Bab 36: Juli dan Kebenaran

23 10 4
                                    

"Aku pikir pelukan hangat itu milikku, nyatanya itu milik orang lain yang kurebut tanpa sengaja."

-Jumat, 25 Agustus 2023-

***

Silvia dan Randy berakhir di salah satu cafe yang tak terlalu ramai malam ini. Duduk berdua di sudut ruang menikmati sajian di meja mereka sambil menceritakan berbagai hal, mulai dari hubungan mereka sampai membicarakan pelanggan lain yang bertengkar dengan kekasihnya.

"Aku ke toilet bentar."

Silvia mengangguk.

Randy segera berlalu dari sana.

Silvia yang tidak tahu harus melakukan apa memilih mengambil ponsel Randy. Menyalakan ponsel cowok itu, lalu mulai mengecek isinya.

"Dia mulai ketularan Farhan," gerutu Silvia melihat sebuah aplikasi game di ponsel Randy.

Beralih mengecek sosial media Randy, Silvia tersenyum puas melihat Randy yang tak merespon pesan-pesan dari cewek lain. Tujuan terakhir WhatsApp. Di aplikasi hijau itu Silvia tidak menemukan banyak chat, hanya pesan grup dan chat Randy bersamanya.

"Kebiasaan. Enggak suka banget wa-nya rame." Silvia terkekeh pelan. Dia tahu kalau Randy suka menghapus semua chat di handphone-nya, alasannya karena mata Randy risih melihat tumpukan chat.

Suara notifikasi membuat Silvia teralih kembali menatap layar ponsel. Dia mengerutkan dahi kala melihat nomor baru mengirim lumayan banyak foto. Dilihat dari foto profilnya, bisa dipastikan jika itu nomor Friska.

"Ini Rachel, 'kan?" Silvia menatap salah satu foto yang dikirim oleh Friska. Dia memang belum pernah bertemu langsung dengan Rachel, tapi dia sudah melihat foto-foto gadis itu di handphone Randy.

Mata Silvia membulat sempurna melihat cowok yang merangkul Rachel di dalam foto itu. "Bukannya ini Aaron, pacarnya Friska?"

Silvia pernah bertemu sekali dengan pemuda bernama Aaron. Waktu itu Friska masih menjalin hubungan dengan Farhan, tapi Silvia memergoki Friska berciuman dengan Aaron. Silvia mengadu pada Farhan sehingga hubungan Friska dan Farhan akhirnya kandas.

"Vi, kenapa?" tanya Randy yang baru saja kembali.

"Kak Friska ngirim ini," kata Silvia sembari menyodorkan ponsel pada Randy.

Silvia bisa melihat raut wajah Randy berubah kelam dengan jemari yang mengepal. Silvia jadi bertanya-tanya, kenapa Randy bersikap seperti itu. Apakah dia tidak tahu kalau sepupunya dekat dengan seorang cowok?

"Aku antar kamu pulang," ujar Randy. Padahal mereka belum cukup setengah jam di sana.

"Kenapa?" tanya Silvia.

"Aku ada urusan. Nanti aku jelasin. Aku antar kamu pulang sekarang."

Silvia menggeleng, dia masih enggan pulang. "Kamu pulang aja, aku masih mau di sini. Nanti aku pulang naik taksi."

"Oke." Setelah itu, Randy segera berlalu pergi dengan terburu-buru.

Silvia cengo melihat sikap Randy, tidak biasanya pemuda itu akan setuju dengan cepat. Jika Silvia ingin pulang sendiri, pasti Randy akan membujuknya agar mau pulang bersama.

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang