Bab 15: Putus

32 9 9
                                    

"Kejujuran itu penting, meskipun untuk hal kecil sekali pun."

-Minggu, 16 Juli 2023-

***

Malam ini rasanya Silvia benar-benar malas untuk melakukan apa pun, bahkan untuk mengerjakan tugasnya saja malas. Ditambah bagian bawah perutnya terasa sakit. Alhasil, gadis itu memutuskan berbaring di tempat tidur dan sesekali meringis.

"Tanggal berapa, ya?" gumamnya pelan. Dia meraih ponsel dan mengecek tanggal hari ini. Kemudian, dia menghela napa panjang. "Pantas aja, udah mau mens ternyata." Silvia sudah menebak-nebak satu-dua hari lagi pasti dia akan menstruasi.

Tangan kiri Silvia digunakan untuk menekan bagian perut yang terasa sakit, sedangkan tangan kanan sibuk dengan ponsel. Gadis itu membuka aplikasi WhatsApp untuk mengecek pesan masuk, pesan milik Randy sudah berada paling atas.

"Randy gabut banget ngechat gue mulu," gumam Silvia.

RG-Randy Gesrek
Online

Vi, besok gue enggak bisa jemput, soalnya mau nganterin mama dulu baru ke sekolah
Gak papa kan?
Vi, kemana sih?
Gak on dari sore
Lo enggak papa kan?
Jangan bikin khawatir gitu
Silvia
Silvia
Sayang
Sayang
Sayang

Oke
Berisik lo

Hanya tiga kata yang Silvia gunakan untuk membalas pesan Randy karena cukup sulit mengetik dengan satu tangan. Setelah itu, dia mematikan ponsel dari melempar asal ke bantal di sebelahnya.

"Sayang, sayang, emang dia siapa?" gerutu Silvia merasa geli melihat chat Randy.

Namun, beberapa detik kemudian Silvia baru sadar jika hubungannya dan Randy sekarang bukan cuma sebatas teman. Silvia menepuk kening, dia memang kadang lupa jika Randy sekarang kekasihnya, efek kebanyakan memikirkan Farhan sepertinya.

"Dia kan pacar gue sekarang!" pekiknya. Silvia buru-buru membekap mulut karena suaranya yang terlalu keras. Dia berharap semoga tak ada satu pun anggota keluarga yang mendengarnya. "Pacar sendiri lupa, pacar orang diingat-ingat." Silvia malah menertawakan kebodohannya.

Suara notifikasi dari ponselnya begitu berisik membuat Silvia berdecak kesal. Saat menjelang haid seperti ini Silvia jauh lebih sensitif, lebih emosian, lebih pemarah, terkadang tidak berpikir sebelum bicara, dan lebih sering bad mood, bahkan hal-hal kecil pun bisa membuat dia kesal parahnya kadang orang diam saja salah di matanya.

Silvia meraih ponsel, lalu menonaktifkannya. Benda itu terlalu berisik. Setelah itu, Silvia merasakan suasana kamarnya lebih damai. Dia memutuskan menarik selimut dan memutuskan untuk tidur. Walaupun sulit untuk tidur, Silvia terus memaksakan hingga akhirnya dia berhasil menjajal alam mimpi.

***

Silvia berdecak kesal karena lampu lalu lintas sudah berubah merah, kini dia dan Jordan terjebak di tengah padatnya kendaraan pagi ini. Lagi-lagi Silvia berdecak kesal karena rasanya lampu merah itu lama sekali berganti. Tidak tahu harus apa, Silvia menoleh ke sana-kemari untuk melihat wajah-wajah para pengendara pagi ini. Mata Silvia memicing kala melihat motor yang berada beberapa meter di depan, itu motor Randy, Silvia tidak salah lihat dia hafal motor Randy hingga ke platnya.

"Dia ngeboncengin siapa tuh?" tanya Silvia pada dirinya sendiri.

"Hah?" Jordan malah menyahut. "Kamu ngomong apa, Vi?"

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang