Bab 34: Juli dan Dukanya

22 9 8
                                    

"Ditinggalkan untuk sementara waktu saja rasanya menyakitkan. Bagaimana ditinggalkan selama-lamanya?"

-Rabu, 23 Agustus 2023-

***

Silvia mengucek mata pelan, lalu beringsut duduk. Dia memegangi kepala yang terasa terikat, begitu menyakitkan.

"Shay, gimana? Abang gue udah ketemu?" Baru saja terbangun, tapi Silvia sudah memikirkan Jordan.

Shyfa yang baru saja masuk ke dalam kamar Silvia memilih diam dan ikut duduk di tempat tidur. Silvia mengerutkan kening melihat raut wajah Shyfa yang nampak sulit ditebak.

"Abang gue udah ketemu, 'kan, Shay?" Perasaan Silvia sungguh tidak tenang sekarang. Bahkan lebih kacau dari sebelumnya. Dadanya berdebar kencang tak karuan dan tubuh sedikit lemas.

Shyfa mengangguk. "Udah, Vi."

Silvia tersenyum mendengarnya. "Di mana dia? Gue mau ketemu. Gue mau marahin dia karena udah bikin orang-orang khawatir." Silvia tak tidak sabar melihat wajah menyebalkan sang kakak.

Silvia menyadari Shyfa yang semakin diam dan menunduk.

"Ada apa, Shay?"

"Bang Jo udah gak ada."

Silvia mematung, berusaha mencerna perkataan Shyfa. Silvia menggeleng pelan, tak percaya sama itu semua.

"Jangan becanda, Shay. Bang Jordan pasti baik-baik aja, 'kan?"

Shyfa tanpa aba-aba langsung memeluk Silvia. Dia mengelus pundak gadis itu dengan begitu lembut. "Kuatin diri lo. Gue tau, kabar ini terlalu sulit buat lo terima."

"Shay," panggil Silvia dengan lirih. Tatapannya kosong, dadanya nyeri, sesak, gelisah, kecewa, marah, tidak nyaman, dan ingin berteriak keras, tapi mulutnya terus tertutup rapat. Napasnya mulai memburu, dadanya naik turun tak beraturan, bagian dalam mulut hingga kerongkongan rasanya panas. Benar-benar perasaan aneh yang tak pernah Silvia rasakan sebelumnya, ini terlalu menyiksa.

"Abang gue beneran udah gak ada?" tanya Silvia begitu pelan. "Abang gue gak ada?"

"Gue salah denger, 'kan?"

"Dia enggak mungkin ninggalin gue, 'kan?"

"Tenangin diri lo, Vi." Shyfa tidak tahu harus berkata seperti apa. Dia tidak tahu kata seperti apa yang patut diucapkan untuk menenangkan Silvia.

"Abang gue, Shay."

"Abang gue pergi."

"SILVIA!" pekik Shyfa saat merasakan bobot berat karena Silvia kehilangan kesadaran dalam pelukannya.

***

Langit terlihat mendung mengiringi acara pemakaman Jordan siang itu. Cuaca hari ini seolah menandakan hati para keluarga yang berkabung atas kepergian salah satu anggota mereka.

"Tolong gali lagi!" teriak Silvia yang terduduk di sebelah gundukan tanah yang terlihat basah. "Tolong, Bang Jo enggak suka tempat yang sempit! Dia pasti enggak nyaman di dalam sana! Tolong keluarin abang gue!"

"Vi, ikhlasin. Dia udah tenang." Farhan berjongkok di sebelah Silvia sembari merangkul gadis yang nampak menyedihkan itu.

Orang-orang sudah meninggalkan area pemakaman sekitar lima menit yang lalu. Ayah Silvia juga sudah kembali ke rumah karena membawa ibu Silvia yang pingsan untuk kesekian kalinya. Sekarang hanya tinggal Silvia, Shyfa, Farhan, Randy, dan Rara.

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang