Hari yang ditunggu akhirnya telah tiba. Pagi-pagi sekali sekali Kiara telah dibangunkan bibi untuk dirias oleh MUA terkenal ya disewanya.
Padahal Kiara masih sangat ngantuk sekali karena semalam dia tidak bisa tidur dan berkahir begadang hingga jam menunjukkan pukul dua pagi.
Beruntungnya MUA ini memiliki berbagai cara ajaib untuk menutupi kantung mata Kiara yang menghitam. Dengan masih terkantuk-kantuk, Kiara duduk anteng di depan sebuah cermin besar.
"Kalau ngantuk, tidur aja kak gak papa." Ucap MUA tersebut yang kasihan melihat Kiara yang beberapa kali memejam tapi akhirnya terbangun kembali.
"Ya udah saya tidur ya. Nanti kalau ada apa-apa bangunin aja." MUA tersebut mengangguk sembari tangannya tetap dengan cekatan mengolesi berbagai produk di wajah Kiara.
Kiara memejamkan matanya. Meskipun posisinya tidak nyaman untuk tidur, tapi lumayan ini bisa mengurangi rasa kantuknya. Apalagi acara pernikahan ini akan diselenggarakan satu hari penuh.
Dimana pagi menjelang siang akan diadakan acara akad. Dan berlanjut resepsi mulai dari siang hingga malam hari yang diadakan di sebuah hotel yang berada di pusat kota.
Nafas Kiara mulai teratur, menandakan bahwa perempuan itu memang benar-benar telah masuk ke alam mimpinya.
Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan, hingga saat pundak Kiara ditepuk pelan oleh sang MUA, membuat Kiara mulai membuka matanya.
Kiara melirik ke arah MUA itu sejenak.
"Kenapa?"
"Ada yang mau ketemu, kak." Sang MUA menunjuk ke sisi Kiara yang sebelah lain. Kiara menengok dan matanya langsung membulat saat melihat sosok itu.
Sosok yang selama ini selalu dirinya hindari sekarang tepat berada di depannya. Tidak ingin menatapnya terlalu lama, Kiara kembali mengalihkan pandangan pada cermin didepannya sama sekali tidak ingin mengeluarkan suaranya untuk mengajak sosok itu bicara.
"Kiara." Panggil suara itu dengan nada lembut. Tangannya diletakkan di salah satu pundak Kiara.
Kiara melirik pada tangan itu sejenak.
"Anak Mama sekarang udah mau jadi istri orang ya. Mama gak nyangka kalau kamu tumbuh secepat ini." Sosok yang merupakan Mama kandung Kiara itu menatap dengan haru ke arah putrinya melalui pantulan kaca.
Iya Ma, Mama memang tidak akan pernah menyangka karena Mama tidak pernah benar-benar ada untuk Kiara.
Ingin sekali Kiara menjawab seperti itu, tapi ditahan olehnya. Dia tidak ingin menciptakan keributan di hari sakral miliknya.
"Maafin Mama ya." Kiara mengalihkan pandangannya ke arah tembok, karena tidak ingin bertatap dengan Mamanya, melalui pantulan kaca sekalipun.
Mata Kiara sudah terlihat berkaca-kaca tapi Kiara tahan sebisanya agar air mata itu tidak terjatuh dan merusak riasan mata yang terlah dibuat sedemikian rupa untuk mempercantiknya.
"Sudah selesai, kak." Ucap MUA tersebut yang memberitahukan bahwa dia telah menyelesaikan pekerjaannya untuk merias wajah dan menata rambut Kiara.
Kiara mengangguk, lalu dia pun langsung berdiri dan memunggungi Mamanya.
"Tolong bantu saya pakai kebaya." Pinta Kiara yang langsung disetujui oleh sang MUA.
"Mama aja yang bantu." Kiara ingin mencegah tapi terlambat karena Mamanya itu sudah dengan cepat mengambilkan kebaya Kiara yang semula digantung.
Kiara menghela nafas panjang. Disaat mamanya telah melepas kebaya dari gantungan dan memakaikan pada Kiara.
Melihat client nya tidak membutuhkan bantuan darinya lagi, MUA itupun beralih membereskan perlengkapan make up yang berantakan di meja rias Kiara.
"Mama senang bisa menghadiri pernikahan kamu. Makasih ya udah undang Mama."
Kiara tersentak, undang? Siapa yang mengundang, Kiara saja bahkan tidak terpikirkan nama mamanya sama sekali.
Kiara dipanggil oleh para tantenya karena mempelai pria telah datang dengan rombongannya.
Para Tante Kiara terlihat tidak kalah sinis saat mendapati Mama Kiara yang berada di sana. Kiara tidak menyalahkan Tante nya sama sekali, karena jujur Kiara juga sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan mamanya di masa lalu dan itu sangat sulit untuk dilupakan begitu saja.
"Ayo Kiara." Ucap Tante nya.
Dengan di dampingi oleh Tante nya, Kiara pun dituntun ke luar dari kamar. Sedangkan Mamanya membuntuti dibelakang.
Kiara kasihan sebenarnya, mau sebenci apapun dia pada Mamanya dia juga tetap memiliki rasa kasih pada wanita yang telah melahirkannya itu.
Tapi ini adalah konsekuensi yang harus ditanggung mamanya karena telah mengkhianati sang Papa dulu.
Keluar Dirga dan yang lainnya telah berkumpul disana. Dirga sudah duduk di depan Papa Kiara dan penghulu.
Dirga tampak sangat gagah dan percaya diri saat menjabat tangan Papa Kiara. Prosesi akad dimulai, suara lantunan lantang Dirga saat mengucapkannya mampu membuat hati Kiara bergetar.
Akhirnya, pada detik ini dia telah resmi menjadi istri orang. Dengan di dampingi Tante nya, Kiara di bawa untuk duduk disamping Dirga.
Kiara diminta untuk menyalami tangan pria yang sudah resmi berstatus sebagai suaminya itu. Lalu dia pun mendapat balasan kecupan di kening.
Papa Kiara yang menyaksikan, menjadi terharu. Putrinya saat ini bukan lagi menjadi tanggung jawabnya. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya, putri yang sangat disayanginya kini telah dia percayakan pada pria lain dan itu adalah pilihannya sendiri.
Semoga saja Papa Kiara tidak salah dalam memilih orang, karena kehidupan putrinya sangat berharga jika diserahkan pada orang yang salah.
Setalah acara sakral itu berlangsung, dilanjut dengan acara foto untuk mengabdikan momen berharga ini. Setelah itu Kiara dan Dirga di beri waktu untuk beristirahat sebelum nanti akan dijemput untuk menuju tempat resepsi.
Pertama kali untuk Kiara membawa pria lain masuk kedalam kamarnya. Canggung tentu saja dia rasakan saat ini.
"Kamu sudah makan?" Dirga bertanya, dia melepaskan bajunya dan menyisakan kaos oblong berwarna hitam yang membalut tubuhnya.
"Belum." Kiara mencicit, dia belum sempat sarapan pagi tadi.
"Saya juga belum." Ucap Dirga. Kiara melirik sejenak dan hanya menanggapinya dengan oh saja.
"Ayo makan." Ajak Dirga yang sukses membuat Kiara terkejut. Entah terkejut untuk apa sebenarnya Kiara juga tidak mengerti. Mungkin dia masih belum terbiasa saja dengan situasi yang terjadi kini.
"Kamu ganti baju dulu sana." Dirga keluar dari kamar Kiara, memberikan waktu untuk Kiara berganti baju. Sebanarnya sah-sah saja dia melihat Kiara berganti baju, tapi Dirga sadar bahwa Kiara tidak mau jika seperti itu.
Suara pintu yang diketuk beberapa kali, membuat Kiara menjadi buru-buru mengganti bajunya dengan yang lebih nyaman.
Setelah selesai, Kiara membuka pintu dan membiarkan Dirga untuk masuk kembali.
"Sudah?"
"Mau cuci muka dulu sebentar." Dirga mengangguk, dia pun duduk di atas ranjang Kiara sembari memperhatikan Kiara ya tengah membersihkan wajahnya menggunakan cairan yang tidak diketahuinya dan menuangkannya pada kapas.
Setalah itu, Kiara berjalan menuju kamar mandi dan keluar dari sana dengan wajah yang tampak segar tanpa adanya makeup yang menempel.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
RomanceKiara dipaksa tunduk pada perintah Papanya yang ingin menjodohkannya dengan anak dari seorang pejabat, Dirga namanya. Ancaman yang diberikan Papanya mampu membuatnya tidak bisa berkutik. Kiara pikir mudah untuk menjalankan perjodohan yang bisa di bi...