Tak terasa sudah seminggu Naisha menjabat ketua OSIS. Dan selama seminggu itu, Zen terus jahil padanya.
Hingga hari tak terduga seperti hari ini tiba. Arzen kesiangan bangun gara-gara sang kakak, Zaidan atau dipanggil Bang Zai sama Zen, mengajaknya tanding PS hingga dini hari. Padahal sang ibu sudah memperingati keduanya.
"Bang Zai, ga kerja?"tanya Arzen sambil buru-buru masukin kaki ke sepatu.
"Cuti."jawab si abang santuy.
Asy**! Umpat Zen yang segera berlari menghampiri sepedanya. Dikayuhnya sepeda dengan kecepatan tinggi, tapi naas, di depan gang malah tabrakan sama sepeda tukang sayur langganan ibunya.
BRAK!! AUW!! ADAH DAH DAH!
Suara keras dan mengaduh itu milik Zen dan Pak Somad, si tukang sayur.
"Duuuh, Den. Kalo naik sepedah yang bener atuh!"protes pak Somad sambil berupaya membuat sepedanya berdiri kembali. Untung dagangannya aman. Zen yang terduduk di aspal juga berusaha bangkit dan membersihkan debu-debu yang menempel di celana abu-abunya.
"Maaf, mang. Buru-buru. telat nih."
Zen membantu pak Somad menyandarkan sepedanya ke pinggir dan menyempatkan melihat kondisi si tukang sayur.
"Iya, Den. Lain kali ati-ati. Udah buru, mang Somad ga papa kok."ucapnya mengusir.
Zen pastinya dengan senang hati menaiki sepeda dan melesat ke sekolah. Sayangnya, gerbang sudah tertutup, dan disana terlihat wajah garang Naisha menatapnya.
"Duh!"keluh Zen.
Dia turun dari sepeda dan menuntunnya pelan ke hadapan Naisha.
"Udah tau salahnya apa?"tanya Naisha dengan wajah serius.
"Telat."jawab Zen.
"Hukumannya dah tau?"tanya Nay lagi.
"Tapi kan baru semenit."
"Nyolot lagi!"hardik Nay.
"Gue juga telatnya baru sekali ini, Nay."mohon Zen.
Dia tau dia bakal lebih banyak telatnya saat ini karena ngebantahin Naisha.
"Lo siapa panggil-panggil nama ma gue?"tatapan tajam menusuk retina Zen.
"Zen."jawabnya dengan watados.
Naisha menghela napas kasar. Lelah dia menghadapi cowok tengil macam Zen.
"Ga ada alasan. Lari 10 keliling lapangan. Tan-pa-je-da! Buru!"suara Nay meninggi, membuat Zen berjengit. Kaget aja, tapi dia ga takut kok.
Inikah 'galak' yang digambarkan Gala? Ga semengerikan itu. Malah terlihat manis saat ekspresinya sok galak.
"Iya, ga usah marah-marah."gumam Zen ngeloyor memarkir sepeda di depan pos satpam.
Naisha geleng-geleng kepala.
Ni bocah kayaknya bandel.
*
Hosh hosh hosh...
Napas Zen tersengal, tapi dia ga bisa menghentikan kakinya berlari menyusuri lintasan lari di depannya.
Sial nih. Tau gini tadi telatnya lamaan aja kan gue bisa sarapan dulu. Gerutunya.
Untungnya, dia emang biasa pake T-shirt putih polos di dalam seragam. Kemeja seragamnya sengaja dilepas dan ditaruh gitu aja di bawah pohon bersama tas ranselnya.
Sekarang peluh sudah membasahi kaosnya, bahkan pandangannya mulai kabur padahal masih kurang dua kali putaran. Dilihatnya Naisha berdiri di pinggir lapangan dengan seorang rekannya. Mereka tampak ngobrol serius. Zen sengaja berlari mendekat pada keduanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Cantik [END]
OverigKisah Arzen mendapatkan cinta sang ketua OSIS cantiknya. cover by: canva.com