part 18

2.1K 146 13
                                    

"Rumah siapa?" Kiara bertanya saat mobil yang ditumpanginya memasuki pelataran sebuah ruangan di kawasan elit kota Jakarta.

Dia menoleh ke arah Dirga yang tidak menjawab pertanyaannya. Laki-laki itu malah fokus untuk parkir lalu mengajak Kiara untuk keluar dari mobil.

Kiara mengikuti langkah Dirga yang terlihat memasuki rumah, didalam sana mereka disambut oleh Tante Rena dan dua orang lain yang tidak dikenali olehnya.

"Udah datang ya. Kiara sini." Tante Rena memanggil Kiara dengan gerakan tangan, menyuruh Kiara agar mendekat padanya.

Kiara berjalan mendekat dan berhenti di samping Tante Rena. Kiara mengamati ruangan sekitar, dimana masih terlihat sangat kosong dan ada beberapa furniture juga yang masih dilapisi dengan plastik.

Dilihat-lihat sepertinya rumah ini masih belum pernah dihuni sama sekali.

"Ini rumah siapa, Tante?" Kiara mengulang pertanyaan yang sama kepada orang yang berbeda.

"Dirga masih belum kasih tau?" Tante Rena terlihat bingung melihat gelengan yang berasal dari kepala Kiara. Tante Rena berdecak dan menggeleng ke arah putranya itu.

"Ini rumah Dirga yang beli, udah lumayan lama sih. Nanti kalau udah nikah kalian tinggal disini. Makanya Tante suruh Dirga bawa kamu kesini, biar langsung renovasi dan udah ready kalau mau kalian tinggalin."

Kiara mengangguk mengerti. Dia mengamati rumah dua lantai yang lumayan luas itu.

"Apa gak kebesaran kalau cuma tinggal berdua?" Kiara menyerukan pendapatnya. Dia tidak bisa membayangkan akan secapek apa ART yang akan bekerja nanti.

"Nggak, kan nanti juga kalian punya anak. Pas lah ini."

Kiara tersenyum kering. Anak ya? Tante tolong jangan terlalu berharap ya, ini Dirga dan Kiara masih dalam tahap pendekatan loh.

"Ini kamu bilang aja mau ruangan yang kayak apa sama mereka, nanti mereka yang bakal renov sesuai keinginan kamu." Tante Rena memperkenalkan dua orang lain yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka.

"Ayo mulai dari kamar kalian aja ya, sini." Tante Rena tampak bersemangat saat mengajak Kiara menuju suatu ruangan yang berada di lantai dua.

"Dirga kamu juga ikut sini, kok ya malas-malasan kayak gitu sih." Ucap Tante Rena saat melihat putarnya yang berjalan berada di paling belakang.

"Iya,Ma." Ucap Dirga seperti terdengar ogah-ogahan pada Mamanya.

Tante Rena adalah orang yang paling mendominasi saat membicarakan perihal renovasi. Kiara hanya memberikan beberapa pendapatnya saja saat diminta. Begitu pula dengan Dirga yang malah tidak mengeluarkan suara sama sekali jika tidak ditanya.

Kiara sih tidak masalah, tampaknya selera Tante Rena juga bagus dan Tante Rena lumayan paham tentang hal-hal yang berkaitan dengan penataan suatu ruangan.

Entah sudah berapa jam yang dihabiskan, hingga saat waktu menunjukkan sore hari mereka telah selesai membahas konsep rumah ini. Dan akhirnya memutuskan untuk pulang.

Tante Rena pulang satu mobil dengan Kiara dan juga Dirga.

"Kiara, nanti ada rencana mau sewa ART kan?" Tante Rena bertanya. Kiara menoleh ke belakang.

"Rencananya gitu Tante, tapi gak tau nanti enaknya gimana."

"Loh kok gitu. Dirga kamu gimana sih. Kalian sewa ART aja nanti, Tante kasihan sama Kiara kalau harus ngurus rumah sendirian."

Tante Rena menasehati putranya. Kiara berpikir bahwa Tante Rena tidak suka jika dia menyewa ART. Tapi rupanya Tante Rena ini pendukung kerasnya.

"Iya Ma pakai ART kok, tapi yang gak usah nginap."

"Kenapa gitu?" Tante Rena bertanya dengan penasaran.

"Gak enak Ma dirumah ada orang asing. Apalagi masih pengantin baru, masih pengen pacaran dulu."

Kiara melotot mendengar jawaban Dirga yang sangat diluar dugaan, apalagi nada bicaranya ituloh santai sekali saat mengatakannya.

Kiara melirik bagaimana kira-kira reaksi Tante Rena saat mendengar penuturan Dirga. Dan kalian tau, Kiara sangat malu saat ini.

Apalagi saat Tante Rena memberikan senyum misterius padanya. Kiara rasanya ingin menghilang saja dari sini. Diam-diam, di dalam hatinya Kiara menuruti Diega atas ucapan keramatnya barusan.

"Kiara kamu beneran gak mau resepsi besar-besaran? Sekali diumur hidup loh ini."

Lagi-lagi pembahasan yang sama. Hal ini sudah berulang kali Tante Rena bahas dan jawaban Kiara masih tetap sama.

"Aku maunya intimate aja Tante. Acaranya kan juga dadakan jadi kayaknya ini keputusan terbaik deh. Mas Dirga juga setuju kok."

Ucap Kiara dengan pelan. Oh ya, semenjak di tegur oleh Tante Rena waktu itu, Kiara tidak pernah lagi memanggil Dirga hanya dengan sebutan nama jika didepan orang tua mereka.

Kiara hanya memanggil Dirga dengan nama saat bicara langsung dengan Dirga, itupun jarang. Atau saat dia membicarakan Dirga dengan teman-temannya.

"Kalau kalian maunya kayak gitu sih gak masalah tapi sebagai orang tua, Tante tentunya pengen yang terbaik buat kalian."

Tante Rena terlihat kecewa dengan keputusan yang diambil oleh Kiara dan Dirga. Kiara menunduk, dia bukannya tidak ingin mengabulkan keinginan Tante Rena, hanya saja Kiara masih belum siap jika harus di publish secara besar-besaran.

Kiara jujur masih takut untuk mendapat ujaran kebencian netizen lebih banyak nantinya.

"Ma." Dirga memperingati Tante Rena. Dia bisa menyadari perubahan wajah Kiara yang saat ini tengah menunduk.

"Eh jangan sedih Kiara, Tante gak papa kok. Tante masih ada Rania, biar Tante puas puasin aja resepsi waktu Rania nikah nanti. Kamu jangan sedih, Tante lebih gak suka lihat kamu sedih begini."

Tante Rena menyembulkan kepalanya ke depan. Meraih Kiara dan mengelus rambutnya berulangkali.

"Maafin Tante ya kalau memaksakan kehendak Tante."

"Kiara ngerti kok Tante. Makasih ya Tante udah menghargai keputusan Kiara." Kiara mengesampingkan tubuhnya. Dan setelah itu sebuah pelukan dari Tante Rena diterimanya.

"Calon pengantin gak boleh sedih. Biar nanti di pelaminan auranya bagus." Ucap Tante Rena yang diangguki oleh Kiara, Kiara tersenyum karenanya.

"Duduk Ma, bahaya kalau gitu."

Mendapat peringatan dari anaknya, Tante Rena berdecak. Dia menatap tajam ke arah Dirga yang telah merusak moment haru keduanya.

"Kamu ini cemburuan banget. Ini Mama sendiri loh yang peluk Kiara bukan orang lain."

"Bukan gitu Ma, kalau Mama kayak tadi terus bahaya."

"Iya deh, terserah kamu."

Tante Rena kembali duduk di kursi belakang.

"Eh iya, tadi gimana Kiara spa nya enak kan?"

"Enak Tante, cuma tadi ketemu orang rese aja sih."

"Iya? Siapa? Dia apain kamu?"

"Gak tau Tante aku juga baru pertama kali lihat orang itu. Pas dia tiba-tiba duduk di samping aku terus ngomong sesuatu yang gak enak gitu."

"Kamu kenapa gak pesen yang private aja? Nanti kamu kalau kesana sana Tante aja deh biar gak ada yang berani gangguin."

"Aku kan juga gak tau Tante kalau ada orang rese. Aku awalnya mikir bakal bosen gitu kalau diruangan sendirian, siapa tau kan bisa ketemu temen baru. Tapi setalah itu aku pindah yang private aja, biar gak digangguin lagi."

"Nanti kalau ketemu orangnya lagi kamu bilang Tante ya biar Tante tegur nanti."

"Jangan Tante, udah aku tegur sendiri kok tadi."

"Hebat kamu. Suka nih Tante kalau punya menantu gini."

Kiara dan Tante Rena tertawa bersama. Menyisakan Dirga yang hanya menggeleng dengan kelakuan dua perempuan ini.

To be continued

Jangan lupa vote, ok.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang