"Kak Kiara." Kiara yang semula tengah bersantai sembari membaca buku ditangannya, kini dibuat mengernyit oleh suara nyaring yang memanggil namanya.
Kiara menutup bukunya dan saat melihat ke arah pintu yang dibuka dengan lebar dari luar, dia mendapati adik iparnya yang kini tengah berlari tergesa mendekat ke arahnya.
Rania, mendudukkan dirinya di samping Kiara dan memperlihatkan handphone pada Kiara.
"Aku dapat kak. Seneng banget aaa." Rania berseru, sebagai ungkapan rasa bahagianya.
"Jangan teriak ini bukan hutan." Suara ketus itu terdengar. Membuat dua perempuan itu kompak untuk melengos dan mengabaikan ucapan Dirga.
"Kok bisa? Aku ga dapet sedih banget." Kiara memperlihatkan wajah sedihnya. Dia gagal war tiket konser dari idol yang berasal dari negeri ginseng itu.
Padahal hari ini sudah ditunggu-tunggu oleh Kiara. Kiara sudah mempersiapkan laptop dan handphonenya tapi apa daya ternyata lima menit sebelum war dimulai tiba-tiba wifi dirumah ini bermasalah dan hal itu sukses membuatnya kesal sekaligus ingin marah secara bersamaan.
"Tenang aja kak, aku beli lebih satu buat kakak juga."
Kiara membekap mulutnya tidak percaya, dia merentangkan tangannya dan memeluk Rania dengan erat.
"Makasih banyak adik ipar aku tersayang." Rania balas memeluk Kiara, dan kedua perempuan itu berpelukan sambil berputar-putar, membuat Dirga yang menyaksikan itu hanya dapat menggeleng kecil dan meninggalkan keduanya.
Tidak terasa pernikahan keduanya kini sudah berjalan sekitar satu mingguan. Dan selama itu pula terjadi banyak drama kecil tentang ketidakcocokan yang ada di dalam diri mereka.
Seperti waktu itu contohnya, saat Kiara baru saja menginjakkan kakinya di rumah ini Kiara mengira bahwa mereka akan pisah kamar seperti cerita di novel-novel tapi Dirga langsung membantahnya.
Mereka tidur di satu kamar yang sama. Drama berikutnya pun terjadi, dimana Dirga yang biasanya tidur dalam kondisi gelap, mendapat protesan dari Kiara karena perempuan itu tidak bisa jika tidur dalam kondisi yang gelap. Katanya jika ruangan jadi gelap membuatnya merasa sesak.
Setelah perdebatan dan cekcok kecil terjadi, akhirnya Dirga memilih untuk mengalah. Dia tau bahwa tidak akan menang jika mendebat Kiara yang begitu cerewet. Akhirnya mau tidak mau Dirga harus tidur dengan lampu menyala meskipun remang-remang. Awalnya Dirga tidak nyaman, tapi lama-lama dia mulai terbiasa.
Dan juga pernah suatu waktu Kiara memprotes kebiasaan Dirga yang tidur tanpa menggunakan baju. Katanya Kiara merasa risih, takut diapa-apakan oleh Dirga. Tapi untuk hal ini Dirga tidak lagi mengalah, dia tetap melakukan seperti kebiasannya itu mengabaikan Kiara yang sering kali menggerutu di sampingnya.
Tidak tau saja Kiara bahwa sejak saat tidur satu kasur dengan Kiara, sering kali Dirga terbangun karena adanya tendangan-tendangan kecil pada tubuhnya yang tentu saja dilakukan oleh Kiara tanpa sadar. Dan hal itu terjadi beberapa kali membuat tidur Dirga tidak lagi nyenyak. Pada akhirnya, Dirga mengambil langkah serius, dia nekat untuk memeluk tubuh Kiara dan menjadikannya sebagai guling guna mengunci tubuh itu dari pergerakan yang dahsyat yang bisa membuat Dirga bangun dengan keadaan pegal-pegal.
Untungnya saja Kiara masih terlelap dan tidak sadar, hingga Dirga tidak perlu mendapatkan bogeman dari Kiara setelahnya. Dan ya masih banyak lagi kejadian di luar dugaan dengan Kiara yang ternyata bawelnya setengah mati. Mengingat itu membuat Dirga terkekeh kecil, merasa lucu karena dunianya terasa berubah drastis saat bersama Kiara.
Dirga keluar dari kamar mandi, dan alangkah terkejutnya dia melihat kedua perempuan yang tadi ditinggalkan kini telah berada di dalam kamar dan tengah membongkar isi lemari yang sudah ditata dengan sedemikian rupa.
Terlihat Kiara yang tengah mengambil bajunya dan menempelkan pada tubuh lalu meminta pendapat dari Rania. Saat tidak cocok, Kiara akan melemparkan baju itu itu begitu saja di atas kasur, dan saat menemukan yang cocok tetap saja Kiara masih mencari baju yang lain didalam lemari.
Melihat baju Kiara yang menumpuk diatas kasur, membuat Dirga pusing. Pasti istrinya itu tidak sadar bahwa perbuatannya telah membuat kamar mereka menjadi berantakan dan pasti nantinya Kiara akan merajuk sendiri karena harus membereskan baju-bajunya itu.
"Terlalu simple kak, kurang hebring gitu loh." Ucap Rania, Kiara memperhatikan baju yang dipegangnya lalu mengangguk setuju dengan ucapan Rania.
Dengan ringan tangannya Kiara melempar kembali baju itu di atas tumpukan yang tadi. Saat Kiara akan menuju lemari dan akan mengambil kembali baju dari sana, Dirga segera maju dan menghalangi Kiara.
"Awas ih, aku mau cari baju juga." Kiara mendorong tubuh Dirga yang menghalanginya, tapi karena tenaga mereka tidak sebanding maka Dirga tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya semula.
"Awas." Kiara tampak mulai kesal karena dihalangi oleh Dirga. Tangannya sudah terangkat dan bersiap mendaratkan pukulan di tubuh kokoh Dirga tapi sebelum hal itu terjadi, Dirga segera meraihnya dan membalik badan Kiara. Memperlihatkan bajunya ya menumpuk di atas kasur.
"Beresin dulu yang itu, baru boleh ambil lagi." Dirga menunjuk pada tumpukan baju Kiara.
"Nanti. Aku pasti beresin kok."
"Emang kamu nyari baju segini banyak itu buat apa?" Dirga bertanya dengan jengah.
"Konser lah, buat apa lagi emang."
"Konsernya juga masih lama. Sekarang beresin dulu bajunya."
Dirga menarik tangan Kiara mendekat pada tumpukan baju. Tapi Kiara malah menolaknya dan berusaha memberontak dari Dirga.
Dirga menghela nafas berat, lalu dengan gampang dia membopong tubuh Kiara di bahunya, membuat Kiara menjerit karena takut akan jatuh.
Melihat drama suam istri yang terjadi di depannya inu, Rania memilih untuk tidak ikut campur. Dia pun perlahan-lahan mundur dan saat mencapai pintu dia langsung saja berteriak untuk pamit pada kakak dan iparnya itu.
"Kak, aku pamit pulang ya kayaknya udah dicariin deh sama Mama." Tanpa menunggu persetujuan dari keduanya, Rania langsung saja berlari keluar dari kediaman kakaknya ini.
"Tuh kan, Rania jadi pulang gara-gara kamu." Kiara memukul bahu Dirga dengan keras sekali, tampak tidak terima karena teman bermainnya pulang begitu saja.
Dirga acuhkan hal itu, dia mendudukkan Kiara di samping tumpukan bajunya dan menyuruh Kiara agar cepat membereskannya karena Dirga sudah merasa lelah dan ingin segera merebahkan diri di atas kasurnya.
"Beresin atau saya tiduri semua baju kamu."
"Mesum banget, baju aja segala mau ditiduri. Emang dasar laki-laki kurang belaian."
Dirga memijit kepalanya yang terasa semakin pening saat Kiara mengatakan itu. Tidak tau saja Kiara bahwa Dirga memang kurang belaian, karena istrinya masih sangat galak untuk ditaklukan.
Apalagi setiap malam, menjelang tidur. Itu biasanya waktu rawan dimana Kiara biasanya akan berganti baju dengan pakaian minimnya itu.
Heran Dirga pada Kiara ini. Kiara sendiri yang meminta untuk tidak disentuh lebih jauh oleh Dirga. Tapi kadang sikap dan perilakunya seperti dengan sengaja memancing Dirga untuk bersikap lebih.
Sebenarnya apa mau Kiara? Dirga merasa tersiksa dengan semua ini.
To be continued
Kasian amat pengantin baru satu ini. Yang sabar pak Dirga ngadepin Kiara, inget istrinya suka tantrum itu. Salah dikit bisa ngamok entar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...