"Terus mempertahankanmu itu menyakitkan, tetapi pergi meninggalkanmu jauh lebih menyiksa."
-Minggu, 16 Juli 2023-
***
"Fa, lo kenal Rachel?" tanya Silvia yang tiba-tiba teringat dengan pemilik kontak bernama Ichel di ponsel Randy. Dia hanya penasaran apa Randy berkata jujur atau tidak. Sebenarnya, Silvia tidak mempercayai Randy secara penuh.
Shyfa yang tengah sibuk dengan laptop di atas tempat tidur langsung menoleh ke arah Silvia yang berbaring di atas karpet bulu. "Rachel siapa?" Shyfa balik bertanya. Di dunia ini orang yang bernama Rachel ada banyak.
"Yang deket sama Randy," jawab Silvia yang terdengar seperti seorang kekasih tengah menyimpan cemburu dan ingin tahu banyak tentang gadis lain yang dekat dengan kekasihnya.
"Ohh, Rachel itu. Kenal gue." Shyfa mengangguk beberapa kali. "Itu yang rumahnya yang dekat masjid komplek, yang gerbang rumahnya pendek banget itu lho, yang waktu itu kata lo kalau manjat di situ gampang banget."
Mendengar penjelasan Shyfa, Silvia langsung paham di mana letak rumah gadis bernama Rachel itu. Silvia sudah terlalu sering berkunjung ke rumah Shyfa dan berjalan mengintari komplek perumahan mewah tersebut bersama Shyfa dan Rara.
"Kenapa emang?" tanya Shyfa yang penasaran. Gadis itu bahkan sudah mengabaikan film yang tengah ditonton.
"Enggak papa. Waktu itu dia pernah nelepon Randy, tapi gue yang angkat terus dimatiin sama dia. Enggak sopan banget, 'kan?" Silvia meruntuk kesal ketika mengingat kejadian seminggu yang lalu itu.
"Cemburu lo?"
"Eh, enggak!" Silvia menggeleng cepat. Dia cuma penasaran.
"Cemburu juga gak papa. Toh, sekarang lo pacarnya Randy," tutur Shyfa sambil terkekeh pelan.
Gue lebih cemburu ngeliat lo bareng Farhan kali, batin Silvia.
"Enggak. Gue cuma mau mastiin, hubungan dia sama Randy apa?" Silvia mencoba meluruskan kesalahpahaman itu. Namun, kalimat yang dia gunakan seperti kalimat gadis yang cemburu, tapi gengsi.
"Cemburu lo, malah ngelak." Shyfa geleng-geleng sendiri melihat Silvia.
"Serah lo, ah." Silvia malas berdebat. Dia memilih bersedekap dada dalam posisi berbaring, lalu menutup mata.
Shyfa tertawa kecil melihat kelakuan sahabatnya itu.
"Mereka sepupuan, Vi. Enggak usah over thinking gitu," papar Shyfa. Dia tidak ingin Silvia larut dalam kesalahpahaman antara Randy dan Rachel. "Cukup gue yang over thinking, lo jangan."
Silvia dengar semua itu, tapi dia memutuskan untuk tetap diam dan pura-pura tidur.
Hening.
Silvia sibuk menutup mata, sedangkan Shyfa sudah serius dengan film yang terputar di layar laptop hitamnya. Hingga suara pintu yang terbuka kasar mengagetkan keduanya.
"Selamat siang menjelang sore, epribadeh!" seru Rara yang berdiri di depan pintu dengan tangan kanan menjinjing kresek putih. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolah sama halnya dengan Silvia.
"Ara Ogeb, lo ngagetin!" Shyfa mengelus dada berkali-kali. Detak jantungnya meningkatkan berkali-kali lipat karena dikejutkan oleh Rara.
"Lo ganggu tidur gue, Ogeb!" seru Silvia yang kini mengubah posisi dari berbaring menjadi duduk bersandar pada ranjang milik Shyfa.
"Sorry, pemirsa." Rara hanya cengengesan. Dia menutup kembali pintu berwarna merah muda itu, lalu ikut bergabung dengan Shyfa di tempat tidur.
"Lama lo. Dari mana aja?" Shyfa kembali menekan tombol pause, lalu menatap gadis yang tengah diajaknya bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAH
Ficção AdolescenteOrang-orang tahu bahwa Silvia hanya sebatas sahabat untuk Farhan tak pernah lebih. Farhan punya Shyfa di sisinya sekarang sebagai kekasih. Sementara Silvia betah dengan kesendirian karena hatinya masih tertambat pada sosok sang sahabat. Tiba-tiba R...