Benar dugaan Dirga, Kiara memang sedang menghindarinya. Mulai saat Dirga pulang hingga sampai saat ini, Kiara tetap menghindar, entah apa alasan pasti wanita itu.
Hanya saat-saat tertentu saja Kiara bersikap biasa, misalnya saat didepan Papanya maka Kiara akan bersikap selayaknya pada Dirga seolah diantara mereka tidak terjadi apa-apa. Barulah saat memasuki kamar, Kiara kembali menghindar.
Bukannya Dirga tidak berusaha, Dirga sudah beberapa kali mengajak Kiara untuk berbicara tapi hasilnya selalu dijawab dengan singkat lalu sudah. Dirga sampai bingung sendiri mencari topik.
Malam ini, dia dan Kiara tengah berada di bandara akan mengantar kepergian Papa Hendra.
Didepan sana, Kiara sudah terlihat merengek-rengek manja pada Papanya. Melontarkan beberapa nasihat, seperti jangan lupa makan, jangan terlalu capek dan sebagainya. Papanya hanya mengangguk saja mendengar nasehat yang diberikan oleh anaknya.
"Cepat pulang ya, Pa. Kiara pasti kangen." Pesan terakhir Kiara sebelum membiarkan Papanya menuju gate keberangkatan karena telah diumumkan bahwa pesawat yang akan dinaiki oleh Papanya akan segera berangkat.
Kiara melambaikan tangannya ke arah sang Papa, hingga sosok cinta pertamanya itu tidak lagi terlihat.
"Pulang?" Dirga bertanya dengan pelan saat beberapa detik berlalu Kiara diam tetap memandang ke tempat Papanya menghilang tadi. Bukannya menjawab pertanyaan dari suaminya, Kiara berbalik badan dan langsung melangkah kakinya meninggalkan Dirga.
Dirga menghela nafasnya lagi, dia baru kali ini merasakan rasa tidak enak saat di diamkan oleh istri. Ternyata begini ya yang Papanya rasakan jika Mamanya sedang ngambek dan tidak ingin bicara. Tidak ingin memulai pertengkaran, Dirga biarkan saja. Dia hanya mengikuti langkah Kiara dari belakang.
"Mau makan dulu?" Dirga kembali bertanya saat mereka telah berada di perjalanan pulang, menuju rumah mereka sendiri.
"Driver thru aja, males turun." Dirga mengangguk, sepertinya Kiara saat ini tengah tidak baik-baik saja. Buktinya setiap kali di ajak bicara oleh Dirga, Kiara selalu menjawab dengan ketus. Dan saat Dirga melirik ke arah Kiara, terlihat Kiara yang sedang memangku kepalanya menggunakan salah satu tangan. Terlihat seperti orang yang sedang menahan sakit.
Dirga membelokkan mobilnya, memasuki salah satu restoran cepat saji. Beruntungnya karena layanan drive thru saat ini sedang tidak ramai, hanya ada satu mobil didepannya yang sedang melakukan pemesanan.
"Mau pesen apa?" Dirga menoleh ke arah Kiara, menanyakan tentang makanan apa saja yang ingin dipesan.
Kiara mengerjap mendengar pertanyaan itu. Kiara yang sebelumnya memejamkan matanya sambil memegangi perutnya, kini menatap ke arah Dirga.
"Kamu sakit?" Dirga bertanya dengan khawatir. Dia akan mendekatkan dirinya ke arah Kiara, tapi langsung di dorong oleh Kiara.
"Nggak, cuma sakit perut aja dikit." Jawab Kiara, lalu dia meminta Dirga untuk memajukan mobilnya karena mobil di depan mereka sudah berjalan meninggalkan tempat pemesanan.
"Pesenin apa aja terserah, sama ice cream matcha, tolong." Pinta Kiara yang diangguki oleh Dirga.
Dirga mengatakan beberapa menu makanan yang akan di dipesannya untuk dirinya juga Kiara. Tidak lupa Dirga juga memesan kan ice cream yang Kiara inginkan. Setelah selesai memesan, Dirga memajukan mobilnya dan menunggu selama beberapa saat hingga pesanannya di berikan.
"Ice cream matcha nya mana?" Kiara mencari-cari didalam pesanan mereka. Setelah mendapatkan apa yang dicarinya Kiara langsung melahapnya, mengabaikan Dirga yang sedang memperhatikannya.
"Masih sakit perutnya?" Dirga kembali bertanya. Kiara menoleh ke arah Dirga masih sambil menyuapkan ice cream ke mulutnya. Dia pun menggeleng sebagai jawaban.
"Mau berhenti di apotik dulu buat beli obat?"
"Nggak usah, langsung pulang aja. Ini cuma sakit perut biasa kok, mau datang bulan." Jawab Kiara dengan sedikit jutek, merasa bahwa Dirga malam ini terlalu bawel dan banyak tanya.
"Beneran?" Kiara menggeram, dan mendengus sebelum menjawab Dirga lagi.
"Iya ih, udah jangan banyak tanya deh." Kali ini kesabarannya sudah habis menghadapi Dirga yang bawel. Jangan salahkan Kiara jika kesabarannya memang setipis tisu dibagi dua, Kiara memang sudah seperti ini adanya.
Kali ini Dirga percaya, dia pun tidak melontarkan pertanyaan lagi yang membuat Kiara kesal. Dalam diam Dirga mengemudikan mobilnya dengan sesekali ekor matanya melirik ke arah Kiara yang tengah menghabiskan ice cream bertabur topping itu.
"Saya mau coba, boleh?" Melihat Kiara yang sangat menikmati ice cream nya membuat Dirga penasaran dan ingin mencobanya juga. Katakan Dirga nekat, karena dia yakin delapan puluh persen Kiara tidak bersedia berbagi dengannya.
Tapi dugaan Dirga salah, Kiara saat ini tengah menyuapkan ice cream tersebut pada Dirga dan langsung dilahap oleh Dirga. Dirga meresapi rasa dari ice cream tersebut yang bercampur dengan taburan topping nya.
"Enak." Ucap Dirga setelahnya.
Mendengar Dirga yang berkomentar seperti itu, Kiara kembali menyuapi Dirga ice cream tersebut secara bergantian. Hingga tidak terasa ice cream itu telah habis saat Kiara akan menyuapkan dalam mulutnya sendiri.
"Ih kok habis sih." Ucap Kiara sambil menatapi bagian dalam wadah tersebut.
"Kan dari tadi dimakan, makanya habis." Jawab Dirga dengan enteng, yang langsung dipelototi oleh Kiara.
"Ini gara-gara kamu nih. Pake acara minta segala, habis kan ice cream aku jadinya." Kiara menuduh ke arah Dirga. Dia pun melipat kedua tangannya di depan dada dan memalingkan wajahnya ke arah jendela.
Dirga hanya bisa menghela nafas pasrah, padahal Kiara sendiri yang dengan sadar menyuapi Dirga, tanpa ada paksaan pula. Tapi kenapa sekarang yang di salahkan malah Dirga.
Nasib, nasib. Cewek selalu benar, itu memang nyata adanya. Dan Dirga sedang mengalaminya saat ini.
"Nanti beli lagi, yang banyak." Ucap Dirga seperti tengah membujuk anak kecil.
"Udah gak mood." Balas Kiara singkat. Dirga hanya menggedikkan bahunya acuh, mau bagaimana lagi. Dia hanya bisa diam sampai mood Kiara membaik sendiri.
"Oh iya, kamu kenapa seharian ini mendiami saya?" Salahkan mulut Dirga yang tidak bisa diam, padahal sudah tau Kiara sedang tidak berada di mood yang baik, malah diajak untuk bicara.
Kiara langsung menoleh ke arah Dirga, dan bersungut-sungut ke arah laki-laki itu.
"Siapa yang diamin kamu? Geer banget." Dirga hanya bisa mengusap dadanya sabar mendapat jawaban seperti itu.
"Kamu marah sama saya? Gara-gara malam itu?"
Kita langsung melotot, susah payah dia melupakan tentang malam itu dari otaknya. Dan saat sudah lupa malah kembali diingatkan oleh Dirga.
"Diam ya jangan banyak omong, mau aku lakban itu mulut kamu?" Kiara tidak sadar bahwa ucapnya itu sudah sedikit keterlaluan. Untungnya saja kesabaran Dirga tidak setipis Kiara, jadi Dirga tidak akan tersinggung dengan ucapan Kiara barusan.
Meksipun nada suara Kiara terdengar sedikit keras saat mengatakannya, tapi Dirga bisa menangkap rona merah samar-samar yang tercetak di pipi Kiara.
To be continued
Buset sensi amat Bu Kiara. Dirga kena semprot mulu perasaan. Haha tapi lucu sih.
Buat Dirga banyak-banyakin sabar ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...