R A S A

35 1 0
                                    

Seminggu berlalu.

Naisha, Handy, dan Rena semakin dekat dengan Reynan. Bahkan sekarang Reynan udah mulai berbicara dengan kalimat yang lumayan panjang. Pastinya ketiga kawannya sangat senang dengan perubahan Rey.

Di kelas, Rey juga mulai mau membuka diri dengan membalas sapaan teman-temannya yang lain.

"Weh... si kutub dah cair. Betewe, karena apa ya?"komen Marlin, salah satu siswa di kelas Naisha.

"Kayaknya gara-gara Ketos deh."jawab Faiz dengan mantap, membuat teman-teman yang duduk melingkar itu manggut-manggut yakin.

*

*

Kantin.

"Zen, makan apa lo?"tanya Gala sambil memandang berkeliling stand makanan yang berjajar rapi.

"Mie Ayam."jawab Zen yang melangkah ke arah meja penjual mie ayam milik Pak Ratno.

"Pak No, mie ayam satu, ga pake daun bawang, sambalnya 5 sendok."kata Zen.

"Du-dua pak, tapi punya saya jangan pake sambal."Gala buru-buru menimpali.

Pak Ratno mengacungkan jempolnya dan dengan cekatan mengolah pesanan keduanya.

Sambil menunggu, Zen dan Gala duduk di kursi yang ada di depan kios Pak Ratno.

"Eh, itu kan Kak Nay. Gue dipesenin mami nih. Bentar ya."pamit Gala, Zen hanya mengangguk.

Tapi tatapannya melihat adegan yang menyesakkan dada. Nay tampak berbagi somay dengan Rey.

"Kak. Mami titip dibeliin bedak pulang sekolah ntar."kata Gala saat sudah ada di dekat Naisha.

"Eh, kenapa ga minta anter Papi aja sih?"sewot Nay.

Gala mengedikkan bahu dan berlalu dari hadapan Nay. Kan pesannya dah sampai, tugasnya dah selesai.

"Nah pas niiih."Senyum lebar ditampilkan Gala saat Pak Ratno datang dengan nampan berisi 2 mangkok mie ayam.

"Nih pesanannya, Zen."

"Makasih paaaak."jawaban ceria ini pastinya dari Gala. 

Zen?

Dia diam. Tangannya mulai mengaduk isi mangkok dengan brutal.

"Woiii... Selow, bro."Gala menahan lengan Zen yang tadi mengaduk mie. Hasilnya, Gala ditatap tajam sama Zen.

"Lo kenapa sih, Zen? Uring-uringan deh."keluh Gala.

"Laper."jawab Zen pendek dan ketus.

Gala hanya bisa geleng-geleng kepala. 

Dosa apa hamba-Mu ini? Kenapa kena semprot ni makhluk-Mu?

*

*

"Gal, cowok tadi siapanya Nay?"

Gala mengerjap pelan, mencerna pertanyaan random Zen.

"Tadi? Tadi yang mana ya?"ucapnya pelan sambil mikir dan sekalian garuk kepala ga gatalnya.

Tunggu ya... Gala tuh ga ada bayangan apa-apa. Jadi maklumin kalo dia lemot.

"Ck!"Zen mendecakkan lidah kesal.

"Elaaah... Kagak paham gue. Cowok yang mana sih?"Gala menahan lengan Zen yang hendak berjalan meninggalkannya.

"Di kantin, makan siomay sepiring berdua sama Nay."jawab Zen.

"Hah?"Gala nge-lag lagi.

"Emang ada ya?"tanyanya polos.

Hauh! Habis sudah kesabaran Zen. Mendingan dia nanya langsung aja sama Naisha daripada nanya sama bocil di depannya.

Zen berlalu cepat sebelum Gala sempat nahan.

"Zen! Arzen! Tunggu gue!"teriak Gala dengan berlari kecil menyusul sahabatnya.

*

*

"Cari siapa, dek?"sapa cewek bernama Melania. 

Saat ini Arzen sedang berdiri di depan kelas Naisha, tepatnya di depan pintu. Sebodo ganggu orang lewat. Dia celingukan mencari sosok Naisha.

Beruntung ada yang menyapanya. Melania.

"Naisha."jawabnya.

"Oooh... Ketos lagi di ruang OSIS, dek. Rapat kayaknya. Lama looh. Pulang sama kakak aja yuk?"

Arzen mengernyit. 

"Makasih. Gue ada perlu ma Naisha. Permisi."pamitnya sopan.

Melania tersenyum.

"Sama-sama, dedek emesss!"jawabnya dan Arzen merinding seketika.

Dia pun melangkah cepat ke arah ruang OSIS, tapi langkahnya melambat dan kemudian berhenti.

Tampak sosok yang sedari tadi mengganggunya duduk di bangku panjang depan ruang OSIS. Reynan.

Cowok itu fokus ke benda pipih di tangannya, tak terganggu dengan lalu lalang di depannya.

Arzen terpaku di tempat. Kakinya seolah menolak melangkah mendekat maupun menjauh.

KLEK!

Pintu ruang OSIS terbuka dan stu per satu orang di dalam ruangan keluar. Lalu muncullah Naisha dengan senyuman. Tapi bukan ke arah Arzen, melainkan ke arah Reynan yang udah sigap berdiri.

"Sori, lama ya?"

Reynan tampak menggeleng.

Ucapan Naisha terdengar di telinga Zen, meski sayup.

"Tas lo."Rey menyodorkan tas milik Naisha. Zen membola.

"Makasih. Yuk, langsung aja."Naisha menerima tasnya dan menyampirkannya di bahu lalu berjalan berdampingan dengan Reynan.

Entah mereka mau kemana.

Zen beringsut mundur dan berjalan cepat ke parkiran. Pikirannya kacau. 

Apakah dia terlambat?

Dia baru menyadari kalo rasa sukanya pada Naisha bukan hanya kagum semata. Dia suka. Sangat suka!

Dan dia tak suka Naisha dekat dengan cowok lain. Melihat adegan di rumah Gala tempo hari membuatnya berpikir ulang tentang rasa yang dimilikinya buat Naisha.

Tapi apa sekarang menyadari itu artinya sudah terlambat?

Apa Naisha udah menentukan pilihan?

Pilihan?

Bahkan Zen belum sempat memberikan tawaran dan membuat Naisha memilih. 

AKH! 

Zen menjambak rambutnya frustasi. Dia duduk sejenak di atas motornya. Lalu dengan cepat dikenakannya helm dan menghidupkan mesin.

Dia harus tau, kemana Rey itu membawa Naisha!

*

*

To Be Continued....

Ketos Cantik [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang