Bab 23: Pantai, Laut, dan Sebuah Ciuman

28 8 4
                                    

"Bukan egois, aku hanya membalas apa yang kamu lakukan."

-Rabu, 02 Agustus 2023-

Suara panggilan yang tak terlalu keras itu mencuri perhatian Silvia. Dia segera menoleh dan mendapati kehadiran Farhan yang baru saja melepaskan helmnya. Tanpa pikir panjang Silvia langsung menghampirinya.

"Sorry, gue hampir lupa kalau lo enggak ada yang nganter pulang," ujar Farhan merasa bersalah. Tadinya dia mengejar Shyfa yang pergi bersama Randy, tapi di tengah jalan dia kembali teringat Silvia. Alhasil, Farhan putar balik.

Silvia menggeleng pelan mengisyaratkan jika dia tidak apa-apa. Padahal tadi dia sempat menangis karena merasa ditinggalkan semua orang.

"Ayo, pulang," ajak Farhan.

Tanpa pikir panjang Silvia langsung naik. Biasanya dia memerlukan izin dari Shyfa untuk pulang bersama Farhan, tapi kali ini Silvia merasa tidak butuh itu. Shyfa saja tidak membutuhkan izin Silvia saat membawa Randy pergi, padahal Silvia adalah kekasih Randy. Kalau Shyfa bisa seegois itu, kenapa Silvia tidak?

***

Silvia berkali-kali menelepon nomor Randy, tapi tidak pernah aktif, hanya suara operator yang terdengar. Hal itu tentu saja membuat Silvia jengkel pada pemuda yang tak pernah memberikannya kabar setelah pulang sekolah tadi sampai sekarang.

Silvia sudah bersiap untuk bertemu ibunya Randy malam ini, bahkan dia sudah berpamitan lebih dulu pada kedua orang tuanya agar saat Randy datang nanti pemuda itu tak capek menjelaskan pada orang tuanya lagi. Namun, sampai jam hampir menunjukkan pukul sembilan malam Randy tidak bisa dihubungi.

"Enggak jadi pergi?"

Pertanyaan itu membuat Silvia yang sibuk mondar-mandir di dalam kamar langsung berbalik ke arah pintu kamar yang setengah terbuka.

Silvia menggeleng pelan sambil menarik senyum. "Enggak, Ma. Randy ada urusan keluarga mendadak," kilahnya. Silvia hanya berusaha melindungi Randy agar tak dipandang buruk oleh keluarganya.

Ibunya mengangguk paham.

"Tapi aku keluar sama Farhan bentar enggak papa, 'kan? Cuma pengen nyari kue-kue gitu, lagi kepengen." Lagi-lagi Silvia berbohong. Dia hendak mengajak Farhan keluar, tapi dengan tujuan lain.

"Enggak papa daripada kamu bete sendiri dalam rumah. Lagipula mama percaya kalau sama Farhan," jawab Aina. "Tapi pulang jangan kemalaman. Usahakan sebelum Jordan pulang kamu udah pulang."

Silvia mengangguk pelan. "Makasih, Ma."

***

Randy yang baru saja terbangun langsung meregangkan tubuhnya. Pemuda yang masih terbalut seragam sekolah itu meraih ponselnya untuk melihat jam. Sayangnya ponsel itu mati karena kehabisan daya.

Randy buru-buru turun dari tempat tidur dan keluar dari kamar. Dia menemukan keberadaan Shyfa yang baru saja menuruni anak tangga.

"Sekarang jam berapa, Fa?" tanya Randy, lalu menutup mulutnya karena menguap.

"Jam sembilan malam," jawab Shyfa dengan santainya.

Randy langsung melotot kaget mendengar jawaban Shyfa. Dia tidak menyangka kalau dia tidur selama kurang lebih lima jam. "Lo kok enggak bangunin gue?"

"Tadinya gue mau bangunin, tapi ngeliat lo tidur pulas banget, jadinya gue enggak tega. Apalagi lo bilang sebelumnya lo enggak tidur sama sekali," jawab Shyfa. Dia melangkah menuju ruang tengah dengan Randy yang mengekori di belakang.

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang