Bab 20: Dia Bukan Silvia

25 8 4
                                    

"Sebab-akibat itu benar adanya. Apa yang kamu perbuat hari ini, itu yang akan kamu tuai di kemudian hari."

-Senin, 24 Juli 2023-

***

"Kita ke rumah gue dulu, ya," ujar Randy di atas kendaraan yang dipacu dengan kecepatan sedang. Di boncengan motornya sudah ada Shyfa yang mencengkeram hoodie Randy.

"Ngapain?" tanya Shyfa dengan kedua alis menukik hingga menciptakan kerutan tipis di kening.

"Gue kayaknya bakal lama di rumah Rachel. Jadi, mau pulang ganti baju dulu," jawab Randy.

Shyfa hanya mengangguk, lalu ber-oh ria.

Tak butuh waktu lama kedua remaja itu memasuki halaman yang begitu luas yang sekitarnya ditumbuhi beberapa macam pohon buah seperti mangga, jambu, dan alpukat serta beberapa jenis bunga yang tumbuh subur. Motor Randy berhenti tepat di depan teras rumah bercat putih tulang itu. Shyfa segera turun dari atas motor mengikuti Randy.

"Ayo, masuk. Jangan nunggu di luar," ajak Randy. Shyfa hanya mengangguk.

Randy meletakkan helm di atas meja kecil yang ada di teras, Shyfa pun mengikutinya. Shyfa memperhatikan sekitar, ini kali pertama dia menginjak kaki di rumah Randy, meskipun mereka sudah mengenal cukup lama.

"Duduk dulu aja, gue ke kamar bentar."

Lagi-lagi Shyfa mengangguk dan segera duduk pada sofa yang tersedia di ruang tamu. Sementara Randy sudah berlalu menaiki anak tangga menuju lantai dua.

Shyfa menatap sekeliling, terasa sepi, sepertinya tidak ada orang di rumah ini selain mereka. Memikirkan itu bulu kuduk Shyfa langsung berdiri, pikirannya langsung diserang oleh hal-hal negatif. Namun, Shyfa menggeleng pelan untuk mengusir semua pikiran buruknya.

"Lho, ada tamu."

Shyfa tersentak kaget dan menoleh ke arah pintu utama yang dilewatinya tadi. Dia mendapati seorang wanita paruh baya yang tengah berjalan ke arahnya. Shyfa tebak itu ibu Randy, jadi dia langsung menarik senyum sopan.

"Halo, Tante," sapa Shyfa.

"Aduh, cantik banget," puji Rani sambil balas tersenyum. "Pasti kamu pacarannya Randy, 'kan?" Rani melihat ada motor anak sulungnya terparkir di depan itu berarti gadis cantik itu datang bersama Randy.

"Tante udah dari lama pengen ketemu kamu, tapi Randy belum bawa-bawa kamu ke sini. Eh, sekarang tau-tau udah dibawa aja. Tante senang banget bisa ketemu kamu sekarang."

"Kenalin tante mamanya Randy, panggil aja Tante Rani atau mama juga boleh. Nama kamu Silvia, 'kan? Randy lumayan sering cerita tentang kamu."

Bagaimana Shyfa harus menjelaskan jika dia bukan Silvia, ibunda Randy itu terlalu cerewet dan tak memberikannya celah untuk bicara. Apa Shyfa akan dianggap tidak sopan jika menyela? Shyfa menjadi bingung sendiri memikirkannya.

"Itu Shyfa, Ma!" Randy berjalan menuruni tangan dengan tubuh yang dibalut pakaian casual. "Silvia mah temennya dia."

"Eh, bukan Silvia, ya?" Rani menjadi bingung sendiri mendengar perkataan Randy. Jika itu bukan kekasih Randy kenapa dibawa ke rumah?

"Bukan, Ma. Dia Shyfa, pacarnya Farhan," jelas Randy. Randy tak perlu menjelaskan panjang lebar karena mamanya mengenal Farhan.

Rani berdecak kesal. "Mama nyuruh kamu bawa pacar kamu ke rumah bukan pacar temen kamu. Kalau pacarnya marah gimana?" seru Rani.

"Nanti aku bawa Silvia, tapi nanti," jawab Randy. Dia heran kenapa mamanya itu sangat ingin bertemu dengan Silvia. "Itu Shyfa bareng aku karena emang rumahnya deket sama rumah Rachel, nah aku kan mau ke sana buat jemput Rasti. Silvia pulang bareng Farhan karena mereka tetangga."

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang