Malam itu entah kenapa cuaca ga bersahabat. Mendung sedari sore pulang sekolah hingga menjelang malam geledek memekakkan telinga lalu ada bonus plus plus kilat seakan tak henti membelah langit.
Helaan napas kembali lolos dari bibir mungil Naisha. Sejak pembicaraan terakhirnya dengan Arzen siang tadi, hatinya tak tenang. Meski dari ucapan terakhir Arzen tidak ada indikasi 'permusuhan', namun Naisha merasakan kekecewaan cowok itu padanya.
Diakuinya, tadi dia terbawa emosi. Apalagi menyaksikan bagaimana interaksi Arzen dan Dayu. Bahkan ada pikiran aneh yang mengatakan keduanya sangat cocok jika disandingkan.
Ketika pikiran itu muncul, hatinya berdenyut nyeri. Apa artinya dia ga rela? Apakah pikirannya sendiri udah mengkhianati hati kecilnya?
"Haah..."
Kembali helaan napas dihembus.
TIk Tik Tak Tak Tak Tak!
Suara ketukan di jendela kamarnya membuat gadis itu mendongak dan menatap kaca di hadapannya.
"Hujan..."gumamnya.
Pikirannya melayang pada wajah Arzen siang tadi. Senyum yang disertai kata-kata yang membuatnya harus memikirkannya hingga detik ini.
"Untuk sekarang, cukup lo inget dua hal. Gue masih nunggu jawaban lo. Dan kedua, gue serius ngomong gitu ke elo."
"Gue tau lo serius. Tapi..."gumam Naisha pada diri sendiri.
JGEEERRR!
Naisha terlonjak kaget saat suara petir memecah suara irama rintikan air yang mengetuk jendelanya.
"Ish..."keluhnya dengan tangan mengelus dada, menenangkan jantung.
Jawaban... Jawaban...Jawaban...
Satu kata yang terus terngiang. Naisha kembali menatap keluar jendela. Gelap. Seperti kondisinya sekarang. Benar-benar tak tau harus menemukan jawaban dimana dan apa yang diinginkannya.
Suara ponsel membuat Naisha menengok ke atas nakas di mana sumber suara sedang mengisi daya.
"Siapa sih?"gerutunya pelan.
Tok! Tok!
Belum sampai tangannya meraih benda pipih itu, suara ketukan di pintu kamar dan disusul kemunculan mami membuat Naisha urung meraih benda bersuara itu.
"Kenapa, Mi?"tanyanya saat melihat raut cemas sang ibu.
"Adek belom pulang nih. Tau ga adek maennya kemana?"ucap mami.
Sore tadi sebelum pulang, Gala memang pamitan padanya pergi maen ke kafe dengan Jun, Arzen, dan beberapa teman lainnya. Naisha ga masalah karena dipikirnya Gala sudah cukup besar untuk pergi sendiri. Lagipula tadi mami juga memberitahunya kalo Gala akan maen sampe jam makan malam alias pukul 7 malam saja.
"Emm... Nay telpon deh."jawabnya.
"Mami udah coba telpon dari tadi, tapi kayaknya hp nya mati deh."
Jawaban sang ibu membuat Naisha terhenti beberapa detik, lalu matanya membola saat melihat histori penelepon barusan. Nama Arzen terpampang di layar.
Diapun segera menelepon balik. Pada dering kedua, telepon tersambung.
"Halo, Nay."
Suara Arzen menyapa telinganya.
"Gala sama lo?"
"Iya, tadi niatnya mo ngabarin kalo blom bisa balik. Hujan deres."jawab Arzen.
"Mami mo ngomong."
Naisha menyerahkan ponselnya pada mami yang langsung menyambutnya.
"Loudspeaker aja, Kak."pinta mami dan Naisha menekan tombol speaker.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Cantik [END]
De TodoKisah Arzen mendapatkan cinta sang ketua OSIS cantiknya. cover by: canva.com