"Pikirkan dirimu sendiri. Apakah kamu sudah bahagia?"
-Senin, 19 Juni 2023-
***
"Tungguin bentar, kita barengan ke kelasnya," pinta Randy saat melihat Silvia hendak meninggalkannya.
Jari-jari Randy bergerak cepat mengetik sesuatu di ponsel. Setelah itu, ponsel dimasukkan ke dalam saku celana.
"Ayo," ajaknya. Dia menyejajarkan langkah dengan Silvia.
Silvia menjadi lebih pendiam. Enggan berbicara dengan Randy ataupun menatapnya. Gadis berambut sebahu itu menyibukkan diri dengan bermain ponsel di sepanjang jalan.
Randy bisa merasakan kecanggungan yang tercipta di antara dia dan Silvia pagi ini. Randy memakluminya karena semua yang terjadi berawal dari dirinya yang memberikan beban pikiran pada Silvia pagi-pagi seperti ini.
"Vi, jangan main hp sambil jalan. Kalau nabrak gimana?" tegur Randy yang memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Randy juga bisa melihat jika gadis itu hanya menarik-ulur beranda Instagram.
Silvia mengalihkan pandangan ke sekitar, masih sepi, hanya beberapa murid yang berada di sana. Mereka berangkat terlalu awal seperti biasa.
"Muridnya masih sedikit, jadi kecil kemungkinan buat nabrak orang lain," balas Silvia yang kembali menatap benda canggih dalam genggaman.
Randy mendengkus. "Bener juga yang lo bilang, tapi kalau nabraknya bukan orang gimana? Nabrak dinding atau apa gitu? Bisa juga kesandung, gimana?"
Silvia menghentikan langkah, mendengkus kesal. Dia mematikan ponsel, lalu kembali melanjutkan langkah jauh lebih cepat dari sebelumnya. "Jangan ikutin gue. Gue mau ke toilet," ujar Silvia lebih dulu sebelum Randy membuntutinya.
Berjalan cukup jauh, Silvia menoleh ke belakang. Tak ada sosok Randy yang mengikutinya, dia bersyukur. Akhirnya, dia bisa bernapas dengan lega.
"Silvia Claudia Chariestika."
Silvia yang sibuk menatap ke belakang kini tersentak kaget, lalu segera mengalihkan pandangan ke depan. Wajahnya semakin datar melihat siapa yang berdiri di hadapannya. Moodnya semakin bercampur aduk sekarang.
"Lo bukan guru, jadi enggak perlu nyebut nama gue selengkap itu," balas Silvia.
Friska tertawa pelan mendengar respon Silvia. Kedua tangan dilipat di depan dada dan kini menarik senyum menyebalkan yang sangat tidak disukai Silvia.
"Apa mau lo? Jangan bikin kacau hari indah gue dengan bacotan enggak guna lo," tanya Silvia yang tak ingin berbasa-basi panjang lebar dengan mantan pacar sahabatnya itu.
"Hari indah? Benarkah?" Friska terdengar mengejek. "Bukannya belakangan ini hari-hari lo kelam, ya, semenjak Farhan lebih ngelirik Shyfa dibandingkan lo setelah dia putus dari gue?"
"Tutup mulut busuk lo!" sentak Silvia. Silvia tidak ingin ada yang tahu soal perasaannya yang sebenarnya pada Farhan, itu akan merepotkan. Dia sendiri bingung dari mana Friska mengetahui soal itu, apa gadis itu hanya menebak-nebak?
"Santai, jangan kayak maling ketauan gitu dong," balas Friska dengan senyum miringnya.
"Kira-kira apa respon Shyfa kalau gue ngasih tau dia soal lo yang sebenarnya naksir sama Farhan?"
Silvia memiringkan kepala dan tersenyum mengejek. "Lo enggak punya bukti apa-apa. Shyfa enggak akan percaya sama lo."
"Masa?" balas Friska.
Silvia mengepalkan tangan kesal. Friska sangat menyebalkan.
"Becanda," lanjut Friska sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAH
Ficção AdolescenteOrang-orang tahu bahwa Silvia hanya sebatas sahabat untuk Farhan tak pernah lebih. Farhan punya Shyfa di sisinya sekarang sebagai kekasih. Sementara Silvia betah dengan kesendirian karena hatinya masih tertambat pada sosok sang sahabat. Tiba-tiba R...