Part 31

3K 181 6
                                    

"Rania, keruangan saya sekarang." Titah Dirga pada sekretarisnya melalui sambungan telepon. Rania memutar bola matanya jengah. Dia pun meninggalkan mejanya, dan tanpa mengetuk pintu lagi dia langsung masuk keruangan bos sekaligus kakaknya itu. Rania berdiri disamping meja Dirga dan menanyakan tentang keperluan laki-laki itu memanggilnya.

"Kenapa?" Rania bertanya dengan jengah. Pekerjannya cukup banyak hari ini dan awas saja jika Dirga memanggilnya karena alasan yang tidak jelas.

"Siang ini saya ada acara apa enggak?" Dirga melupakan sejenak komputernya, dan beralih menatap pada Rania.

"Gak ada. Lo free sampai jam 1 setelah itu baru ada meeting lagi." Dirga memegang dagunya dan mengangguk-anggukan kepala.

"Ok, nanti siang saya keluar, kamu kabarin aja meeting nya dimana biar saya langsung kesana aja."

"Mau kemana sih emangnya kak?" Rania bertanya dengan penasaran, dia menatap curiga ke arah kakaknya.

"Oh iya, emang hari ini novel Kiara rilis ya?" Bukannya menjawab, Dirga malah melemparkan pertanyaan balik ke arah Rania.

"Iya ada meet and great nya juga, Lo gimana sih kak istri sendiri masa gak tau." Rania mencibir ke arah kakaknya itu.

"Udah tau, cuma mau mastiin aja." Balas Dirga, dia kembali menatap komputer dan menyelesaikan pekerjaan disana.

"Kapan acaranya?"

"Nanti siang jam 11 kayaknya. Kenapa sih nanya-nanya mulu." Rania mulai jengah karena kakaknya bertanya terus.

"Saya mau kesana rencananya, kira-kira masih sempat tidak?"

"Sempat kak sempat, kak Kiara pasti seneng banget kalau kakak dateng."

"Saya harus bawa apa kesana?"

"Bawa bunga aja." Rania memberi saran pada kakaknya yang minim ilmu jika tentang masalah percintaan.

"Kamu pesenin bunganya. Kirim juga alamat acaranya di mana."

"Siap bos." Rania memberikan gestur hormat, seolah Dirga adalah baginda raja yang harus dipatuhi perintahnya.

"Udah sana kamu boleh keluar." Rania memutar tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan Dirga. Sebelum melewati pintu, Rania berbalik dan menitip pesan pada kakaknya itu.

"Kak nanti bawain novelnya kak Kiara ya, yang ada tanda tangannya." Ucap Rania lalu dia menutup pintu ruangan kakaknya itu.

Dirga hanya membalasnya dengan anggukan singkat tanpa perlu menoleh ke arah adiknya.

Tepat dan jam dua belas siang, Dirga baru keluar dari ruangannya. Dia menghampiri meja adiknya, dimana Rania sedang berkutat dengan pekerjannya. Rania mendongak saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat padanya. Dia melihat kakaknya yang masih tampil rapi meskipun sudah siang bolong seperti ini.

"Saya mau berangkat." Dirga memberitahukan pada adiknya.

Rania menunduk dan mengambil sesuatu dari kolong mejanya. Dia lalu berdiri dan memberikan sebuket bunga dengan ukuran yang lumayan pada Dirga.

"Ini bunganya, jangan lupa loh bawain aku novelnya." Rania mengingatkan kembali tentang pesannya, takut Dirga lupa untuk membawakan untuknya.

Dirga hanya membalas dengan deheman singkat, dia pun berlalu meninggalkan Rania yang kembali berkutat dengan pekerjannya. Sesampainya di lobby, Dirga menjadi pusat perhatian orang-orang disana. Bagaimana tidak, dia selama ini dikenal dengan image bos dingin kini malah terlihat cute dengan buket berwarna pink yang digenggamnya. Diam-diam Dirga merutuk, dari sekian banyak warna kenapa juga Rania malah memilih warna yang ini.

"Semenjak ada istri si bos auranya beda ya. Kelihatan banget kalau bucin, liat aja tuh bunga segede gaban pasti buat istrinya." Bisik-bisik dari para karyawan yang disetujui oleh lainnya.

Dirga tidak ambil pusing, dia hanya menganggap angin lalu perkataan karyawan tersebut. Dia melenggang seolah tidak pernah mendengar apa-apa, bodo amat dengan warna pink yang dipegangnya.

Dirga mengemudikan mobilnya menuju salah satu mall, tempat diselenggarakan acara meet and great Kiara. Berbekal alamat lengkap yang diberikan Rania, dia bisa menemui salah satu toko buku yang sering dikunjungi oleh Kiara. Disana terlihat orang-orang berjajar, antri untuk mendapatkan tanda tangan Kiara di novel yang mereka beli.

Sepertinya Dirga datang sedikit terlambat, karena antrian yang tersisa tidak begitu banyak. Tapi syukurlah, Dirga tidak perlu menunggu waktu yang lama untuk menemui istrinya sendiri. Dirga mengambil novel yang yang dibuat oleh Kiara, lalu dia masuk ke dalam antrian. Agak riweh sebenarnya, karena kedua tangannya saat ini penuh dengan bawaan, tangan kiri berisi buket bunga sedangkan tangan kanan berisi berisi novel untuk adiknya. Mungkin sekitar sepuluh menit waktu yang dihabiskan Dirga untuk mengantri, saat ini sudah gilirannya untuk meminta tandatangan istrinya sendiri itu.

Kiara masih belum menyadari bahwa yang sedang dilayaninya saat ini adalah suaminya. Dirga begitu saja menyerahkan novel untuk ditandatangani oleh Kiara. Saking fokusnya, Kiara tidak mendongak sama sekali. Baru setelah selesai tanda tangan dan ingin memberikan kembali novelnya, mata Kiara membola melihat Dirga.

"Mas." Panggil Kiara tanpa sadar. Raut wajahnya terlihat kaget sekaligus bahagia saat mengatakan itu. Dirga balas tersenyum lalu memberikan buket bunga di tangannya pada Kiara.

"Untuk kamu." Ucapnya, Kiara tersenyum lebar dan menerima dengan senang hati bunga tersebut.

"Makasih." Ucapnya terharu, dia sudah menerima banyak hadiah dari penggemarnya, tapi entah mengapa yang diberikan oleh Dirga rasanya sangat berbeda. Terasa spesial dan berhasil menyentuh hatinya.

"Udah makan?" Tanya Dirga lagi, mengabaikan orang-orang yang antri dibelakangnya. Tidak tau saja Dirga jika dibelakang sana orang-orang berdecak kesal karena dirinya lama.
Kiara menggeleng pelan, menjawab Dirga.

"Saya tunggu, nanti makan sama-sama." Kiara mengangguk. Dia pun mengedarkan pandangannya dan tertuju pada salah satu kursi yang menganggur.

"Tunggu disana ya. Nanti kalau udah selesai aku samperin." Kiara menunjuk pada kursi yang dimaksudnya. Dirga mengangguk dan berjalan menuju kursi tersebut.

Di tempatnya, Dirga kembali memperhatikan aktivitas sang istri. Dirga merasa sangat betah memandangi Kiara lama-lama, Kiara tidak pernah membosankan dimatanya. Apapun yang Kiara lakukan sangat menarik baginya, hingga Dirga tidak sadar sudah memandangi istrinya itu lebih dari setengah jam lamanya.

Antrian para penggemar Kiara satu persatu mulai berkurang, dan saat sudah benar-benar selesai Kiara langsung bangkit dan menghampiri Dirga. Tapi ternyata di tengah jalan, Kiara dicegat oleh seseorang yang dengan tiba-tiba memegang tangannya. Kiara kaget, dia langsung menoleh ke arah orang yang mencegatnya dan alangkah terkejutnya dia saat melihat sosok itu.

"Rehan." Ucap Kiara, sosok Rehan tersenyum memperhatikannya dan memberikan buket bunga.

Sedangkan ditempatnya, Dirga sudah menatap waspada ke arah Kiara dan juga orang yang dipanggilnya dengan sebutan Rehan itu. Dirga tau siapa itu Rehan di hidup Kiara. Tidak ingin kecolongan, Dirga pun berdiri dan menghampiri keduanya.

"Udah selesai kan?" Dirga muncul dengan tangannya yang langsung mengapit pinggang Kiara. Seolah memberitahukan orang didepannya bahwa sekarang Kiara adalah miliknya, dan Rehan tidak pantas untuk mendekatinya kembali.

Kiara menatap sorot mata Dirga yang entah sedang memancarkan apa. Tapi yang jelas saat ini rahang Dirga seperti menegang dan tanpa perlu berpamitan dia langsung menarik pinggang Kiara agar menjauh dari laki-laki bernama Rehan itu.

To be continued

Posesif amat Dirga. Orang Kiara cuma ngobrol sebentar kok sama di Rehan.

Kalian kalau punya suami kayak Dirga ini, mau ga sih diposesifin?

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang