Bab 16: Dia PMS

32 9 6
                                    

"Berdebat dengan orang yang masih dilingkupi amarah itu sama saja menyiram bensin ke api yang berkobar."

-Senin, 17 Juli 2023-

***

"Kayaknya dia lagi PMS. Soalnya ini emang tanggal-tanggal dia biasa dapet," ujar Rara. Biasanya beberapa hari setelah dia menstruasi pasti Silvia akan menstruasi juga, lalu akan disusul oleh Shyfa. Empat hari yang lalu Rara sudah menstruasi, jadi dia menyimpulkan jika sekarang Silvia sedang menstruasi juga.

"Pantesan," sahut Shyfa. Dia paham bagaimana tabiat Silvia saat menstruasi.

Shyfa menepuk pelan bahu Randy duduk diam di sebelahnya. "Harusnya lo hati-hati ke Silvia kalau dia lagi pms kayak sekarang. Dia lebih emosian dan gampang bad mood kalau pms soalnya."

"Gue mana tau dia pms." Randy terlihat sudah frustasi karena masalahnya dengan Silvia. Randy juga tak menyangka jika efek pms bisa seektrim itu.

Farhan ikut menepuk-nepuk bahu Randy. "Lo harusnya bersyukur cuma dimaki-maki sama diputusin doang, lah gue pernah kena tonjok padahal gue cuma nyanyi doang."

"Diputusin lo bilang cuma?" Randy melotot ke arah Farhan. "Cuma lo bilang?"

Farhan bergedik ngeri dan langsung bersembunyi di belakang Shyfa.

"Coba kalau lo diputusin Shyfa, lo masih bisa ngebacot kayak gitu, gak?" Randy yang sedang dalam mood buruk benar-benar tidak cocok diajak bercanda. Randy dan Silvia sama saja ternyata.

"Udah, Ran, Farhan emang enggak punya otak." Shyfa mencoba menenangkan Randy sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi.

"Emang Farhan enggak punya otak," timpal Rivan sambil mengangguk-angguk.

Farhan mendelik tajam, tapi Rivan malah meledeknya dengan menjulingkan matanya.

"Maaf, Ran," cicit Farhan seperti anak kecil.

Randy mengembuskan napas kesal, lalu mengangguk.

"Gue harus apa sekarang?" tanya Randy. Dia tidak tahu harus bertindak seperti apa, dia takut salah ambil langkah dan berujung membuat Silvia semakin marah.

"Menurut pengalaman gue selama tumbuh gede bareng-bareng sama tuh makhluk berponi, lo harus nunggu sampe dia selesai pms dan emosinya terkontrol lagi," jawab Farhan. Dia tahu banyak soal Silvia karena sedari kecil sudah bersama. "Dulu dia pernah marah ke gue juga karena gue ngagetin dia dan kebetulan emang dia lagi pms. Setiap kali gue ajak ngobrol dia selalu marah dan pergi. Setelah selesai pms, dia ngajak bicara gue dengan sendirinya."

"Cepat atau lambat dia bakal minta maaf ke lo," sahut Rara. "Paling malam ini dia kepikiran sama semua omongannya ke lo tadi dan berujung ngerasa bersalah, tapi bakal gengsi minta maaf dalam waktu cepat, sih."

"Jadi, untuk beberapa hari ini jangan ajak dia ngobrol dulu. Kalau lo ngajak ngobrol yang ada kalian malah debat," tambah Shyfa. "Berdebat sama orang yang masih dilingkupi amarah itu sama aja kayak nyiram bensin ke api yang berkobar, makin nyala."

"Nanti kalau dia udah selesai pms, gue kasih tau ke lo. Jangan lupa buat jelasin ke dia soal lo sama Rachel hari ini biar dia enggak salah paham. Oke?" lanjut Shyfa. Memang setelah Silvia pergi tadi, Randy sudah menceritakan pada teman-temannya soal cewek yang diboncengi pagi ini.

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang