada niatan untuk membangunkannya. Dirga biarkan saja Kiara tertidur hingga puas. Dirga sedikit merasa bersalah sebenarnya, karena membuat Kiara harus lembur semalam. Berjalan menuju meja makan, disana mertuanya sudah duduk dan tampak menunggu kedatangan anak dan menantunya itu.
"Kiara mana?" Tanya Papa Hendra saat melihat Dirga hanya sendiri saja, tanpa adanya Kiara.
"Masih tidur, Pa." Jawab Dirga dengan kalem.
"Anak itu ya kebiasaan. Padahal udah punya suami juga masih aja bangunnya siang."
"Gak apa Pa, mungkin masih ngantuk." Dirga menjawab lagi, membela istrinya.
"Dirumah kalian, Kiara begitu juga?"
"Cuma kadang-kadang aja. Sekarang Kiara mau belajar masak juga."
"Wah bagus itu, Papa senang kalau ternyata Kiara sudah ada kemajuan."
"Iya, Pa."
Papa mempersilahkan Dirga untuk makan dan kedua laki-laki itupun memulai sarapan tanpa kehadiran Kiara.
"Papa berangkat dulu." Pamit Papa Hendra saat sudah menyelesaikan sarapannya lalu meninggalkan Dirga masih di ruang makan.
"Bi, Kiara jangan dibangunin dulu. Biar dia bangun sendiri aja nanti." Dirga berpesan pada bibi agar tidak membangunkan Kiara.
"Nanti kalau Kiara udah bangun, suruh langsung sarapan ya Bi." Tambahnya lagi yang diangguki oleh bibi.
Sebelum pergi bekerja, Dirga sempatkan untuk kembali ke kamar untuk mengambil handphone yang masih berada disana. Kiara masih dengan posisi seperti tadi. Dirga menunduk dan mengecup kening Kiara lama. Senyuman terbit di bibirnya saat menatap wajah polos itu saat tertidur.
Sebelum meninggalkan Kiara, Dirga menghela nafas berat. Tubuhnya seolah sangat berat untuk meninggalkan Kiara sendiri dalam kondisi seperti itu. Hatinya mengatakan bahwa dia harus menemani Kiara hingga membuka matanya nanti, setidaknya itu sebagai ucapan terimakasih darinya pada Kiara, tapi apa daya kesibukan Dirga hari ini tidak mengijinkannya.
Dengan berat hati Dirga pun meninggalkan Kiara. Dia sempatkan untuk meninggalkan pesan yang dia letakkan diatas nakas, samping Kiara tertidur.
"Mas Dirga kenapa ya, kok aneh gitu." Gumam bibi saat melihat Dirga yang berjalan keluar dengan senyum yang tidak surut dari wajahnya.
Beberapa hari berada di satu rumah yang sama membuat bibi bisa sedikit mengenali bahwa Dirga adalah laki-laki yang kalem dan tidak banyak omong. Tapi kenapa hari ini seperti berbeda?
Bibi sampai menggaruk tengkuknya sendiri melihat Dirga yang berperilaku aneh. Apalagi saat dilihatnya Dirga tertawa pelan tanpa adanya alasan yang jelas.
Apa jangan-jangan, suami Kiara ini sedang sakit ya?
To be continued
Dirga cerah banget kayaknya hari ini. Kenapa tuh??
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...