Bab 22: Siapa yang Salah

24 8 8
                                    

"Jika dia boleh egois, kenapa aku tidak?"

-Selasa, 01 Agustus 2023-

***

"Game, game, dan game!"

Suara Shyfa terdengar begitu keras hingga mengejutkan empat persona yang duduk tak jauh darinya. Silvia, Randy, Rivan, dan Rara tengah duduk di atas rumput Jepang taman belakang sekolah, sedangkan Shyfa dan Farhan duduk di bawah pohon yang tak jauh dari mereka. Enam anak adam itu sudah berada setengah jam lalu di tempat itu karena jam kosong, tinggal menunggu bel, lalu pulang.

"Kenapa?" tanya Rara saling melempar tatap dengan Silvia.

Silvia menggeleng.

"Diam dan dengerin aja," suruh Rivan sembari meletakkan jari telunjuk di depan bibir.

"Akhir-akhir ini kamu terlalu sibuk sama game kamu itu!"

"Kamu mengabaikan aku. Aku ngajak kamu ngobrol panjang lebar, tapi kamu enggak pernah nanggepin apa pun. Kerjaan kamu cuma ngomong kasar dan ngobrol sama teman mabar kamu!"

"Kamu apaan, sih? Cuma game, Bu! Cuma game! Kenapa kamu cemburu ke game?!" Farhan membanting kasar ponselnya ke atas rumput karena lagi-lagi kalah. Dia berdiri dan menatap tajam gadis cerewet yang berstatus sebagai pacarnya itu.

"Karena game itu bikin kamu lupa dan gak ada waktu buat aku. Apalagi kamu sering mabar sama cewek!" seru Shyfa tak mau kalah. Sekarang marak terjadi perselingkuhan dengan lawan jenis yang katanya hanya teman main bareng. Bukan cuma sekali dua kali itu terjadi, tapi Shyfa sudah melihat banyak kasus di medsos dan salah satu sepupunya pernah mengalami itu. Apa Shyfa masih bisa tenang setelah tahu jika Farhan sering mabar dengan cewek lain?

"Kalau aku enggak ada waktu buat kamu, kamu mungkin enggak akan lihat aku. Aku juga enggak bakal ngabarin kamu sebelum tidur," balas Farhan dengan senyum sinisnya.

"Selama ini aku selalu nurut apa pun mau kamu. Kamu ngelarang aku ngerokok, aku bela-belain berhenti ngerokok, kamu larang aku sering-sering nongkrong sama teman-teman aku, aku iyain juga sampe-sampe aku ngumpul sama temen-temenku seminggu sekali itupun di rumahku. Kamu enggak suka lihat aku deket sama temen cewek, aku jauhin. Kamu suruh hapus kontak cewek di hp aku, aku hapus. Semua akun sosmed aku kamu pegang. Jadi, mau sejauh apa lagi kamu ngatur hidup aku, hah?!"

"Apa pernah kamu ngertiin perasaan aku sekali aja?" tanya Farhan. Kedua maniknya tak pernah teralih dari manik kelam milik Shyfa yang nampak sudah berkaca-kaca. Farhan sebenarnya tak tega, tapi dia juga sudah lelah dengan semua sikap Shyfa. "Bahkan Silvia yang bukan pacar aku aja jauh lebih ngertiin aku dibandingkan kamu."

Air mata Shyfa berhasil luruh saat mendengar kalimat yang Farhan ucapkan. Hatinya hancur, itu benar. Farhan membandingkan dengan gadis lain, terlebih itu Silvia-gadis yang paling membuat Shyfa cemburu selama menjalin hubungan dengan Farhan.

"SILVIA, SILVIA, DAN SILVIA!" teriak Shyfa marah besar. Jemari tangannya mulai mengepal kuat dan beberapa urat mulai menonjol karena emosi. "APA DI MATA KAMU CUMA ADA SILVIA AJA?"

"KENAPA KAMU ENGGAK MACARIN DIA AJA?!"

Setelah mengatakan itu, Shyfa berbalik dan menghampiri keempat temannya yang mematung melihat pertengkarannya dengan Farhan. Tatapan Shyfa sempat bertemu dengan Silvia, tapi dia buru-buru memutuskannya.

SEBUAH KISAH DARI HATI YANG PATAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang