part 20

2.5K 170 11
                                    

Kiara berjalan mendahului Dirga. Melewati ruang tengah, disana masih ada beberapa sanak saudara yang sedang bercengkrama.

Kiara mengabaikan hal itu, perutnya sudah meronta-ronta ingin segera diisi saat ini. Dia pun terus melangkah menuju ruang makan.

"Kiara, suaminya jangan ditinggal loh itu." Ucap salah satu Tante nya yang memperhatikan keduanya.

Kiara menghentikan langkahnya dan melirik ke belakang, dimana Dirga berada.

"Ayo." Ucap Kiara, menunggu Dirga menyamai langkah dengannya.

"Digandeng dong tangan suaminya." Suruh tantenya lagi.

Mendengar itu, Kiara melirik sejenak ke arah tangan Dirga. Lalu seperkian detik kemudian, dia meraih tangan Dirga dan keduanya berjalan menuju ruang makan secara berdampingan.

Tante Kiara yang berhasil menggoda sepasang pengantin baru itu pun cekikikan. Gemas rasanya melihat interaksi pengantin baru yang masih malu-malu kucing.

Diruang makan tampak sepi saat ini, mungkin yang lain sudah makan semua hingga tidak menyisakan seorangpun disana.

Kiara mengambil piring yang sudah tersedia dengan rapi disana. Dia pun mulai memasukkan nasi beserta lauk yang diinginkannya.

Dirga mengikuti seperti apa yang Kiara lakukan. Setelahnya dia memilih tempat duduk yang berada di samping Kiara, lalu mulai melahap makanannya.

"Gak pake sambel?" Tanya Kiara heran saat melirik pada piring Dirga yang tidak ada sambal sedikitpun disana.

"Saya tidak suka." Jawabnya, Kiara membulatkan mulutnya dan menatap aneh pada Dirga. Dia baru tau bahwa Dirga tidak menyukai makanan pedas itu.

"Emang enak makanya kalau gak gak pedes?" Tanya Kiara lagi, mengamati soto yang dimakan oleh Dirga.

"Enak." Dirga menjawab sekenanya. Dia melahap satu persatu suapan hingga soto di mangkuknya habis tidak bersisa.

Sedangkan Kiara menatap aneh pada Dirga Sepenjang laki-laki itu memakan. Menurutnya makanan yang berkuah itu akan lebih terasa enaknya jika rasanya sedikit pedas. Jika tidak, maka akan terasa hambar dan seperti ada yang kurang.

"Kenapa?" Dirga bertanya setelah meneguk minumannya. Dia membalas balik tatapan yang Kiara layangkan padanya.

"Aneh." Ucap Kiara, lalu mengalihkan pandangannya pada ayam bakar yang ada di piringnya sendiri. Kiara men-cocolnya dengan sambal yang terlihat begitu merah lalu menyatukan dengan nasi hangat lalu menyantapnya.

Dirga yang melihat itu, meringis pelan. Dia yang sama sekali tidak menyukai makanan pedas harus dipertemukan dengan Kiara yang gila pedas, sungguh perpaduan yang sangat pas.

"Gak pedes emang?" Dirga bertanya karena penasaran, melihat Kiara yang terlihat biasa saja setelah memakan sambal itu. Sama sekali tidak terlihat bahwa Kiara sedang kepedasan karenanya.

"Nggak. Kenapa mau coba?" Kiara menantang.

Dirga dengan refleks menggeleng. Kiara yang melihat raut wajah Dirga yang susah dideskripsikan itu ingin sekali rasanya tertawa dan mengejek laki-laki itu.

"Jangan banyak makan sambel, nanti sakit perut." Dirga memperingati Kiara.

Kiara tentu hanya menganggapnya angin lalu, dia tidak bisa menyia-nyiakan kenikmatan sambal yang sangat menggiurkan ini.

"Buka mulutnya." Titah Kiara yang kini telah menyodorkan tangannya untuk menyuapi Dirga.

"Nggak, pedes itu."

"Kamu aja belum coba loh. Buka, cuma dikit ini sambelnya." Kiara bersikukuh ingin menyuapkan makanan ini pada Dirga.

Tapi Dirga menggeleng dan menutup rapat mulutnya.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang