"Arzen..."panggilan lirih itu tetap mampu membuat Arzen menghentikan langkah dan menengok ke belakang.
Dayu berdiri dengan kikuk di sana.
Gala dan Jun yang berjalan bersama Arzen jadi ikut menghentikan langkahnya.
"Siapa?"tanya Jun bingung.
Gala yang peka, langsung menyeret Jun untuk berjalan menjauh. Meneruskan langkah menuju kelas.
Acara ramah tamah dengan siswa-siswi Cakra Buana di aula memang baru saja berakhir. Tadi Arzen sengaja ga ikut acara foto bersama dengan alasan pengen istirahat sejenak di kelas. Apa lagi kalo bukan rebahan?
"Lo ga pulang bareng temen-temen lo?"jawab Arzen santai.
Dayu mendongak dan menatap manik Arzen lekat. Dia menggigit pelan bibir bawahnya. Ragu untuk bertanya.
Lama tak mendengar jawaban, Arzen menatap wajah Dayu.
"Kenapa?"tanyanya.
"Apa aku boleh tau siapa gadis yang kamu suka?"
Pertanyaan itu terlontar juga akhirnya. Melihat tatap khawatir Arzen, Dayu tak bisa menahan kata-kata di ujung lidahnya lagi.
Arzen menghela napas mendengar pertanyaan itu.
"Untuk apa?"tanyanya.
"Biar aku ga penasaran, trus bisa relain kamu."jawab Dayu dengan mata berkaca.
"Kalo lo tau juga ga faedah. Cuma bikin tambah pikiran."bantah Arzen.
Mendengar itu, Dayu menggeleng ribut, menggoyangkan rambut sebahunya.
"Janji enggak gitu."ucapnya meyakinkan.
"Dayu, udah deh. Lo ga usah lagi liat ke gue. Mau gue sama siapa, itu kan ga ada hubungannya sama lo. Teman tuh ga harus mencampuri urusan."jawab Arzen panjang lebar.
"Tapi-"
"Teman kan?"potong Arzen dan Dayu menatapnya dengan tak rela.
"Lo anggep gue temen kan?"ulang Arzen.
Dayu menggeleng lemah.
Bagaimanapun dia mencoba, Arzen tetaplah istimewa di hatinya. Istimewa bukan teman, dan sekedar teman tak seistimewa Arzen. Selalu itu jawaban yang didapatnya. Buntu.
Melihat gelengan kepala gadis itu, Arzen menahan sesak. So, gue bakal jadi cowok jahat lagi hari ini? Batinnya lelah.
"Gue ga ada tenaga buat ini."gumam Arzen dan hendak berbalik pergi.
"Arzen..."panggilan itu kembali menghentikan langkahnya.
"Aku harus tau..."lanjut Dayu lirih.
*
*
"Ah! Nay, ini punyaan anak Cakra Buana bukan? Ketinggalan nih."Handy membelalakkan mata melihat sebuah tas selempang kecil.
Naisha mengambilnya dari atas kursi dan memeriksa. Di dalam tas terdapat benda kotak, tapi untungnya bukan ponsel. Benda itu hanya sebuah card holder, terpampang wajah yang tak asing bagi Naisha, lengkap dengan nama di bagian bawah foto.
"Dayu."gumamnya.
"Oh, syukur deh ada namanya. Jadi bisa langsung nyari orangnya buat ngembaliin."kata Rena nimbrung. Dia sengaja ga keluar aula untuk membantu sahabatnya berbenah meski dia bukan anak OSIS.
Lalu datang Nayla, sang bendahara dari arah luar aula. Dia barusan ikut rombongan guru mengantar tamu ke kendaraannya.
"Kenapa, Nay?"tanyanya sambil melihat benda di tangan Naisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Cantik [END]
NezařaditelnéKisah Arzen mendapatkan cinta sang ketua OSIS cantiknya. cover by: canva.com