"Hubungan tanpa masalah itu hambar."
-Selasa, 18 Juli 2023-
***
"Malam itu Rachel nginep di rumah. Jadi, harus nganterin dia ke sekolah. Kalau ke rumah lo lagi setelah nganter dia, takutnya malah telat, makanya gue enggak ngejemput lo." Randy mengendarai motornya cukup pelan agar Silvia bisa mendengar dengan baik semua ucapannya dan mereka menghabiskan waktu lebih lama untuk berdua.
Silvia mencebik kesal jika mengingat kejadian minggu lalu. "Ya, kenapa enggak jujur aja. Kenapa malah bikin alasan lo nganterin nyokap?" Silvia tidak masalah jika Randy tidak bisa menjemputnya karena harus mengantar Rachel yang notebenenya keluarga Randy. Yang menjadi masalah dan membuat Silvia marah karena Randy membohonginya.
"Gue takut lo cemburu lagi dan ngambek ke gue. Waktu itu aja lo sempat ngambek gara-gara Rachel nelepon gue," jawab Randy.
"Waktu itu bercanda doang padahal," tutur Silvia. Dia mempererat pelukan pada pinggang Randy dan meletakkan dagu di atas bahu pemuda itu.
"Lo kek orang beneran ngambek waktu itu. Gue beneran enggak mau lo ngambek gara-gara cemburu, Silvia. Sorry, kalau cara gue salah dan malah bikin lo sakit hati dan merasa dibohongi."
"Udah, ah, enggak usah dibahas. Males gue. Kalau terus lo ungkit-ungkit gue enggak mau maafin lo." Silvia tidak ingin mengingat-ingat kejadian menyebalkan itu.
"Yaudah, iya, enggak lagi."
"Btw, Ran, gue juga minta maaf. Gue sadar ada banyak kata-kata gue yang enggak sopan dan nyinggung lo waktu itu. Semua keluar gitu aja, gue enggak maksud." Setelah berperang antara hati dan pikiran akhirnya Silvia mau meminta maaf pada Randy.
"Iya, enggak papa, gue paham kok." Randy melirik wajah Silvia dari kaca spion, lalu tersenyum tipis di balik helmnya.
"Btw, kita sekarang balikan?" tanya Randy untuk memperjelas hubungan mereka sekarang. Dia tidak boleh hanya menduga-duga.
"Menurut lo aja," balas Silvia.
"Balikan berarti," ujar Randy yang hanya direspon Silvia dengan anggukan kecil.
"Tinggal bilang iya gengsi banget, Neng," goda Randy sambil terkekeh pelan.
"Gue gebuk lo, ya, Ran!" seru Silvia yang sudah menahan diri mati-matian agar tidak tersenyum. "Lagian siapa tadi yang bilang kita enggak putus?"
"Yaudah, kalau enggak putus, berarti enggak perlu balikan. Tetap pacaran," celoteh Silvia.
"Cerewet juga lo. Kalo gue cium kira-kira bakal diam, gak, ya?" canda Randy. Lagi-lagi dia melirik ke spion, tetapi kali ini tatapannya dan Silvia bertemu beberapa detik sebelum dia kembali fokus ke jalanan.
"Mesum banget!" Silvia mencubit perut pemuda itu, meskipun tidak sekuat tenaga.
Tawa Randy malah pecah. Dia tahu, Silvia sedang salah tingkah.
"Orang kalau nebak atau ngajak balikan mah romantis, kata-katanya manis. Lah lo, di jalan mana mesum lagi," oceh Silvia. Kalau diingat-ingat, Randy menembaknya saat mereka di perjalanan hendak ke sekolah. Sangat tidak romantis.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAH
Fiksi RemajaOrang-orang tahu bahwa Silvia hanya sebatas sahabat untuk Farhan tak pernah lebih. Farhan punya Shyfa di sisinya sekarang sebagai kekasih. Sementara Silvia betah dengan kesendirian karena hatinya masih tertambat pada sosok sang sahabat. Tiba-tiba R...