Part 33

1.3K 166 2
                                    

Yeyyyy update niiii
Jangan lupa vote dan komennya ditunggu yaaa

Dengan dibantu oleh Dirga, kini makan malam mereka telah jadi. Hanya makanan rumahan sederhana yaitu nasi dengan kuah sop dan juga bakwan jagung. Dirga sama sekali tidak pernah protes tentang masakan yang selama ini Kiara buat. Dirga hanya diam memakannya dan sesekali memberi komentar serta saran pada Kiara.

Dirga membantu Kiara memindahkan nasi dan lauknya ke atas meja makan. Saat Kiara akan menyendok kan nasi ke piring Dirga, tiba-tiba suara bel berdenting dengan nyaring. Kiara dan Dirga saling melempar pandangan untuk sejenak.

"Kamu undang temen kamu ke rumah?" Dirga angkat suara untuk bertanya. Kiara langsung menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Teman kamu mungkin?" Kiara membalik pertanyaan kepada Dirga.

"Biar saya lihat." Dirga melenggang menuju pintu utama.

Suara ramai samar-samar terdengar dari luar. Sepertinya yang datang bertamu ini lebih dari satu orang. Dirga membukakan pintu dan sedetik kemudian terpampang lah wajah keluarganya dengan dipimpin oleh Mama.

"Ma, Pa, kenapa gak kabarin dulu kalau mau datang?" Mama mengibaskan tangan. Lalu tanpa perlu dipersilahkan lagi wanita yang telah melahirkan Dirga itu pun melenggang dengan santai memasuki rumah. Dia mencari-cari keberadaan menantunya yang ternyata sedang berada di ruang makan.

"Siapa yang datang?" Kiara yang mendengar suara langkah kaki mendekat pun mengira bahwa itu adalah Dirga. Dan saat dia mendongak, dia kaget karena yang dilihatnya kini adalah ibu mertuanya tengah memperhatikan makanan yang ada diatas meja.

"Mama." Gumam Kiara. Jujur dia merasa malu karena saat ini mertuanya seperti sedang menelisik makanan buatannya. Pasti mertuanya itu merasa miris karena anak laki-lakinya hanya diberikan makanan seperti ini oleh Kiara.

"Kenapa Mama gak ngabarin kalau mau datang?" Tanya Kiara lagi, mengajak Mama Rena bicara agar perhatiannya teralihkan.

"Ini kamu yang masak sendiri?" Mama mertua bertanya sembari menunjuk ke atas meja. Kiara meringis pelan, lalu mengangguk pasrah.

"Ih hebat banget sekarang udah bisa masak." Berbeda dengan dugaan Kiara, Mama Rena malah terlihat sangat excited karena melihat Kiara telah bisa memasak. Mama Rena bahkan sampai memeluk Kiara singkat saking bangganya. Kiara kan jadi terharu diperlakukan seperti ini. Suatu hal kecil namun sangat berarti jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Sekarang masih bisa masak yang gampang gampang aja Ma." Mama Rena berdecak mendengar Kiara yang merendah didepannya. Menurutnya dengan Kiara berinisiatif saja itu sudah kemajuan yang luar biasa.

"Gak papa namanya juga belajar kan, pelan-pelan yang penting bisa." Kiara tersenyum sambil mengangguki.

"Mama mau coba boleh?" Sebuah pertanyaan yang dengan excited Kiara angguki. Merupakan suatu kehormatan baginya karena Mama Rena ingin mencicipi makanan buatannya. Ya meskipun disisi lain Kiara juga merasa deg-degan, takut jika rasanya tidak sesuai selera Mama Rena.

"Boleh." Kita menyerahkan piring pada Mama Rena dan saat akan mengisinya dengan nasi yang banyak, Mama memintanya untuk mengisi sedikit saja.

"Segini Ma?" Kiara bertanya untuk memastikan.

"Nah iya cukup." Mama mengambil piring dari tangan Kiara dan mengisinya dengan kuah sop juga bakwan jagung buatannya.

"Oh iya, Mama sama siapa kesini?"

"Sama Papa sama Rania." Kiara terlihat gelisah mendengarnya. Dia memperhatikan sisa nasi dan lauk yang ada.

"Ini cukup ga ya buat Papa sama Rania?" Kiara tanpa sadar bertanya pada dirinya sendiri.

"Udah mereka gak usah, buat Dirga sama kamu aja. Papa sama Rania udah makan kok, Mama sebenarnya juga udah makan tapi karena pengen nyobain masakan kamu jadi makan lagi deh." Mama Rena berkata untuk menenangkan Kiara. Kiara tersentak dan baru sadar bahwa pertanyaan itu didengar oleh mama mertuanya. Kiara jadi malu sendiri karenanya.

"Gak enak Ma, masa udah dateng kesini gak aku jamu dengan baik."

"Gak papa kita kesini juga niatnya mau ketemu kalian kan bukan mau makan."

"Tetap aja Ma. Aku masakin dulu kayaknya masih sempet deh." Kiara sudah akan berdiri dan berjalan menuju dapur. Tapi buru-buru tangannya dicegah oleh Mama Rena.

"Kalau emang kamu merasa gak nyaman mending pesan aja, Mama gak suka kalau kamu repot-repot segala." Kiara mengangguk menyetujui. Sepertinya itu juga lebih efisien karena tidak akan membutuhkan waktu yang banyak.

Kiara pun segera membuka handphonenya dan memesan makanan memulai aplikasi. Setalah selesai Kiara berpamitan pada Mama untuk menemui Rania dan juga Papa yang berada di ruang tamu.

"Kak Ara." Rania berteriak histeris saat melihat Kiara. Membuat Papa yang duduk di sampingnya sampai menutup telinga karenanya.

"Kak udah siap belum perintilan buat konsernya?" Rania berpindah tempat duduk menjadi di samping Kiara dan bertanya dengan bisik-bisik.

"Masih otw, semoga aja nyampe tepat waktu." Jawab Kiara. Rania mengangguk.

"Jadi gak sabar deh." Kiara mengangguk antusias. Keduanya pun larut membicarakan hal seputar konser hingga tidak sadar Mama sudah ikut bergabung dan ikut nimbrung dalam pembicara kedua wanita muda itu.

"Mama mau ikut dong. Gimana sih caranya dapat tiketnya itu. Kalo ada Mama tolong beliin dong, Ran." Rania memutar bola matanya malas. Ini nih tidak enaknya punya Mama yang masih berjiwa muda pasti ingin selalu ikut-ikutan dan tidak ingin ketinggalan tentang hal-hal yang sedang hits saat ini. Rania merasa selalu dibuntuti oleh mamanya itu.

"Udah telat Ma, tiketnya udah habis dari lama kok."

"Pasti masih ada itu tiketnya. Atau kamu cariin di calo, nanti kasi tau Mama berapa totalnya."

"Jangan Ma, mahal kalau beli di calo. Lagian Mama tuh mending diam aja dirumah temenin Papa, inget umur Ma."

"Umur gak papa udah tua tapi jiwa Mama kan masih muda."

"Nggak ya Ma, gak boleh beli di calo. Dari pada uang Mama habis di calo mending kasih aku aja deh, lumayan buat beli tas baru." Rania menaik turunkan alisnya.

Mama Rena mendengus dan menggeplak lengan Rania. Dia tau akal busuk Rania, pasti Rania itu tidak ingin nonton konser dengan Mamanya karena pasti akan riweh. Belum lagi jika mamanya banyak protes nanti, pasti Rania yang akan pusing sendiri.

"Liat tuh Pa, anak kamu pelit banget sama mamanya sendiri." Rania hanya menganggap angin lalu ucapan Mamanya.

"Oh iya kak, malam ini aku nginap ya." Rania sudah antusias ingin mendengar jawaban dari Kiara. Tapi belum juga Kiara menjawab, Mamanya itu malah mendahului.

"Gak. Gak ada ya nginap-nginapan, yang ada kamu malah recokin Kiara nanti. Gagal deh Mama punya cucu cepet."  Rania berdecak dan menatap ke arah Mamanya.

"Aku nginap juga gak bakal tidur sama kak Kiara kali Ma, jadi gak aku ganggu kak Kiara sama kak Dirga begituan."

Kiara dan Dirga yang menjadi topik bahasan kali ini pun merona karena malu. Apalagi ini topiknya sangat absurd sekali dan tidak layak untuk dibahas beramai-ramai. Dirga pun berdeham, seolah memberitahukan bahwa dia tidak nyaman dengan topik yang dibahas saat ini.

"Dirga pokoknya jangan izinin adik kamu nginap." Ucap Mamanya final.

Rania yang merasa tidak ada satu orangpun yang membelanya pun menjadi cemberut. Dia menarik-narik tangan Kiara, berusaha agar Kiara membantunya membujuk Mama agar mengizinkannya untuk menginap. Tapi Kiara menggeleng pelan. Dia juga tidak berani sebenarnya membantah Mama Rena jika sudah dalam mode tegasnya.

To be continued

Haha Mama Rena balas dendam ceritanya karena gak dibolehin ikut nonton konser sama Rania.

Yang mau baca cepat ada di KaryaKarsa ya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang